asertifnya. Sebaliknya, jika semakin rendah tingkat religiositas seseorang, maka semakin rendah juga tingkat perilaku asertifnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. a. Hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seks pra-nikah. remaja Pondok Pesantren Modern sangat rendah.

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan

ABSTRAK McClelland (1953) Ken & Kate Back (1982)

HUBUNGAN ANTARA SELF CONTROL DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR SKRIPSI. Oleh: Astika Yudha Pratiwi

BAB V PENUTUP 5.1 Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN HIBURAN KOREA DENGAN BENTUK-BENTUK PERILAKU MODELING PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (1987). Test Prestasi. Yogyakarta: Liberty. Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BABV PENUTUP. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI PADA REMAJA DI PONDOK PESANTREN SKRIPSI

Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak (S

DAFTAR PUSTAKA. Adhi, R Metropolitan. (11 Oktober 2003).

Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN EFEKTIVITAS HUBUNGAN INTERPERSONAL PADA KARYAWAN SKRIPSI

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

KETERBUKAAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA REMAJA DENGAN ORANG TUA MENGENAI PENDIDIKAN SEKS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development (Perkembangan Manusia) (edisi ke 10 Buku 2). Jakarta: Salemba.

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (STUDI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TELAGA)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (Studi pada Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren dan yang Tinggal bersama Orang Tua)

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

BABV PENUTUP. dunia psikologi dan jelas terlihat dalam penelitian ini, bahwa perempuan yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, Abu Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA

GAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG. Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar.

Developmental and Clinical Psychology

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang hubungan religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa SMA Negeri I Tibawa

yang baik dengan penggunanya sehingga dapat menarik minat membaca mahasiswa untuk berkunjung di perpustakaan. minat membaca pada mahasiswa disarankan:

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. maka dapat ditariklah suatu kesimpulan, yaitu :

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Dalam penelitian ini perilaku asertif didefinisikan sebagai pengungkapan perilaku untuk membela hak diri sendiri secara tepat dan benar, namun tetap menghormati hak orang lain sehingga sikap individu tidak menyinggung perasaan orang lain. Untuk dapat membentuk suatu perilaku asertif, ada beberapa faktor yang mendukung terbentuknya perilaku asertif, salah satunya religiositas. Religiositas dalam penelitian ini mempunyai arti sebagai pengetahuan manusia akan Tuhan dan kedekatannya, serta mampu melakukan aktivitas kegiatan-kegiatan ritual seperti ibadah, membaca injil, berdoa hingga aktivitas yang dihayati individu sebagai sumber kebaikan sesuai dengan ajaran agama yang dianut. Dengan demikian, individu yang memiliki religiositas yang tinggi akan mampu menunjukan perilaku asertif sebagai penolakan perilaku seksual sebelum menikah yang dilarang oleh ajaran agamanya tanpa menyinggung perasaan lawan jenisnya. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang menyatakan terdapat hubungan antara religiositas dengan perilaku asertif untuk menolak perilaku seksual pranikah pada remaja yang pernah pacaran. Hal ini sesuai dengan hasil analisis data yang memperoleh nilai koefisien korelasi 0,440 dengan taraf signifikansi 0,000 (sig < 0,05). Terdapat hubungan positif antara kedua variabel, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat religiositas seseorang, maka semakin tinggi juga tingkat perilaku 48

