Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut adalah adversity

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Adversity Quotient

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru SLB-C Islam di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang

BAB II KAJIAN TEORITIK

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI

Sartika, namun dengan kuatnya iklim yang terdapat di lingkungan SD Dewi Sartika,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seringkali kebutuhan ekonomi menjadi kebutuhan yang penting bagi manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data, serta penyajian hasilnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian

PETUNJUK PENGISIAN. #### Selamat Mengerjakan ####

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi seorang guru membutuhkan persyaratan-persyaratan spesifik di

Studi Deskriptif Adversity Quotient Mahasiswa Berprestasi Rendah Fakultas Psikologi Unisba Angkatan 2012

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata adversity berasal dari bahasa Inggris yang berarti kegagalan atau kemalangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aspek bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

Nur Asyah Harahap 1) dan Ria Jumaina 2) Dosen FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis perekonomian di Indonesia yang berdampak sangat luas,

ADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:43) analisis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, hampir setiap hari manusia menemui kesulitankesulitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adversity Quotient merupakan kerangka konseptual untuk memahami dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

GAMBARAN KECERDASAN ADVERSITAS PADA ANGGOTA POLISI SATUAN RESERSE DAN KRIMINAL (SAT RESKRIM)

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: b. Kecerdasan Adversitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan kemahasiswaan tertua yang berada di lingkungan Universitas X di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pekerjaannya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar. Guru merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Alasan Memilih Teori Adversity Quotient. dan tantrum saat orang tuanya telat menjemput.

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia menjadi semakin mudah untuk dilakukan. Informasi ini disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PELATIHAN MANAJEMEN QOLBU TERHADAP PENINGKATAN ADVERSITY QUOTIENT. Oleh : NURRATRI PRAMAWATI IRWAN NURYANA K

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Kinerja Guru. performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

KECERDASAN ADVERSITAS

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Geometri Van Hiele. a) Kemampuan berpikir geometri Van Hiele

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

STUDI DESKRIPTIF ADVERSITY QUOTIENT MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA BERDASAR JENIS KELAMIN DAN KEMAMPUAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMETAAN ADVERSITY QUOTIENT MAHASISWA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU

BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan hasil riset lebih dari 500 kajian di seluruh dunia. Kecerdasan adversitas ini

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Raya Ngebel Semanding, Jenangan, Ponorogo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran problem based learning. Hasil penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir tahun 1997, negara-negara di Asia dilanda oleh krisis ekonomi

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal-hal yang tidak terduga seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa

TINGKAT ADVERSITAS SISWA KMS (KARTU MENUJU SEJAHTERA) DI SMA NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Siswa-siswi yang sedang berada di tingkat pendidikan SMA. seringkali menjadi kekhawatiran bagi orang tua dan guru, karena


BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

Ani Khoerunni mah 1, Kriswandani 2, Wahyudi 2. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang. Pengelolaan diri atau regulasi diri adalah upaya individu untuk

BAB II LANDASAN TEORI. bagian yaitu tinjauan teori mengenai kepuasan berwirausaha, Adversity Quotient.

persaingan yang terjadi dalam dunia industri, teknologi transportasi dan telekomunikasi bahkan dalam dunia pendidikan. Khususnya Indonesia


EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF. Rury Muslifar

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT ADVERSITY QUOTIENT ATLET DIY M. Yunus Sb, BM Wara K. dkk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 10 Oktober 2017

Transkripsi:

Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung 1 Olla Tiyana, 2 Eni Nuraeni Nugrahawati 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl Tamansari No. 1 40116 e-mail : 1 tiyanaolla@gmail.com, 2 enipsikologi@gmail.com Abstrak. Madrasah Aliyah Al-Mursyid merupakan salah satu sekolah di Kota Bandung yang terbuka bagi masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Sebanyak 70% siswa memiliki pekerjaan di luar jam sekolah, sehingga memberikan dampak yang negatif seperti siswa menjadi terlambat sekolah, mengantuk di kelas dan tidak fokus ketika belajar karena kelelahan. Hal tersebut menjadi sebuah kendala bagi guruguru yang berhadapan langsung dengan para siswa. Guru juga dihadapkan dengan kendala lain seperti orang tua siswa lebih memilih anaknya untuk bekerja, fasilitas sekolah minim, siswa malas-malasan mengerjakan tugas dan ujian remedial, serta rendahnya motivasi bersekolah siswa. Penghasilan perbulan yang diterima guru tidak besar dan sering ditunggak oleh pihak yayasan. Namun dengan segala kesulitan, guru Madrasah Aliyah Al-Mursyid tetap bertahan mengajar dan selalu berusaha untuk mencari jalan keluar dari setiap permasalahan. Menurut Paul. G. Stoltz (2005), adversity quotient ialah kemampuan seseorang dalam mengalami kesulitan dan mengolah kesulitan sehingga menjadi sebuah tantangan untuk diselesaikan. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran profil adversity quotient guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung. Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda studi deskriptif dengan subjek 14 guru. Pengumpulan data menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari adversity quotient response profile Paul. G. Stoltz. Berdasarkan pengolahan data diperolah hasil bahwa guru Madrasah Aliyah Al-Mursyid memiliki adversity quotient tinggi atau tipe climber sebanyak 12 guru atau 86%, dengan 10 guru atau 71,42% berada pada dimensi control tinggi, 7 guru atau 50% berada pada dimensi origin dan ownership sedang dan 7 guru atau 50% berada pada dimensi origin dan ownership tinggi, 11 guru atau 78, 58% berada pada dimensi reach tinggi, 11 guru atau 79% berada pada dimensi endurance tinggi. Kata Kunci: Adversity Quotient, Guru, Madrasah Aliyah, Climber, Control, Origin dan Ownership, Reach, Endurance. A. Pendahuluan Madrasah Aliyah Al-Mursyid didirikan pada tahun 1993 oleh Ikatan Remaja Masjid di Daerah Antapani Bandung. Ide pembentukan Sekolah Madrasah Aliyah Al- Mursyid didasarkan pada keprihatinan para anggota Ikatan Remaja Masjid di Daerah Antapani Bandung terhadap anak-anak dari keluarga ekonomi rendah yang sulit untuk mendapat pendidikan. Hingga saat ini, terdapat 90% siswa berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah dan 70% diantara siswa tersebut memiliki pekerjaan di luar jam sekolah, seperti bekerja membantu orang tua di pasar, buruh di perusaahan kecil, pegawai sablon, menjadi tukang parkir hingga menjadi pemulung. Pekerjaan diluar jam sekolah memberikan dampak negatif bagi kegiatan belajar mengajar yaitu siswa menjadi terlambat hadir sekolah, siswa mengantuk di kelas dan tidak fokus ketika belajar karena kelelahan. Seluruh dampak negatif tersebut memberikan kendala bagi guru-guru Madrasah Aliyah Al-Mursyid yang berhadapan langsung dengan para siswa. Kendala lain yang dihadapi guru ialah orang tua yang kurang memberikan perhatian kepada pendidikan anak-anak mereka yang menyebabkan orang tua lebih memilih anaknya untuk bekerja dibandingkan bersekolah. Hal tersebut menyebabkan tingginya angka membolos siswa. Siswa-siswa juga malas-malasan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) serta ujian remedial sehingga dalam hal ini guru yang lebih aktif mengingatkan siswa. Keterbatasan ekonomi juga menyebabkan siswa kurang mampu membeli peralatan untuk tugas-tugas sekolah 299

