BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

Koping individu tidak efektif

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA


ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

NURSING CARE PLAN (NCP)

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

Laporan Pendahuluan. Isolasi Sosial

BAB II KONSEP DASAR. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB II TINJAUAN TEORI. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

BAB II KONSEP DASAR. berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan

BAB II KONSEP DASAR. langsung (Schult & Videbeck, 1998) langsung diekspresikan (Townsend, 1998).

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB II KONSEP DASAR. datang internal atau eksternal. (Carpenito, 2001) organic fungsional,psikotik ataupun histerik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial. Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai tingkat hubungan yaitu hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan. Individu tidak mampu memenuhi kebutuhan tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu membina hubungan interpersonal (Teguh, 2009). Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan serta respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang sinkron. Peran serta dalam proses hubungan dapat berfluktuasi sepanjang rentang tergantung dan artinya suatu saat individu tergantung pada orang lain dan suatu saat orang lain akan tergantung pada individu (Stuart, 2006). Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif dan mengancam (Townsend, 1998) dan ada juga pendapat yang mengemukakan bahwa isolasi social merupakan pengabaian 1

hubungan interpersonal, Individu tidak mempunyai keinginan untuk berinteraksi sosial dan lebih senang melakukan aktivitas soliter/menyendiri (Copel, 2007). Isolasi sosial adalah terjadinya pemutusan proses hubungan terkait erat dengan dengan ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan kurangnya peran serta respon lingkungan yang negatif. Kondisi dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindari dari orang lain (rasa tidak percaya dengan orang lain). Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga pasien jadi pasif dan berkepribadian kaku,pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri,semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Penarikan diri (withdrawl) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung/ isolasi sosial (Depkes, 1989). Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan berpartisipasi dalam kuantitas dan kualitas tidak efektif dari pertukaran sosial. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif atau mengancam dirinya (Townsend, 2011). 2

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang, merasa kehilangan kedekatan dengan orang lain dan tidak bisa berbagi pikiran dan perasaannya (Rawlins, 1993). Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta mengalami kesulitan berinteraksi secara spontan dengan orang lain. Individu yang demikian berusaha untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman dengan berbagai respon. Respon yang terjadi dapat berada pada rentang adaptif sampai maladaptif (Stuart, 2006). B. Rentang Respon Sosial Rentang Respon Sosial Respon adaptif ResponMaladaptif Solitut Kesepian Manipulasi Otonomi Menarik Diri Impulsif Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme Saling Ketergantungan Sumber : (Stuart, 2006) 3

Keterangan dari rentang respon sosial Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat diterima oleh norma masyarakat. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat. Respon ini meliputi (Teguh, 2009): 1. Solitude (menyendiri) Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencanarencana. 2. Autonomy atau otonomi Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri. 3. Mutuality atau kebersamaan Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan menerima dalam hubungan interpersonal. 4

4. Interdependen atau saling ketergantungan Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan, saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal. 5. Kesepian Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak adanya perhatian dengan orang lain atau lingkungannya. 6. Menarik Diri Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan orang lain atau lingkungannya. 7. Manipulasi Merupakan gangguan sosial dimana individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa kepada orang lain. 8. Impulsif Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman, dan miskin penilaian. 5

9. Narsisisme Respon sosial ditandai dengan Individu memiliki tingkah laku egosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapat penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain. 10. Isolasi sosial Adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. C. Penyebab Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat menciderai diri sendiri (Carpenito, 2006). Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya menarik diri, adapun faktor tersebut antara lain: 6

1. Factor predisposisi Faktor predisposisi pada gangguan isolasi sosial menarik diri yaitu (Teguh, 2009): a. Faktor perkembangan Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus terpenuhi. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi hubungan sosial. Misalnya anak yang kurang kasih sayang, dukungan, perhatian dan kehangatan dari orang tua akan memberikan rasa tidak aman dan menghambat rasa percaya. b. Faktor Biologis Organ tubuh dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial. Misalnya kelainan struktur otak dan struktur limbic di duga menyebabkan skizofrenia. Pada klien skizofrenia terdapat gambaran struktur otak yang abnormal: otak atrofi, perubahan ukuran dan bentuk sel limbic di daerah kortikal. c. Faktor sosial budaya Norma-norma yang salah di dalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan gangguan hubungan sosial. Misalkan pada klien lansia, cacat, dan penyakit kronis yang disingkirkan dari lingkungan. d. Faktor komunikasi dalam keluarga Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang 7

termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidak jelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. 2. Faktor Presipitasi a. Stressor Sosial Budaya Adalah stress yang ditimbulkan oleh sosial dan budaya masyarakat. Kejadian atau perubahan dalam kehidupan sosial-budaya memicu kesulitan berhubungan dengan orang lain dan cara berperilaku. b. Stressor Psikologis Adalah stres yang disebabkan karena kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya individu untuk tidak mempunyai kemampuan mengatasinya. D. Tanda Dan Gejala Isolasi sosial yaitu menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut : sedih,afek tumpul, menjadi tidak komunikatif, kurang spontan, apatis, ekspresi wajah tidak berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal kurang, menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan makanan terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun, posisi baring 8

seperti fetus, asyik dengan pikirannya sendiri, disfungsi interaksi dengan teman sebaya, keluarga, atau orang lain (Townsend, 1998). E. Mekanisme Koping Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha untuk mengatasi ansietas yang sering digunakan adalah regresi, represi, dan isolasi. Individu yang mempunyai respon sosial maladaptif berupaya menggunakan berbagai mekanisme koping yang berkaitan dengan jenis spesifik dari masalahmasalah berhubungan : 1. Koping yang berkaitan dengan gangguan kepribadian antisosial yaitu proyeksi, splitting ( pemisahan ), merendahkan orang lain. 2. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian yaitu splitting ( pemisahan ), formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain, dan identifikasi proyektif (Stuart, 2006). F. Masalah Keperawatan (Keliat, 2009) a. Isolasi sosial: menarik diri b. Gangguan sensori/persepsi: Halusinasi pendengaran c. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis e. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik f. Defisit perawatan diri: mandi dan berhias 9

g. Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah h. Gangguan pemeliharaan kesehatan G. Pohon Masalah Halusinasi Core problem Isolasi sosial Harga diri rendah H. Diagnosa Keperawatan 1. Isolasi sosial 2. Harga diri rendah 3. Halusinasi 10

I. Rencana Tindakan Keperawatan No Dx Keperawatan 1. Isolasi sosial : menarik diri Rencana Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain Rasional Tujuan Khusus : 1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya. Setelah 1 x interaksi pasien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada / terhadap perawat : 1. Wajah cerah, tersenyum 2. Mau berkenalan 3. Ada kontak mata 4. Bersedia menceritakan perasaan 5. Bersedia mengungkapkan masalah 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan : a. Beri salam setiap berinteraksi b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi e. Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien f. Buat kontak interaksi yang jelas g. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien 1.1 Membina hubungan saling percaya. Kontrak yang jujur, singkat, konsisten dengan perawat dapat membantu klien membina kembali interaksi penuh percaya dengan orang lain 2. Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri Setelah 2 x interaksi pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri : a. Diri sendiri b. Orang lain c. Lingkungan 2.1 Tanyakan pada pasien tentang : a. Orang yang tinggal serumah atau sekamar pasien b. Orang yang paling dekat dengan pasien dirumah atau ruang perawatan c. Apa yang membuat pasien 2.1 Keterlibatan orang terdekat dapat membantu membangun dan atau kembali membentuk sistem 11

dekat dengan orang tersebut d. Orang yang tidak dekat dengan pasien dirumah atau diruang perawatan e. Apa yang membuat pasien tidak dekat orang dengan tersebut f. Upayakan yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain g. Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain h. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaan pendukung dan mengintegrasikan pasien kembali kedalam jaringan sosial 3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri Setelah 3 x interaksi pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misalnya : a. Banyak teman b. Tidak kesepian c. Bisa diskusi d. Saling menolong Dan kerugian menarik diri misalnya : a. Sendiri b. Kesepian c. Tidak bisa diskusi 3.1 Tanyakan pada pasien tentang : a. Manfaat hubungan sosial b. Kerugian menarik diri c. Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri d. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya. 3.1 Solitude dan kesepian dapat diterima atau dengan pilihan, dan perbedaan ini membantu klien mengidentifikasi apa yang terjadi pada dirinya sehingga dapat diambil langkah untuk mengatasi masalah ini. 4. Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap Setelah 4 x interaksi pasien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap dengan : a. Perawat b. Perawat lain c. Pasien lain d. Kelompok 4.1 Observasi perilaku pasien saat berhubungan sosial 4.2 Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan atau berkomunikasi dengan : a. Perawat lain b. Pasien lain c. Kelompok 4.3 Libatkan pasien dalam terapi 4.1 Kehadiran orang yang dapat dipercaya memberi klien rasa terlindungi. Setelah dapat berinteraksi dengan orang lain dan memberi kesempatan klien dalam mengikuti 12

