BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dengankepercayaan dan keyakinanbahwaanak-anak dapat dididik, anak-anak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hidayat (2013:111) mengemukakan bahwa kurikulum di Indonesia telah

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang terjadi agar kegiatan yang

LAMPIRAN LAMPIRAN. Lampiran A: Perangkat Pembelajaran. Lampiran B: Instrumen Penelitian. Lampiran C: Data Hasil Uji Coba Instrumen

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

I. PENDAHULUAN. informasi, ide, keterampilan, nilai, dan cara berpikir. Proses pembelajaran. siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk menghadapi perkembangan zaman. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. akibat interaksi individu dengan lingkungan. Dalam kehidupan sehari-hari

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab. Sebaliknya, jika memiliki tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Terlihat juga dalam AL-Qur an surat Al-Anfaal ayat 22.

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, persoalan

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI BRAIN BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN MATRIKS DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar Matematika 1. Hakikat Matematika Pengertian matematika tidak didefinisikan secara mudah dan tepat mengingat ada banyak fungsi dan penerapan matematika terhadap bidang studi yang lain. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari. Mungkin juga kata tersebut erat kaitannya dengan kata Sansekerta mendha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi. Seperti yang dipaparkan Andy Hakim dalam Landasan Matematika, tidak menggunakan istilah ilmu pasti dalam menyebut istilah ini. Ilmu pasti merupakan terjemahan dari bahasa Belanda wiskunde. Kemungkinan besar bahwa kata wis ini ditafsirkan sebagai pasti karena di dalam bahasa Belanda ada ungkapan wis an zeker : zeker berarti pasti, tetapi wis disini artinya lebih dekat artinya ke wis dari kata wisdom dan wissinscaft yang erat hubungannya dengan widya. Karena itu penggunaan istilah wiskunde sebenarnya harus diterjemahkan sebagai ilmu tentang belajar yang sesuai dengan arti mathein pada matematika. Penggunaan kata ilmu pasti atau wiskunde untuk matematika seolah-olah

21 membenarkan pendapat bahwa semua hal sudah pasti dan tidak dapat diubah lagi. Padahal, kenyataannya sebenarnya tidaklah demikian. 20 Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat. Matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar, bahasa lambang yang dapat dipahami oleh semua bangsa berbudaya, seni seperti pada musik penuh dengan simetri, pola dan irama yang dapat menghibur, alat bagi pembuat peta arsitek, navigator angkasa luar, pembuat mesin, dan akuntan. 21 Dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa lambang atau simbol yang membahas angka-angka dan perhitungannya melalui metode bernalar dan berpikir. 2. Hasil Belajar Matematika Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 22 20 Moch. Maskur, Abdul Halim F, Mathematical Intelligence. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009) hal 42 21 M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2014), hal. 48 22 Indah Komsiyah. Diktat Belajar dan Pembelajaran. Tidak diterbitkan

22 Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Kapabilitas tersebut berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Strategi kognitif meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. 23 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas seseorang yang dilakukan secara sengaja dan melibatkan interaksi dengan lingkunganya. Adapun hasilnya ditandai dengan adanya kapabilitas tertentu. Kapabilitas tersebut tentunya merupakan perubahan tingkah laku secara terus-menerus. Hasil belajar matematika tentunya juga ditandai dengan kapabilitas-kapabilitas sebagaimana disebutkan di atas. Informasi verbal dalam matematika dapat dilihat dari kemampuan mengungkapkan kembali konsep-konsep matematika yang telah dipelajari dalam bahasa verbal maupun menuliskannya kembali pada saat mengerjakan tugas maupun tes 10 23 Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal.

23 yang diberikan. Keterampilan intelektual dapat dilihat dari kecakapan dalam menotasikan lambang matematika, menuliskan langkah-langkah pemecahan dari persoalan matematika secara sistematis, dan menyajikan data. Strategi kognitif meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. Keterampilan motorik berupa kecakapan dalam mencari referensi untuk suatu pemecahan persoalan matematika. Adapun sikap dalam hasil belajar matematika adalah kemampuan menerima atau menolak suatu gagasan dari teman sejawat atau guru atas pertimbangan yang rasionalis. Secara umum, dapat disimpulkan menguasai matematika tidak hanya dilihat dari unitnya saja. Akan tetapi lebih jauh tentang menguasai dan terampil menyelesaikan masalah dengan tahapan-tahapan tertentu. Paling sederhana siswa dapat menguraikan sekurang-kurangnya tiga langkah penyelesaian soal. 24 Penguasaan langkah-langkah penyelesaian masalah inilah yang akhirnya menjadi target keberhasilan pembelajaran matematika. Hal ini atas asumsi bahwa apabila siswa mampu menguraikan langkah-langkah penyelesaian soal maka siswa dianggap telah menguasai 4 kapabilitas sekaligus yaitu: informasi verbal, keterampilan intelek, strategi kognitif, dan keterampilan motorik. Berdasarakan pemaparan di atas disimpulkan bahwa hasil belajar matematika hendaknya ditinjau dari tiga aspek, yaitu aspek keterampilan, pengetahuan, dam sikap. Pendekatan Saintifik adalah pendekatan 24 Ibid, hal. 49