300 Olla Tiyana, et al. sehingga guru merasa terkendala dalam menyelesaikan materi pembelajaran. Selain permasalahan yang disebabkan oleh siswa, guru juga merasa terkendala dengan minimnya fasilitas sekolah, seperti tidak tersedianya model pembelajaran bagi guru, tidak adanya ruang serbaguna yang dapat dipergunakan untuk kegiatan siswa, ruang kelas yang sempit, sumpek dan kurang pencahayaan. Walaupun dihadapkan pada berbagai kesulitan, Sekolah Madrasah Aliyah Al- Mursyid dapat bertahan hingga kini. Sebanyak 40 % siswa yang bersekolah merupakan siswa pindahan dari sekolah lain. Siswa pindahan tersebut keluar dari sekolah terdahulunya disebabkan oleh berbagai hal seperti terlibat perkelahian dengan teman dan guru serta sering membolos. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, siswa-siswa pindahan ini dapat menunjukkan perubahan sikap yang positif semenjak bersekolah di Madrasah Aliyah Al-Mursyid. Pengembangan akhlak siswa yang terus dibimbing oleh para guru serta pelajaran agama yang lebih banyak diberikan di sekolah membuat siswa pindahan tersebut bisa menunjukkan perilaku yang lebih positif. Hambatan yang dihadapi guru-guru Madrasah Aliyah Al-Mursyid tersebut, tidak membuat guru berdiam diri. Sebaliknya, guru selalu berusaha untuk mencari jalan keluar dari setiap permasalahan. Para guru rutin mengadakan diskusi seminggu sekali diluar rapat kerja yang sekolah adakan. Diskusi rutin ini bertujuan untuk guru saling menyampaikan kesulitan apa yang mereka hadapi, pemecahan masalah apa yang tepat dilakukan serta saling memberikan ide dalam pemecahan masalahnya. Berdasarkan hasil wawancara, guru sering dihadapkan pada kegagalan dalam mencapai pemecahan masalah, namun guru berusaha untuk bangkit dan berusaha mencari jalan keluar yang lain. Jalan yang dilalui oleh para guru dalam menyelesaikan setiap permasalahan juga terkadang terhambat, namun guru menunjukkan perilaku tidak menyerah dan gigih dalam mencapai tujuan. B. Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori Adversity Quotient yang dikemukakan oleh Paul. G. Stoltz (2004). Adversity Quotient merupakan kemampuan seseorang dalam mengalami kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut sehingga menjadi sebuah tantangan untuk dapat diselesaikan. Pengukuran adversity quotient adalah suatu pengukuran tentang bagaimana seseorang merespon terhadap kesulitan terutama dalam penggapaian sebuah tujuan, cita-cita, harapan dan kepuasan pribadi dari hasil kerja/aktivitas itu sendiri. Respon individu terhadap kesulitan dapat dilihat melalui empat dimensi, yaitu: 1. Control (C) Dimensi control mempertanyakan: Berapa banyak kendali terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan? Orang dengan adversity quotient tinggi ialah seseorang yang merasakan keuletan dan tekad yang tidak kenal menyerah, tidak jatuh ke dalam keputusasaan yang tak berdasar. Seseorang dengan dimensi control yang sedang akan merespon peristiwaperistiwa buruk sebagai sesuatu yang berada dalam kendalinya, tergantung pada besarnya peristiwa itu. Sebaliknya semakin rendah dimensi control, maka semakin besar kemungkinan seseorang merasa bahwa peristiwa-peristiwa yang buruk berada di luar kendalinya, sering menjadi tak berdaya saat menghadapi kesulitan. 2. Origin dan Ownership (O2) Volume 2, No.1, Tahun 2016