49 asertifnya. Sebaliknya, jika semakin rendah tingkat religiositas seseorang, maka semakin rendah juga tingkat perilaku asertifnya. Hal ini didukung oleh penelitian Khairunnisa (2013) tentang religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah remaja yang menyatakan bahwa religiusitas dan kontrol diri yang baik akan dapat membuat remaja terhindar dari tingkah laku negatif seperti perilaku seksual pranikah. Religiusitas memiliki peranan yang sangat kuat dalam seseorang untuk bisa mengontrol diri dan menolak melakukan seks pranikah. Tidak hanya dibutuhkan sikap kontrol diri saja untuk dapat menolak seks pranikah, tetapi seseorang juga membutuhkan perilaku asertif juga untuk dapat menolak tanpa menyinggung perasaan orang tersebut. Peneliti mengambil subjek sebanyak 75 orang, yang terdiri dari 27 orang laki-laki (36%) dan 48 perempuan (64%). Peneliti juga menguji apakah ada perbedaan dari kedua variabel ditinjau dari jenis kelamin. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui uji Independent samples T-test, tidak ada perbedaan religiositas ditinjau jenis kelamin, diperoleh nilai sig (2-tailed) sebesar 0,433 (sig 0,05) yang berarti antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan dalam hal religiositas. Sedangkan dalam hal perilaku asertif ditemukan bahwa ada perbedaan perilaku asertif ditinjau dari jenis kelamin. Hasil perhitungan memperoleh nilai sig (2-tailed) 0,000 (sig 0,05) yang berarti ada perbedaan perilaku asertif antara remaja lakilaki dan perempuan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, perilaku asertif pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki (135,12 > 119,11). Hal ini menyatakan bahwa pada remaja perempuan memiliki perilaku asertif yang tinggi untuk menolak perilaku seks pranikah. Namun, hal ini berbeda dengan teori yang

50 dikemukakan oleh Sarumpaet (dalam Santosa, 1999: 88) yang menyatakan bahwa biasanya wanita lebih pemalu daripada pria. Perilaku asertif mahasiswa terhadap perilaku seks pranikah dapat dilihat sesuai dengan Tabel 4.7 yang menunjukan frekuensi subjek dilihat dari tingkat perilaku asertif seseorang. Perilaku asertif pada mahasiswa UKWMS berada pada 43 mahasiswa (57,33%) pada kategori sedang, 18 mahasiswa (24%) pada kategori tinggi, 13 mahasiswa (17,33%) pada kategori rendah, dan 1 mahasiswa (1,33%) pada kategori sangat rendah. Remaja yang asertif memiliki keyakinan serta keberanian untuk bertindak walaupun berbeda dengan lingkungannya. Seperti yang ditulis dalam penelitian Pratiwi (2015) mengenai pengaruh budaya jawa dan harga diri terhadap asertivitas pada remaja. Dalam penelitian tersebut terdapat hubungan antara pengaruh budaya dan harga diri terhadap asertivitas. Didalam budaya indonesia sendiri masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama, sehingga ajaran agama masih perpegang kuat dalam membentuk perilaku seseorang. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara religiositas dengan perilaku asertif, subjek yang memiliki tingkat religiositas yang termasuk sangat tinggi memiliki tingkat perilaku asertif yang sangat tinggi (20%), tinggi (1,3%), sedang (1,3%). Subjek yang memiliki tingkat Religiositas tinggi memiliki tingkat perilaku asertif yang sangat tinggi (20%), tinggi (29,3%), sedang (12%). Subjek yang memiliki tingkat Religiositas yang sedang memiliki tingkat perilaku asertif yang sangat tinggi (4%), tinggi (8%), sedang (4%). Tidak semua remaja merupakan remaja yang asertif. Perilaku asertif ini dinilai sebagai respon yang tepat dalam berbagai situasi. Seperti yang dikatakan oleh Jempormasse (2015) mengenai hubungan antara harga