24 pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communicating). Kelima proses belajar tersebut diimplementasikan saat memasuki kegiatan inti pembelajaran. 25 Dalam buku lain dijelaskan bahwa, pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan. 26 Dari uraian di atas maka secara sederhana dapat diartikan bahwa pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang menggunakan metode ilmiah. 27 Dengan demikian diharapkan pengetahuan yang didapat melalui proses ilmiah tidak lagi dari informasi searah guru. Sehingga pembelajaran dapat terjadi kapanpun, dimanapun, dengan sumber apapun/multi literasi. Proses pembelajaran hendaknya menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Adapun tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah: (1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. (2) Untuk 25 Ibid, hal 176 26 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Gava Media, 2014), hal. 51 27 Ibid, hal 53

25 membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. (3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. (4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. (5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. (6) Untuk mengembangkan karakter siswa. 28 Berdasarkan pemaparan di atas dapat diturunkan tujuan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik adalah: (1) untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam matematika, (2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaiakan persoalan matematika secara sistematis, (3) menciptakan kondisi pembelajaran yang bermakna, (4) memperoleh hasil belajar matematika yang tinngi, (5) untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide khususnya dalam menemukan konsep pembelajaran maupun dalam memecahkan masalah matematika, dan (6) untuk mengembangkan karakter siswa. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam matematika yang dimaksud tidak hanya kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kemampuan berpikir kritis dalam hal ini adalah kemampuan untuk membandingkan hasil diskusi selama proses pembelajaran matematika dengan referensi yang relevan maupun membandingkan hasil diskusi dari satu kelompok dengan kelompok yang lain. 28 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengiplementasikan, hal. 34

26 Tujuan yang kedua adalah membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaiakan persoalan matematika secara sistematis. Sistematis yabg dimaksud tercermin dari langkah-langkah mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan dalam menyelesaikan persoalan matematika. Tujuan yang ketiga adalah menciptakan kondisi pembelajaran matematika yang bermakna. Maksudnya, pembelajaran matematika menjadi menantang dan menarik untuk dipelajari karena ada kegiatan mengamati dari suatu materi pembelajaran. Baik berupa grafik, sketsa, maupun materi pembelajaran yang dimodifikasi menjadi suatu persoalan yang dekat dengan kehidupan siswa. Dengan demikian pembelajaran matematika menjadi pembelajaran yang bermakna. Tujuan yang keempat adalah memperoleh hasil belajar matematika yang tinggi. Maksudnya, hasil belajar yang didapatkan dari pembelajaran matematika berbasis pendekatan saintifik ini tidak hanya terfokus pada aspek pengetahuan/kognitif saja. Aspek keterampilan/psikomotorik juga akan mengalami peningkatan. Keterampilan yang dimaksud adalah kemampuan untuk mencari referensi, kemampuan untuk menyelesaikan persoalan matematika, kemampuan dalam mengkategorikan suatu data, keterampilan dalam menyampaikan pendapat, maupun keterampilan dalam mengkomunikasilan ide dalam bahsa tulisan. Disisi lain, aspek sikap juga akan mengalami peningkatan. Sikap dalam menghargai pendapat orang/toleransi, sikap ingin tahu, sikap mandiri, dan tanggung jawab juga

27 akan mengalami peningkatan dengan diterapkannya pembelajaran matematika berbasis pendekatan saintifik. Tujuan yang kelima adalah untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide khususnya dalam menemukan konsep pembelajaran maupun dalam memecahkan masalah matematika. Maksudnya, dengan pembelajaran matematika berbasis pendekatan saintifik siswa akan terlatih dalam menyampaikan ide-ide kreatifnya dalam menemukan konsep pembelajaran maupun alternatif pemecahan masalah. Tujuan yang terakhir adalah untuk mengembangkan karakter siswa. Maksudnya dengan langkah-langkah pembelajaran matematika berbasis pendekatan saintifik karakter siswa dapat dibentuk. Karakter yang sangat mungkin dikembangkan adalah toleransi, ingin tahu, mandiri, dan tanggung jawab. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah 2 hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen. 29 Dalam bahasa sederhana, pembelajaran dengan pendekatan saintifik dikatakan lebih baik dari pembelajaran tradisional. Hal ini atas dasar karena 29 Ibid, hal 54-55