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quptient pada Guru di Madrasah Aliya Al-Mursyid 301 Origin dan Ownership mempertanyakan dua hal: siapa atau apa yang menjadi asal-usul kesulitan? dan sampai sejauh manakah saya mengakui akibat-akibat kesulitan ini? Semakin tinggi skor dimensi ini maka akan menganggap sumber kesulitan itu berasal dari orang lain atau dari luar dan menempatkan peran diri sendiri pada tempat yang sewajarnya. Pada skor sedang, seseorang merespon peristiwa-peristiwa yang penuh dengan kesulitan sebagai sesuatu yang berasal dari diri sendiri, akan membatasi tanggung jawab, tidak bersedia memberikan lebih banyak kontribusi. Semakin rendah skor dimensi ini semakin besar ia menganggap diri sendiri sebagai asal-usul peristiwa buruk yang bisa berakibat parah pada tingkat stres, ego dan motivasi. 3. Core (C) Dimensi ini mempertanyakan: sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan saya? Semakin tinggi respon seseorang di dalam dimensi ini, semakin ia merespon kesulitan sebagai sesuatu yang spesifik dan terbatas, merasa lebih berdaya dan perasaan kewalahan akan berkurang. Pada kisaran sedang, seseorang merespon peristiwa sulit sebagai sesuatu yang spesifik namun terkadang membiarkan peristiwa itu secara tidak langsung masuk ke dalam wilayah lain dalam kehidupannya. Seseorang dengan skor rendah akan menganggap peristiwa buruk sebagai bencana, memandang kesulitan sebagai sesuatu yang merasuki wilayah lain kehidupannya, membuat diri sendiri menjadi tidak berdaya untuk mengambil tindakan. 4. Endurance (E) Dimensi ini mempertanyakan dua hal: berapa lamakah kesulitan akan berlangsung? dan berapa lamakah penyebab kesulitan ini akan berlangsung? Semakin tinggi skor dimensi ini, ia akan memandang kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung permanen dan menganggap kesulitan dan penyebab sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu, dan kecil kemungkinannya terjadi lagi. Pada kisaran tengah (sedang), seseorang akan menunda pengambilan tindakan yang konstruktif, lemah dan hilang harapan. Semakin rendah skor, semakin besar kemungkinannya ia akan memandang kesulitan dan penyebab-penyebabnya sebagai peristiwa yang berlangsung lama, dan menganggap peristiwa-peristiwa positif sebagai sesuatu yang bersifat sementara. C. Hasil dan Pembahasan Tabel 3.1 Hasil Kategorisasi Tingkat Adversity Quotient Kategori Rentang F % Adversity Quotient Tinggi 134-182 12 86% Adversity Quotient Sedang 85-133 2 14% Adversity Quotient Rendah 36-84 0 0% Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

302 Olla Tiyana, et al. Tabel 3.2 Gambaran Dimensi Control Tinggi 10 71,42% Sedang 4 28, 58% Rendah 0 0 Tabel 3.3 Gambaran Dimensi Origin dan Ownership Tinggi 7 50% Sedang 7 50% Rendah 0 0 Tabel 3.4 Gambaran Dimensi Reach Tinggi 11 78,58% Sedang 3 21,42% Rendah 0 0 Tabel 3.5 Gambaran Dimensi Endurance Tinggi 11 79% Sedang 2 14% Rendah 1 7% Berdasarkan perhitungan menunjukkan bahwa 12 guru atau 86% memiliki adversity quotient tinggi atau tipe climber. Adversity quotient yang tinggi membuat para guru Madrasah Aliyah Al-Mursyid dapat bertahan menghadapi segala kesulitan yang mereka hadapi selama mengajar. Guru-guru di Madrasah Aliyah meyakini bahwa segala usaha yang kini mereka lakukan akan memberikan hasil yang memuaskan di masa yang akan datang. Guru-guru meyakini setiap usaha yang dilakukan pasti akan membawa perubahan walau sekecil apapun itu. Berdasarkan hasil perhitungan tentang Adversity Quotient, didapatkan gambaran sikap guru-guru yang mampu mengontrol segala permasalahan di sekolah yang mereka hadapi. Sikap tersebut mampu memberikan rasa optimis dan tekad yang tidak kenal menyerah yang dapat tercermin dari tindakan-tindakan dan pikiran-pikiran Volume 2, No.1, Tahun 2016