51 diri dan asertivitas dengan perilaku seksual pada remaja. Menurut hasil penelitian tersebut, ada hubungan yang positif antara harga diri dan assertivitas terhadap perilaku seksual remaja. Sedangkan hasil dari sumbangan efektif religiositas terhadap perilaku asertif adalah sebesar 19,36%, sehingga masih ada 80,64% faktor lain lagi yang dapat mempengaruhi perilaku asertif seseorang. Adapun keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini, yaitu: 1. Penyebaran skala penelitian dilakukan ketika seluruh mahasiswa WM sedang libur pergantian semester, sehingga hanya ada beberapa mahasiswa saja yang datang ke kampus untuk mengikuti semester sisipan. 2. Tema penelitian yang memungkinkan timbulnya jawaban faking good dalam subjek mengisi angket, karena tema (seksual) bersifat sensitif 3. Karakteristik status subjek dalam hal berelasi mungkin dipersepsi secara berbeda 4. Social desirability subjek yang tinggi sekali 5.2. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara religiositas dengan perilaku asertif terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Hal ini sesuai dengan hasil analisis data yang memperoleh nilai koefisien korelasi 0,440 dengan taraf signifikansi 0,000 (sig < 0,05). Sumbangan efektif religiositas terhadap perilaku asertif sebesar 19,36%. Berarti semakin tinggi tingkat religiositas

seseorang, maka semakin tinggi juga tingkat perilaku asertifnya untuk menolak perilaku seksual pranikah. 52 5.3. Saran Melihat hasil yang didapatkan dari penelitian ini serta keterbatasan penelitian, maka saran yang bisa diberikan adalah : 1. Bagi subjek penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat lebih meningkatkan tingkat kereligiositasannya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan agama dan menjalankan perilaku sesuai dengan ajaran agamanya. Karena dengan berpedoman dengan ajaran agama, juga dapat meningkatkan perilaku asertif seseorang untuk tidak melakukan perilaku seks pranikah. 2. Bagi orangtua Dengan adanya penelitian ini disarankan bagi para orangtua untuk bisa membekali anaknya dengan pengetahuan tentang ajaran agama dan bimbingan tentang seksual agar anak mengerti dampakdampak buruk dari aktifitas seksual pranikah. Selain itu diharapkan agak orang tua bisa lebih memberikan batasan-batasan terkait dengan perilaku seksual pada anak-anaknya. 3. Bagi pihak universitas Pihak universitas hendaknya dapat memberikan pengetahuan agama secara lebih mendalam tentang sesksual diluar ajaran agama seperti misalnya terkait dengan lingkungan pergaulan, media, dan sebagainya.

53 4. Bagi tokoh agama Setelah mengetahui hasil bahwa religiositas dapat mempengaruhi asertivitas seseorang, hendaknya para tokoh agama dapat lebih mengajarkan secara aktif tentang ajaran agama terkait perilaku seksual pranikah serta batasan berpacaran yang benar di mata Tuhan pada remaja-remaja ditempat ibadah. 5. Bagi peneliti selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya mungkin dapat dilakukan uji hubungan untuk faktor-faktor lain diluar religiusitas seperti pengaruh media, pola asuh, pergaulan sekitar dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi asertivitas terhadap perilaku seksual pranikah

DAFTAR PUSTAKA Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Ancok, D & Suroso, F.N. (1994). Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Andisti, M.A. & Ritandiyono. (2008). Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa Awal. Diambil pada tanggal 4 Desember 2014 dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/psiko/article/view/298/238 Azwar, S. (1999). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. BKKBN. (2008). 63 % Remaja Indonesia Ngeseks Pra Nikah. Diambil pada tanggal 8 Juni 2015 dari http://wahdah.or.id/bkkbn-63-remajaindonesia-ngeseks-pra-nikah/. BKKBN. (2011). Seks Bebas Di Kalangan Remaja. Diambil pada tanggal 8 Juni 2015 dari http://kepri.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?list=8c526a76-8b88-44fe-8f81-2085df5b7dc7&id=130& ContentTypeId=0x01003DCAB ABC04B7084595DA364423D E7897 Bruno, F.J. (1989). Kamus Istilah Kunci Psikologi. Yogyakarta: Kanisius. Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. DeVito, A.J. (2001). The Interpersonal Communication Book Ninth Edition. New York: Addison Wesley Longman. Diadiningrum, J.R & Endrijati, H. (2014). Hubungan antara Sikap Asertivitas dengan Kecenderungan Menjadi Korban Kekerasan dalam Pacaran pada Remaja. Diambil pada tanggal 4 Desember 2014 dari http://journal.unair.ac.id/filterpdf/jppp6e47790c43 full.pdf 54