28 menyatukan tiga ranah sekaligus yaitu ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui proses ilmiah. Sehingga temuan-temuan peserta didik akan lebih melekat di memori otak mereka. Akhirnya diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, inovatif, kreatif, dan afektif. B. Model Pembelajaran Discovery Learning Model Discovery Learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk finalnya. Siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah: stimulation (pemberian rangsangan), problem statement (pertanyaan/identifikasi masalah), data collection (pengumpulan data), data processing (pengolahan data), verification (pembuktian), generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi). 30 Model Discovery Learning dianggap memiliki banyak dampak positif dalam pembelajaran, diantaranya adalah: (1) memiliki motivasi dari dalam diri sendiri untuk menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban atas problem yang dihadapai, (2) mandiri dalam memecahkan problem, (3) memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus 30 Imas Kurniasih, Berlin Sani. Sukses Mengimplementasikan..., hal. 64

29 menganalisis dan mengelola informasi. 31 Berdasarkan uraian di atas secara tersirat diketahui bahwa dengan tidak menyajikan bahan ajar dalam bentuk final, sangat memungkinkan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif guna menemukan konsep, hukum, maupun prinsip materi ajar. Secara bersamaan perlahan-lahan keterampilan siswa dalam mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah data, membuat pembuktian, menarik kesimpulan, dan menyampaikan ide gagasan dapat terasah. Selain itu sangat dimungkinkan munculnya rasa ingin tahu yang besar dalam menemukan konsep, hukum, atau prinsip materi ajar. Pembelajaran model Discovery Learning dapat dimodifikasi menjadi pembelajaran berbasis diskusi kelompok. Melalui diskusi kelompok, interaksi yang baik antarsiswa juga sangat mungkin terjadi. Dalam pembelajaran kelompok, siswa saling bertukar pikiran untuk menemukan konsep, hukum, atau prinsip materi ajar. Dengan demikian sikap toleransi antar siswa dapat dibangun. Di sisi lain kemandirian dan tanggung jawab siswa juga akan terlatih. Guru hendaknya memberikan kepercayaan penuh kepada siswa untuk berperan sebagai penemu. Adapun peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai pemberi stimulus. Dengan demikian, jelas terlihat model Discovery Learning akan meminimalisir dominasi guru di kelas. Disisi lain model Discovery Learning juga dianggap memiliki beberapa kekurangan. Bila kelas terlalu besar penggunaan model ini kurang berhasil. Bagi guru dan siswa yang telah terbiasa dengan perencanaan dan 31 Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar., hal. 130

30 pengajara tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti model ini. 32 Tentu saja pendapat yang demikian bukan tanpa dasar. Model Discovery Learning memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan model pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan model Discovery Learning didesain untuk menemukan suatu konsep, hukum, atau prinsip materi ajar. Sedangkan model pembelajaran konvensional tinggal menggunakan konsep, hukum, atau prinsip materi ajar yang telah tersedia tanpa adanya kegiatan penyelidikan-penyelidikan. C. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model Problem Based Learning merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Masalah yang diberikan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: orientasi kepada masalah, mengorganisasikan siswa, membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 33 Dari pemaparan tersebut tersirat bahwa model Problem Based Learning bisa dimodifikasi menjadi pembelajaran kelompok. Pembelajaran kelompok akan menjadi pilihan yang tepat dalam kelas yang jumlah siswanya banyak. Pembelajaran kelompok dengan model Problem Based Learning akan sangat membantu siswa dalam menemukan alternatif pemecahan 32 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hal. 21 33 Imas Kurniasih, Berlin Sani. Sukses Mengimplementasikan..., hal 75

