TELAAH KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK N-HEKSANA DAUN KINA (Cinchona ledgeriana L)

dokumen-dokumen yang mirip
PENETAPAN KADAR FLAVONOID EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN KINA ( Cinchona officinalis L) Diana Sri Zustika

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

ANNISA RAHMAYANI TELAAH KANDUNGAN KIMIA RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS L.) PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

Lampiran 1. Lampiran Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

ABSTRAK. Kata kunci : Flavonoid, fase n-butanol, Averrhoa bilimbi Linn, oxalidaceae, penapisan fitokimia, spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Telaah Fitokimia Daun Srikaya (Annona squamosa L.) yang Berasal dari Dua Lokasi Tumbuh

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MINDI (Melia azedarach L)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode eksploratif meliputi pengumpulan

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

Isolasi Flavonoid dari Daun Durian (Durio Zibethinus Murr., Bombacaceae)

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Simplisia Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius, Poepp)

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

RatnaDjamil, WiwiWinarti, Indah Yuniasari FakultasFarmasiUniversitasPancasila, Jakarta 12640,Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

Bab III Metodologi Penelitian

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

Ratna Djamil, Wiwi Winarti, Nurul Istiqomah Fakultas farmasi universitas pancasila ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB IV PROSEDUR KERJA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Hewan Uji 3.4 Pengumpulan Bahan Uji

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAHAN SKRIPSI KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN ISOLASI SENYAWA SAPONIN DARI BIJI TUMBUHAN GAMBAS (Luffa acutangula Roxb. L.)

III. BAHAN DAN METODA

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA SERTA ISOLASI STEROID/TRITERPENOID DARI EKSTRAK ETANOL PUCUK LABU SIAM (Sechium edule (Jacq.) Sw.

Isolasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr), Euphorbiaceae

Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dari Babakan Ciparay, Bandung Selatan, Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID PADA DAUN KATU (Sauropus androgynus (L.) Merr)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIBAKTERI EKSTRAK N- HEKSAN DAUN JATI (Tectona grandis L.F)

Transkripsi:

TELAAH KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK N-HEKSANA DAUN KINA (Cinchona ledgeriana L) Diana Sri Zustika STIKes BTH Tasikmalaya Program Studi Farmasi. Jl. Cilolohan No. 36 Tasikmalaya ABSTRAK Latar Belakang dan Tujuan : Daun kina Cinchona officinalis L (family Rubiaceae) adalah tanaman obat yang berasal dari Peru yang tumbuh di Indonesia, memiliki potensi secara tradisional dalam mengobati kudis dan kurap. Penelitian mengenai kajian fitokimia masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah menelaah kandungan non alkaloid daun kina Cinchona officinalis L. Metode: Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan pelarut n-heksana. Penapisan fitokimia dilakukan terhadap simplisia daun kina dan ekstrak. Fraksinasi dilakukan terhadap ekstrak n- heksana dengan kromatografi cair vakum dengan sistem elusi gradien. Pemurnian dilakukan secara KLT preparatif. Karakterisasi isolat dilakukan dengan penampak bercak spesifik, spektrofotometri uv-visibel, kromatografi kertas (KKT) 2 dimensi, dan spektrofotometri inframerah. Hasil: Isolat diperoleh dari ekstrak n-heksana memberikan warna ungu setelah disemprot pereaksi Liebermann- Burchard dan di bawah sinar UV λ 366 nm. Data spektrofotometri inframerah menunjukkan bahwa isolat mempunyai gugus fungsi OH, C-H, C=O, C-O. Kesimpulan: Telah berhasil diisolasi satu senyawa triterpenoid dari ekstrak n-heksana yang mempunyai gugus fungsi OH, C-H, C=O, C-O. Kata kunci: Daun Cinchona officinalis L, ekstrak n-heksana, triterpenoid. PENDAHULUAN Cinchona officinalis L atau lebih sering dikenal dengan nama kina merupakan tanaman yang berasal dari Bolivia dan Peru yang juga tumbuh di Indonesia. Kina (Cinchona officinalis L) diketahui memiliki kadar kinin yang tinggi yaitu 4-13% (Astika,1975). Kinin digunakan sebagai obat antimalaria, sedangkan kinidin selain digunakan sebagai obat antimalaria juga dapat digunakan sebagai obat untuk menormalkan denyut jantung yang tidak teratur (cardiac arythmic) (Verstrijden, 1975). Pada industri minuman ringan, kinin biasanya digunakan sebagai pemberi cita rasa (flavoring agent) karena rasanya pahit (Anderson et al., 1986). Daun kina digunakan oleh masyarakat secara empiris sebagai obat kudis dan kurap, penelitian tentang kajian fitokimianya masih sangat terbatas. Di samping itu belum ditemukan publikasi ilmiah tentang 7 kandungan metabolit sekunder dari daun kina dan khasiatnya. Daun kina kemungkinan besar juga mengandung alkaloid (termasuk kinin) seperti halnya kulit batangnya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melakukan telaah kandungan non alkaloid dari daun kina. METODE PENELITIAN Alat Alat maserasi, rotavapor (Buchi rotavapor R-124), seperangkat alat kromatografi cair vakum, spektrofotometer ultraviolet-visibel ( Hewlet Packard 8453), krus silikat, mikropipet, chamber, pipa kapiler, seperangkat alat destilasi, botol timbang, lampu ultraviolet λ 254 nm dan λ 366 nm (Desaga Sarstedt), mikroskop, kaca objek, freeze dryer, spektrofotometer inframerah. Bahan Daun Cinchona officinalis L, n- heksana, etil asetat, metanol 90%, amil alkohol, besi (III) klorida, natrium