aktivitas kelompok sosialisasi 4.4 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien bersosialisasi 4.5 Beri motivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat 4.6 Beri pujian terhadap kemampuan pasien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan aktivitas kelompok, klien merasa lebih berguna dan rasa percaya diri dapat tumbuh kembali 5. Pasien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial Setelah 5x interaksi pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : 1. Orang lain 2. Kelompok 5.1 Diskusikan dengan pasien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : a. Orang lain b. Kelompok 5.2 Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya. 5.1 Ketika klien merasa dirinya lebih baik dan mempunyai makna, interaksi sosial dengan orang lain dapat ditingkatkan 6. Pasien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial Setelah 6 x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang : a. Pengertian menarik diri b. Tanda dan gejala menarik diri c. Penyebab dan akibat menarik diri d. Cara merawat pasien menarik diri 6.1 Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi prilaku menarik diri. 6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien mengatasi perilaku menarik diri 6.3 Jelaskan pada keluarga tentang : a. Pengertian menarik diri b. Tanda dan gejala menarik diri c. Penyebab dan akibat menarik diri d. Cara merawat pasien menarik diri e. Latih keluarga cara merawat 6.1. Dukungan dari keluarga merupakan bagian penting dari rehabilitasi 13

pasien menarik diri. f. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan g. Beri motivasi keluarga agar membantu pasien untuk bersosialisasi h. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat pasien dirumah sakit 7. Pasien ndapat memanfaatkan obat dengan baik Setelah 7 x interaksi pasien menyebutkan : a. manfaat minum obat b. kerugian tidak minum obat c. nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat d. akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter 7.1 Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat 7.2 Pantau pasien saat penggunaan obat 7.3 Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar 7.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter 7.5 Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan 7.1. Membantu dalam meningkatkan perasaan kendali dan keterlibatan dalam perawatan kesehatan klien. 14

No Dx Keperawatan 2. Halusinasi pendengaran Rencana Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Klien tidak menciderai diri sendiri / orang lain / lingkungan Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat dengan kriteria hasil : 1. Membalas sapaan perawat 2. Ekspresi wajah bersahabat dan senang 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik : a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan kesukaan klien d. Jelaskan maksud tujuan dan interaksi e. Berikan perhatian pada klien, perhatikan kebutuhan dasarnya 1.2 Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya 1.3 Dengarkan ungkapan klien dengan empati Rasional 1.1 Hubungan saling percaya merupakan langkah awal menentukan keberhasilan rencana selanjutnya 1.2 Untuk mengurangi kontak klien dengan halusinasinya dengan mengenal halusinasi akan membantu mengurangi dan menghilangkan halusinasi 2. Klien dapat mengenali halusinasinya Klien mampu mengenali halusinasinya dengan kriteria hasil : 1.Klien dapat menyebutkan waktu, timbulnya halusinasi 2.Klien dapat mengidentifikasi kapan frekuensi situasi saat terjadi halusinasi 3.Klien dapat mengungkapkan prasaannya saat muncul halusinasi 2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap 2.2 Tanyakan apa yang didengar dari halusinasinya 2.3 Tanyakan kapan halusinasinya datang 2.4 Tanyakan halusinasinya 2.5 Bantu klien mengenal halusinasinya a.jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah ada 2.1Mengetahui apakah halusinasi datang dan menentukan tindakan yanng tepat atas halusinasinya 2.2Mengenalkan pada klien terhadap halusinasinya dan mengidentifikasi faktor pencetus halusinasinya 15

suara yang didengar b.jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan c.katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi) d.katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien e.katakan bahwa perawat akan membantu klien 2.6 Diskusikan dengan klien : a.situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi b.waktu terjadinya halusinasi 2.7 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya 3.1 Klien dapat mengidentifikasi tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya 3.2 Klien dapat menunjukkan cara baru untuk mengontrol halusinasi 3.1 Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa yang dilakukan bila terjadi halusinasi 3.2 Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian 3.3 Diskusikan cara baik memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi 3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi secara bertahap 3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil 3.1Menentukan tindakan yang sesuai bagi klien untuk mengontrol halusinasinya 16