31 masalah. Hal ini atas asumsi dengan pembelajaran kelompok akan terjadi diskusi antarsiswa, saling memotivasi antarsiswa dalam kelompok, dan saling membantu apabila ada salah satu anggota kelompok yang kurang memahami masalah yang diberikan maupun alternatif pemecahan masalah yang ditemukan oleh kelompok tersebut. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai pembimbing dalam penyelidikan individu dan kelompok. Bentuk bimbingan yang dimaksud adalah pemberian stimulus kepada siswa untuk menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Adapun yang dimaksud penyelidikan individu dan kelompok dalam pembelajaran adalah penyelidikan untuk menemukan cara dalam memecahkan masalah yang telah diberikan. Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Namun tidak menuntut kemungkinan dalam proses pemecahan masalah siswa mencari referensi yang relevan untuk memperkaya pengetahuan terkait alternatif pemecahan masalah. Model Problem Based Learning dianggap mempunyai banyak dampak positif dalam pembelajaran, diantaranya: (1) terjadi proses pembelajaran bermakna, (2) mengintregasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, (3) meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. 34 Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa dengan model Problem Based 34 Yunus Abidin. Desain Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hal. 161

32 Learning ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa sebelumnya akan terus digunakan secara berkelanjutan untuk memecahkan masalah kontekstual/nyata. Pembelajaran menjadi bermakna dan tentunya siswa tidak akan melupakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai sebelumnya. Dengan demikian motivasi internal untuk belajar akan senantiasa tumbuh dan berkembang. Di sisi lain keterampilan dalam komunikasi baik tulisan maupun lisan akan tergali dan terasah sejalan dengan proses pembelajaran. D. Persamaan dan Perbedaan Model Discovery Learning dan Problem Based Learning Keunggulan dan kekurangan pembelajaran dengan model Discovery Learning dan Problem Based Learning telah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Berikut ini akan dipaparkan persamaan dan perbedaan model Disovery Learning dan Problem Based Learning. Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Model Discovery Learning dan Problem Based Learning No. Persamaan Perbedaan 1. Secara umum kedua model pembelajaran itu dinilai memberikan dampak positif, baik dari aspek keterampilan, pengetahuan, dan sikap. 2. Pembelajaran didesain dengan memanfaatkan masalah-masalah, Tujuan Discovery Learning adalah siswa mampu menemukan konsep, hukum, atau prinsip dari materi ajar melalui penyelidikan individu atau kelompok, sedangkan model sedangkan tujuan Problem Based Learning adalah siswa mampu menyelesaikan masalah kontekstual/masalah nyata dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Masalah yang digunakan Discovery Learning adalah hasil manipulasi

33 Lanjutan tabel No. Persamaan Perbedaan sebingga materi pembelajaran guru, sedangkan masalah yang tidak disajikan dalam bentuk final/jadi. digunakan dalam model Problem Based Learning adalah masalah kontekstual yang dekat dengan kehidupan siswa E. Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian yang berhubungan dengan implementasi pendekatan saintifik model Discovery Learning dan Problem Based Learning dilaporkan peneliti sebagai berikut: 1. Skripsi Reni Sintawati mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Implementasi Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 1 Jetis Bantul. 35 Hasil penelitian menunjukkan penerapan pendekatan saintifik model Discovery Learning dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Jetis Bantul dapat membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran, rasa ingin tahunya berkembang, aktif, berpusat pada siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi. 2. Skripsi Akhmad Afendi mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul, Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kelas X SMK Diponegoro Yogyakarta. 36 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kelas eksperimen memiliki rata-rata sebesar 57,12 dan kelas 35 http://digilib.uin-suka.ac.id/13660/ diakses pada 15 Pebruari 2015 pukul 00.09 WIB 36 http://digilib.uin-suka.ac.id/ diakses pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 14.20 WIB

34 kontrol memiliki rata-rata sebesar 41,50, maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan metode Discovery Learning lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMK Diponegoro Yogyakarta. 3. Skripsi Kartika Nurfarida mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul, Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Dengan Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Yogyakarta. 37 Berdasarkan hasil penelitian didapat kesimpulan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pokok bahasan segiempat untuk kelas VII D, VII F, VII G, dan VII I semester genap SMP Negeri 15 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010. 4. Skripsi Citra Samsu Nur Rahmah mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul, Penerapan Pendekatan Saintifik Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Aktifitas Belajar Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 2 Sukoharjo Tahun 2013/2014. 38 Hasil dari penelitian tersebut adalah: (1) terdapat perbedaan efek penerapan pembelajaran (saintifik dengan model PBL dan 37 http://digilib.uin-suka.ac.id/ diakses pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 09.37 WIB 38 http://eprints.ums.ac.id diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 16.33 WIB