hidroksida, natrium asetat, serbuk magnesium, gelatin, amonia, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, sitrobrat, aluminium klorida, amil alkohol, natrium hidroksida, pereaksi Libermann- Burchard, kloralhidrat, kertas saring, kertas saring bebas abu, asam klorida, asam asetat, asam sulfat, asam format, aquades, silika gel GF 254, asam sulfat, silika gel 60 H. Metode Penelitian Penyiapan Bahan Meliputi pengumpulan bahan, determinasi dan pengolahan bahan yang terdiri dari sortasi basah, pencucian dan pembuatan serbuk. Ekstraksi dan Pembuatan Ekstrak Ekstraksi menggunakan cara maserasi menggunakan pelarut dengan kepolaran meningkat. Pemantauan ekstrak dilakukan secara KLT dengan pengembang yang sesuai. Pemurnian dan Uji Kemurnian Pemurnian dilakukan dengan KLT preparatif. Uji kemurnian secara KLT pengembangan tunggal 3 macam pengembang berbeda dan KLT 2 dimensi. Karakterisasi isolat dilakukan menggunakan penampak bercak spesifik, spektrofotometri uv-visibel, KKt dua dimensi dan Spektrofotometri infra merah (IR). Fraksinasi Fraksinasi dilakukan secara kromatografi cair vakum. Pemantauan fraksi dilakukan secara KLT dengan pengembang yang sesuai. Hasil dan Pembahasan Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kina yang diperoleh dari kebun PPTK (Pusat Penelitian Teh dan Kina ) Gambung. Hasil determinasi di Herbarium Bandungense SITH Institut Teknologi Bandung diketahui bahwa tanaman tersebut adalah Cinchona officinalis L. Pengolahan bahan meliputi sortasi basah, pencucian, pengeringan dan penggilingan sampai menjadi serbuk. Selanjutnya serbuk disimpan dalam wadah tertutup rapat. (a) (b) Gambar V.1 Makroskopis simplisia daun kina, a) daun kina, b) serbuk daun kina Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan adanya rambut penutup, epidermis, fragmen ikatan pembuluh, serabut sklerenkim, trakea dengan penebalan spiral. (e) Gambar V.2 Mikroskopik daun kina, a) serabut sklerenkim, b) epidermis, c) fragmen ikatan pembuluh, d) rambut penutup, e) trakea 8