3.6 Anjurkan klien mengikuti terapi kelompok 4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya 4.1 Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi 4.2 Klien melaksanakan cara yang telah dipilih 4.3 Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok 4.1 Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi 4.2 Diskusikan dengan keluarga : a. Gejala halusinasi yang dialami klien b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk mengontrol halusinasi c. Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi d. Beri informasi follow up atau kapan perlu mendapat bantuan halusinasi tidak terkontrol dan risiko menciderai orang lain 4.3 Diskusikan dengan keluarga dan klien tentang jenis, dosis, frekuensi dan manfaat obat 4.1.Membantu klien menentukan cara mengontrol halusinasi : a.beri support kepada klien b.menambah pengetahuan klien untuk melakukan tindakan pencegahan halusinasi 5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengendalikan halusinasinya 5.1 Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat 5.2 Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi 5.3 Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat 5.1 Pastikan klien minum obat sesuai dengan program dokter 5.2 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yanng dirasakan 5.3 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi 5.4 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar 5.1Membantu mempercepat penyembuhan dan memastikan obat sudah diminum oleh klien 5.2Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat 17

No Dx Keperawatan 3. Harga diri rendah Rencana Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 1.1 Klien dapat mengungkapkan perasaanya 1.2 Ekspresi wajah bersahabat 1.3 Ada kontak mata 1.4 Menunjukkan rasa senang 1.5 Mau berjabat tangan 1.6 Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi 1.1 Bina hubungan saling percaya : a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 1.2Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya tentang penyakit yang dideritanya 1.3Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 1.4 Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggungjawab serta mampu menolong dirinya sendiri Rasional 1.1 Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya 2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2.1 Klien mampu mempertahankan aspek yang positif 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki kllien dan beri pujian / reinforcement atas kemampuan mengungkapkan perasaannya 2.2 Saat bertemu klien, hindarkan 1.1 Pujian akan meningkatkan harga diri klien 18

memberi penilaian negatif. Utamakan memberi pujian yang realistis 3.Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan 3.1 Kebutuhan klien terpenuhi 3.2 Klien dapat melakukan aktivitas terarah 3.1 Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama sakit 3.2 Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti 3.1Peningkatan kemampuan mendorong pasien untuk mandiri 4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki 4.1.Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan 4.2.Klien mengikuti terapi aktivitas kelompok 4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 4.1 Pelaksanaan kegiatan secara mandiri modal awal untuk meningkatkan harga diri 5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya 5.1 Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan 5.1.Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang direncanakan 5.2.Beri pujian atas keberhasilan kllien 5.3.Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 5.1 Dengan aktivitas klien akan mengetahui kemampuannya 6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada 6.1 Klien mampu melakukan apa yang diajarkan 6.2 Klien mampu memberikan dukungan 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah 6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat 6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 6.1 Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu meningkatkan harga diri klien 19

J. STRATEGI PELAKSANAAN Diagnosa Keperawatan 1 : Isolasi sosial Pasien SP 1 p 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien 2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan 1 orang 5. Membimbing pasien memasukan kegiatan ke dalam jadwal kegiatan harian SP 2 p 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien berkenalan dengan 2 orang atau lebih 3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian SP 3 p 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok 3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian Keluarga SP 1 k 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 20

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial:menarik diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial:menarik diri SP 2 k 1. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat pasien dengan isolasi sosial : menarik diri 2. Melatih keluarga cara merawat langsung pasien isolasi sosial:menarik diri SP 3 k 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang Diagnosa Keperawatan 2 : Harga diri rendah Pasien SP 1 p 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 2. Membantu menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan 3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan 4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih 5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien 6. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian 21

SP 2 p 1. Menevaluasi jadwal kegiatan haian pasien 2. Melatih kemampuan kedua 3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian Keluarga SP 1 k 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah SP 2 k 1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan harga diri rendah 2. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada pasien dengan harga diri rendah SP 3 k 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang Diagnosa keperawatan 3 Halusinasi Pasien SP 1 p 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 22

2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien 4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien 5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi 6. Mengidentifikasi respon pasien saat muncul halusinasi 7. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian SP 2 p 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi 3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian SP 3 p 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien) 3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian SP 4 p 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur 3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan kegiatan harian 23

Keluarga SP 1 k 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi SP 2 k 1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi SP 3 k 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang 24

25