Hardjana, A.M. (2005). Religiositas, Agama & Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius. 55 Hurlock, E.B (1980). Development Psychology: A Life-Span Approach (5 th edition). Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Jempormasse, E.A. (2015). Hubungan Antara Harga Diri dan Asertifitas dengan Perilaku Seksual pada Remaja Putri SMA Negeri 9 Lempake Samarinda. Diambil pada tanggal 29 September 2016 dari https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url =http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/ uploads/2015/08/ejournal%2520angel%2520(08-26-15-02-13-30).docx&ved=0ahukewi5km7ere7oahugt48khtlbnwq FggcMAA&usg=AFQjCNFXTNwlvlCjESDgOJde1k5dQ8ExB Q&sig2=Ul3g-bHl08Doh_PFpMWjTQ Jurnas.com. (2014). Hubungan seksual Pranikah Remaja Meningkat. Diambil pada tanggal 26 September 2014 dari http://m.jurnas.com/news/137555/hubungan-seksual-pranikah- Remaja-Meningkat-2014/1/Sosial-Budaya/Kesehatan/. Khairunisa, A. (2013), Hubungan Religiusitas dan Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja di MAN 1 Samarinda. Jurnal Samarinda: Universitas Mulawarman. Diambil pada tanggal 29 Agustus 2016 dari http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=chace:h-ublg6c0rcj:scholar.google.com/&hl=id&as_sdt= 0,5 Munir, M. (2010). Tiap Tahun, Remaja Seks Pra Nikah Meningkat. Diambil pada tanggal 26 September 2014 dari http://m.okezone.com/rea d/2010/12/04/338/400182/tiap-tahun-remaja-seks-pranikahmeningkat Myers, G.E & Myers, M.T. (1992). The Dynamics of Human Communication: A Laboratory Approach. Singapore: McGraw-Hill

Novalia & Dayakisni, T. (2013). Perilaku Asertif dan Kecenderungan menjadi Korban Bullying. Diambil pada tanggal 4 Desember 2014 dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/ 1366 56 Novitriani, S. (2013). Menumbuhkan Perilaku Asertif Pada Remaja. Diambil pada tanggal 30 Maret 2015 dari http://kalsel.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?list=8 c526a76-8b88-44fe-8f81-2085df5b7dc7&id=456&content TypeId=0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897 Ramayulis, H. (2002). Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia. Reza, I.F. (2013). Hubungan antara Religiusitas dengan Moralitas pada Remaja di Madrasah Aliyah (MA). Diambil pada tanggal 4 Desember 2014 dari http://journal.uad.ac.id/index.php/humanit as/article/download/335/225 Pratiwi, W.E. (2015). Pengaruh Budaya Jawa dan Harga Diri Terhadap Asertivitas pada Remaja Siswa Kelas XDKI SMA Negeri 3 Ponorogo. Diambil pada 29 Agustus 2016 dari https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=htt p://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads /2015/02/JURNAL%2520YUNI%2520(02-18-15-05-23-25).pd f&ved=0ahukewjyweytouvoahwds48khappb-iqfggema A&usg=AFQjCNGkREk2r5j7EPCUAnYfyCyP7vi51A&sig2= 6sxzFaC9YD0nwPZNSQnKoA Santosa, J.S. (1999). Peran Orang Tua Dalam Mengajarkan Asertivitas Pada Remaja. Anima Indonesian Psychological Journal, 15, 83-91. Santrock, J.W. (2007). Remaja, edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga Sarwono, S.W. (2002). Psikologi Remaja, edisi revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sarwono, S.W. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sujarweni, V.W & Endrayanto, P. (2012). Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Verderber, R.F. (1996). Communicate!. United States of America: Wadsworth. 57