Pemeriksaan organoleptik menunjukkan bahwa simplisia berwarna hijau kemerahmerahan, berbau khas dan mempunyai rasa sepat. Penapisan fitokimia simplisia dilakukan untuk mengetahui kandungan golongan dalam simplisia yang digunakan. Hasil penapisan fitokimia tertera pada Tabel V.1. Tabel V.1 Hasil Penapisan Fitokimia Simplisia ( Farnsworth, 1966 ) Golongan Hasil Alkaloid + Tanin - Flavonoid + Steroid/triterpenoid + Kuinon + Saponin - Keterangan : (+) terdeteksi, (-) tidak terdeteksi Tabel V.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Karakterisasi Hasil (%b/b) Kadar abu total 0,82% Kadar abu tidak larut asam 0,41% Kadar abu larut air 0,47% Kadar sari larut etanol 21,07% Kadar sari larut air 19,31% Susut Pengeringan 6,90% Kadar Air 5,40%, * Keterangan : * (v/b) Kadar abu tidak larut asam menggambarkan abu non fisiologis, yaitu abu yang berasal dari lingkungan luar seperti tanah dan pasir. Besarnya kandungan senyawa anorganik suatu tanaman erat kaitannya dalam kondisi tempat tanaman tersebut tumbuh. Serbuk simplisia sebanyak 2 kg diekstraksi dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut n-heksana 3 x 24 jam. Ekstrak dipekatkan hingga diperoleh ekstrak kental n-heksana 78,28 gram. Penapisan fitokimia dilakukan terhadap ekstrak yang diperoleh, untuk mengetahui kandungan golongan dalam ekstrak. Hasil penapisan fitokimia ekstrak tertera pada Tabel V.3. Tabel V.3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak ( Farnsworth, 1966) Golongan Ekstrak Senyawa N-heksana Alkaloid - Tanin - Flavonoid - Steroid / Triterpenoid + Kuinon - - Keterangan : (+) terdeteksi, (-) tidak terdeteksi Pemantauan dilakukan secara kromatografi lapis tipis dan dipantau menggunakan lampu uv λ 254 nm dan λ 366 nm penampak bercak H 2 SO 4 10% dalam metanol. 9

1 2 3 (a) Gambar V.3 Kromatogram lapis tipis pemantauan ekstrak, fase diam silika gel GF 254. a) ekstrak n-heksana, fase gerak n-heksana-etil asetat (9:1), 1) di bawah sinar uv λ 254 nm, 2) di bawah sinar uv λ 366 nm, 3) H 2 SO 4 10%, di bawah sinar tampak. Fraksinasi ekstrak n-heksana dilakukan secara kromatografi cair vakum, dengan. elusi gradien menggunakan n-heksanaetil asetat 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 Gambar V.4 Kromatogram lapis tipis fraksi, ekstrak n-heksana, fase diam silika gel GF 254, fase gerak n-heksana-etil asetat (9:1), a) di bawah sinar uv λ 254 nm, b) di bawah sinar uv λ 366 nm, c) H 2 SO 4 10%, di bawah sinar tampak, d) penampak bercak Liebermann-Burchard, dibawah sinar uv λ 366 nm. = senyawa target. Hasil pemantauan fraksi ekstrak n- heksana dengan penampak bercak Liebermann - Burchard menunjukkan pada fraksi 3 diduga terdapat senyawa target. Selanjutnya dilakukan pemisahan kembali terhadap fraksi 3 dan diperoleh 8 sub fraksi. Pada sub fraksi 7-8 terdapat senyawa target yang positif dengan penampak bercak Liebermann- Burchard. 10

F3 1 2 3 4 5 6 7 8 F3 1 2 3 4 5 6 7 8 F3 1 2 3 4 5 6 7 8 F3 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar V.5 Kromatogram lapis tipis sub fraksi 1-8, fase diam silika gel GF 254, fase gerak n-heksana - etil asetat (9:1), a) di bawah sinar uv λ 254 nm, b) di bawah sinar uv λ 366 nm, c) penampak bercak H 2 SO 4 10%, di bawah sinar tampak, d) penampak bercak Liebermann-Burchard, di bawah sinar uv λ 366 nm. = senyawa target. Selanjutnya dilakukan pemurnian sub fraksi 7-8 secara KLT preparatif 4 3 2 1 Gambar V.6 (a) (b) (c) Kromatogram lapis tipis preparatif sub fraksi 7-8, fase diam silika gel 60 GF 254 fase gerak n-heksana-etil asetat (9:1), a) di bawah sinar uv λ 254 nm, b) di bawah sinar uv λ 366 nm, c) penampak bercak Liebermann-Burchard, di bawah sinar uv λ 366 nm. Dari hasil pemurnian dengan KLT preparatif sub fraksi 7-8 diperoleh 4 pita, kemudian dipantau dengan KLT. F7-8 p1 p2 p3 p4 F7-8 p1 p2 p3 p4 F7-8 p1 p2 p3 p4 F7-8 p1 p2 p3 p4 Gambar V.7 Kromatogram lapis tipis pita 1-4, fase diam silika gel GF 254, fase gerak n- heksana-etil asetat (9:1), a) di bawah sinar uv λ 254 nm, b) di bawah sinar uv λ 366 nm, c) penampak bercak H 2 SO 4 10%, di bawah sinar tampak d) penampak bercak Liebermann-Burchard, di bawah sinar uv λ 366 nm. = senyawa target 11