35 konvensional) terhadap hasil belajar matematika, (2) terdapat perbedaan efek tingkat aktifitas belajar siswa (tinggi, sedang, rendah), (3) tidak terdapat interaksi antara penerapan pendekatan pembelajaran dan aktifitas belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. Dari beberapa penelitian di atas dapat diketahui bahwa pendekatan saintifik model Discovery Learning dan Problem Based Learning pada dasarnya menunjukkan pengaruh yang positif dibandingkan model pembelajaran konvensional. Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti bermaksud mengadakan penelitian untuk membandingkan hasil belajar matematika siswa sebagai efek dari penerapan pendekatan saintifik model Discovery Learning dan Problem Based Learning. Hal ini dilakukan karena pada penelitian sebelumnya belum ada penelitian keduanya. F. Kerangka Konseptual Model Discovery Learning dianggap mampu meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini sesuai dengan dampak positif dalam pembelajaran dengan model Discovery Learning, diantaranya adalah: (1) memiliki motivasi dari dalam diri sendiri untuk menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban atas problem yang dihadapai, (2) mandiri dalam memecahkan problem, (3) memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus menganalisis dan mengelola informasi. 39 Hal ini didukung hasil penelitian Sintawati bahwa model Discovery Learning dapat membuat 39 Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar, hal.130

36 siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran, rasa ingin tahunya berkembng, aktif, berpusat pada siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi. 40 Diperkuat lagi dengan hasil penelitian Afendi bahwa model Discovery Learning lebih efektif dari model pembeljaran konvensional. 41 Model Problem Based Learning dianggap mampu meningkatkan hasil belajar matematika. Model Problem Based Learning dianggap mempunyai banyak dampak positif dalam pembelajaran, diantaranya: (1) terjadi proses pembelajaran bermakna, (2) mengintregasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, (3) meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. 42 Hal ini didukung hasil penelitian Nurfarida bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pokok bahasan segiempat untuk kelas VII D, VII F, VII G, dan VII I semester genap SMP Negeri 15 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010. 43 Kemudian diperkuat lagi dengan penelitian Rahmah bahwa: (1) terdapat perbedaan efek penerapan pembelajaran (saintifik dengan model PBL dan konvensional) terhadap hasil belajar matematika, (2) terdapat perbedaan efek tingkat aktifitas belajar siswa (tinggi, sedang, rendah), (3) 40 http://digilib.uin-suka.ac.id/13660/ diakses pada 15 Pebruari 2015 pukul 00.09 WIB 41 http://digilib.uin-suka.ac.id/ diakses pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 14.20 WIB 42 Yunus Abidin. Desain Pembelajaran, hal. 161 43 http://digilib.uin-suka.ac.id/ diakses pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 09.37 WIB

37 tidak terdapat interaksi antara penerapan pendekatan pembelajaran dan aktifitas belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. 44 Berdasarkan pemaparan tersebut di atas dalam penelitian ini akan dilakukan komparasi hasil belajar matematika siswa dari kedua model pembelajaran tersebut (model Discovery Learning dan Problem Based Learning). Hal ini atas asumsi bahwa dengan kedua model pembelajaran tersebut akan dihasilkan situasi belajar siswa aktif yang akhirnya akan meningkatkan hasil belajar matematika dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Komparasi dilakukan dengan membandingkan nilai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari masing-masing kelas eksperimen, yaitu satu kelas dengan pendekatan saintifik model Discovery Learning dan satu kelas lainnya dengan pendekatan saintifik model Problem Based Learning. Kerangka konseptual digambarkan sebagaimana skema berikut: Skema 2.1 Kerangka Konseptual Perbandingan Hasil Belajar antara Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning dan Problem Based Learning Model Discovery Learning (X 1 ) Hasil belajar Pendekatan saintifik Perbandingan Model Problem Based Learning (X 2 ) Hasil belajar 44 http://eprints.ums.ac.id diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 16.33 WIB

38 G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan judul dan rumusan masalah dari penelitian ini maka hipotesis penelitian ini adalah: 1. Ada perbedaan hasil belajar matematika siswa pada aspek keterampilan antara pendekatan saintifik model Discovery Learning dan Problem Based Learning pada siswa kelas XI IIS SMAN 1 Boyolangu. 2. Ada perbedaan hasil belajar matematika siswa pada aspek pengetahuan antara pendekatan saintifik model Discovery Learning dan Problem Based Learning pada siswa kelas XI IIS SMAN 1 Boyolangu. 3. Ada perbedaan hasil belajar matematika siswa pada aspek sikap antara pendekatan saintifik model Discovery Learning dan Problem Based Learning pada siswa kelas XI IIS SMAN 1 Boyolangu.