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quptient pada Guru di Madrasah Aliya Al-Mursyid 303 yang dapat membantu guru-guru mencari jalan keluar dari permasalahan dan kesulitan yang dihadapi. Berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi selama mengajar, guru menganggap kesulitan-kesulitan itu sebagai sesuatu yang disebabkan oleh hal yang berada di luar diri guru namun guru tetap bertanggung jawab di dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi. Guru tidak menyalahkan diri sendiri ketika dihadapkan oleh sebuah permasalahan, namun selalu berusaha untuk belajar dari kesalahan di masa lalu. Selain itu, guru-guru juga mampu membatasi jangkauan yang dirasakan yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa buruk. Dalam hal ini, guru-guru mampu membatasi peristiwa buruk yang terjadi di sekolah untuk tidak mengganggu aspekaspek lain di dalam kehidupannya, yaitu guru tetap bersikap profesional dalam mengajar walaupun penghasilan yang didapat tidaklah besar dan sering ditunggak. Guru-guru tidak membiarkan permasalahan di sekolah mengganggu aktivitas di rumah bersama keluarga serta tidak mempengaruhi relasi kuat yang dimiliki dengan rekan kerja. Ketika dihadapkan pada kesulitan, guru-guru mampu melihat bahwa akan selalu ada jalan keluar dari setiap permasalahan. Melalui keyakinan bahwa kesulitan yang dihadapi ini bersifat sementara dan akan segera berlalu, mampu meringankan beban perasaan guru-guru saat menempuh saat-saat yang sulit. D. Kesimpulan Mayoritas guru Madrasah Aliyah Al-Mursyid berada pada katagori Adversity Quotient tinggi atau tipe climber. Guru-guru terus berjuang ketika dihadapkan pada masalah, berusaha mencari jalan keluar dan tidak membiarkan masalah tersebut menghambat tugas dan pekerjaannya sebagai seorang guru. Guru-guru mampu mengontrol segala permasalahan di sekolah yang mereka hadapi, menganggap penyebab permasalahan berasal dari luar dirinya namun tetap bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Guru juga mampu membatasi jangkauan yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa buruk agar tidak meluas ke dalam aspek kehidupannya, yakin bahwa kesulitan yang dihadapi ini bersifat sementara dan akan segera berlalu. Daftar Pustaka Agusta, N Y. 2015. Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dan Daya Juang Terhadap Kesiapan Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Di Universitas Mulawarman. ejournal Psikologi: Universitas Mulawarman. Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Bekti, Isiyana. Hubungan Antara Optimisme Dengan Adversity Quotient Pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Uns Yang Mengerjakan Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Meisya, Anitya 2012. Studi Mengenai Adversity Quotient Pada Guru PAUD Harapan Bunda Di Desa Tanjungmulya Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Bandung : Universitas Islam Bandung. Mulyani, HRA. (2012). Peranan Guru Sebagai Tenaga Pendidikan di Indonesia. Jurnal Nuansa Kependidikan Vol. 6 Nomor 1. http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal/nuansa%20mulyani%20vol%2016%20n o%201%20nop%202012.pdf Di akses 9 Juni 2015. Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

304 Olla Tiyana, et al. Nasir, Muhammad. (2009). Pengembangan Kurikulum Berbasis Madrasah. Jurnal Penelitian Vol.10 No.2. http://jurnal.upi.edu/file/muhammad_nasir.pdf Di akses pada 10 Juni 2015. Noor, Hasanuddin. (2009). Psikometri Aplikasi Dalam Penyusunan Instument Pengukuran Perilaku. Bandung : Fakultas Psikologi Universital Islam Bandung. Puspita, Dian. 2013. Studi Mengenai Adversity Quotient Pada Guru Di Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung. Bandung : Universitas Islam Bandung. Ronnie, Dani. 2006. The Power of Emotional and Adversity Quotient for Teachers. Bandung : PT. Mizan Publika. Stoltz, Paul G. 2004. Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta : Grasindo Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta. Volume 2, No.1, Tahun 2016