Dari pemantauan 4 pita, diduga pita 3 mengandung senyawa yang positif dengan Liebermann-Burchard. Kemudian pita 3 dikerok diekstraksi dengan metanol dan dipantau secara KLT. Pita 3 dimurnikan kembali secara KLT preparatif dan diperoleh 2 pita. Pita 2 mengandung senyawa yang positif dengan Liebermann-Burchard kemudian pita 2 dikerok, diekstraksi dengan metanol dan dipantau secara KLT. Hasil uji kemurnian pita 2 dengan KLT pengembangan tunggal dan KLT 2 dimensi menunjukkan 1 bercak, selanjutnya pita 2 disebut isolat. 1 1 2 1 2 1 2 2 Gambar V.8 Kromatogram lapis tipis uji kemurnian pita 2, fase diam silika gel GF 254, 1) di bawah sinar uv λ 254 nm. 2) penampak bercak H 2 SO 4 10%, di bawah sinar tampak, fase gerak a) n-heksana- kloroform (9,5 : 0,5) b) n- heksana-etil asetat (9:1), c) etil asetat-metanol (9,5 : 0,5), d) KLT 2 dimensi fase gerak I n-heksana, fase gerak II n-heksana-etil asetat (9:1), = senyawa target Karakterisasi isolat dilakukan dengan penampak bercak Liebermann-Burchard, menunjukkan bahwa isolat menghasilkan warna ungu dengan penampak bercak Lieberman-Burchard. Dengan demikian diduga bahwa isolat adalah senyawa triterpenoid. Gambar V.9 Kromatogram lapis tipis karakterisasi isolat, fase diam silika gel GF 254, fase gerak n-heksana etil asetat (9:1), a) di bawah sinar uv λ 254 nm, b) di bawah sinar uv λ 366 nm c) penampak bercak H 2 SO 4 10%, di bawah sinar tampak, d) penampak bercak Liebermann-Burchard, di bawah sinar uv λ 366 nm. 12

Selanjutnya karakterisasi isolat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri inframerah. Spektrum inframerah isolat dapat dilihat pada Gambar V.10. Gambar V.10 Spektrum inframerah isolat dalam pellet KBr Spektrum inframerah isolat menunjukkan puncak-puncak pada bilangan gelombang 3405 cm -1 (OH), 2923 cm -1 (CH), 2857 cm -1 (CH), 1720 cm -1 (C=O) dan 1056 cm -1 (C-O). KESIMPULAN Telah berhasil diisolasi satu senyawa triterpenoid dari ekstrak n-heksana yang mempunyai gugus fungsi OH, C-H, C=O, C-O. SARAN Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan struktur dari senyawa triterpenoid yang diperoleh dari ekstrak n-heksana. DAFTAR PUSTAKA Cragg, G.M, 1997, Natural products in drug discovery and development. J. Nat. Product 60: 52-60. Edwards, R and Gatehouse, J.A, 1999, Secondary metabolism. In Lea, P.J. and R.C. Leegood (ed.). Plant Biochemistry and Molecular Biology.). 2nd edition. John Wiley and Sons Ltd. New York. Farnsworth, N.R, 1994, Ethno-botany and the Search for New Drugs. John Wiley and Sons. New York. Harbone, J.B. (1975), The Flavonoids, Chapman and Hall, London Harvey A, 2000, Strategies for discovering drugs from previously unexplored natural products. DrugsDiscovery Trends 5 (7): 294-300. Lee, K.H., H.K. Wang, H. Itokawa, and S.L. Morris-Natschke. 2000. Current perspectives on Chinese medicines and dietary supplements in China, Japan and the United States. Journal of Food and Drug Analysis 8 (4): 219 228. Mabry. T.J, Markham K.R, (1970). The Systematic Identification Of Flavonoids New York. Heidelberg. Berlin. Markham, K.R, (1988), Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Terjemahan K. Padmawinata dan I. Soediro, Penerbit ITB Bandung. Smith PM, 1976, The Chemotaxonomy of Plants, Edward Arnold, London. 13