II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya. T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

Musca domestica ( Lalat rumah)

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT

BAB II DATA DAN ANALISA

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp.

TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU. menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthopoda, klas Insekta, ordo Lepidoptera, famili Papilionidae, genus Troides dan taxon Troides helena (Linnaeus, 1758). Kupu ini memiliki dua nama Inggris (CITES 2008), yaitu Black-and-gold Birdwing (Simbolon & Iswari 1990) atau Common Birdwing (Collins & Morris 1985; Hoi- Sen 1983; Khoo & Chng 1987; Morrell 1960) dengan nama Indonesia Kupu-kupu Raja Helena (Simbolon & Iswari 1990). Jenis ini memiliki perbedaan jelas antara jantan dan betina (Tabel 1 dan Gambar 1). Ukuran jantan tidak sama dengan betina (Khoo & Chng 1987). Tabel 1 Perbedaan antara kupu-kupu T. helena jantan dengan betina No. Pembeda Jantan Betina 1 Kepala hitam, dengan sisik merah di hitam cokelat dengan belakang lengkungan merah di sisi atas. 2 Dada hitam, bersisik di bawah coklat, bulu bersisik merah sayap berambut merah. 3 Perut berwarna kuning putih tanah di sisi atas, tertutup garisgaris hitam pada masingmasing segmen. Sisi dalam kuning. 4 Sayap depan 5 Sayap belakang panjang 6-7 cm, bila direntangkan 11-12 cm, warna abu-abu atau hitam tanah ditandai dengan warna putih. berwarna kuning emas, batas hitam pada tulang sayap lebar. Sumber : Simbolon & Iswari 1990, Sutedja et al. 1992 di bawah dasar sayap. lebih banyak berwarna abuabu, cokelat, atau kuning, ditutupi sisik hitam. panjang 8-9 cm, bila direntangkan 12-15 cm. Ditandai dengan warna abuabu, coklat, atau hitam tanah, sangat beragam. Terdapat sisik-sisik cokelat. biasanya ditandai warna kuning keemasan dan warna hitam pada bagian tepi. Terdapat bintik-bintik hitam besar, juga terdapat warna putih.

4 Keterangan: Pembeda antara Troides helena (Linn.) jantan dan betina yaitu kepala (1), sayap depan (2), sayap belakang (3), dada (4), perut (5), dan alat kelamin (6). Sumber: Dokumentasi penelitian Gambar 1 Perbedaan antara T. helena jantan dan betina. T. helena dapat ditemukan pada habitat hutan sekunder pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan air laut. Penyebarannya meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Semenanjung Malaya, hingga ke daratan India (Simbolon & Iswari 1990). 2.2 Siklus Hidup Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Kupu-kupu bersifat holometabolus atau mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan fase dalam siklus hidup kupu-kupu yaitu fase telur, larva, kepompong (pupa) dan imago (kupu-kupu dewasa). Fase perkembangan kupu-kupu dengan waktu yang digunakan pada setiap fase dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2 Fase perkembangan kupu-kupu Fase Perkembangan Perkawinan Masa persiapan telur Telur Larva Kepompong Kupu-kupu Sumber : Sihombing 1999 Waktu 6-8 jam 3-5 hari 10-15 hari 14-21 hari 21-28 hari 21-28 hari

5 Telur T. helena berwarna putih, bulat licin, berukuran 1.5-2.0 mm dan dilapisi dengan cairan berwarna orange yang berfungsi sebagai perekat (Mardiana 2002). Fase ini berlangsung selama 7-12 hari. Jumlah telur dipengaruhi oleh kondisi betina, bila sehat dan berukuran lebih besar maka bisa menghasilkan telur lebih banyak. Telur yang menetas akan menjadi larva. Selama fase larva T. helena mengalami 6 kali tahapan instar (pergantian kulit) (Mardiana 2002). Fase selanjutnya larva berubah menjadi pupa, yang diawali dengan fase prepupa dan akhirnya menjadi imago (kupu-kupu dewasa). Kupu-kupu keluar dari kepompong dalam kondisi sayap lemah dan tubuh menggembung. Tubuh yang berisi cairan ini akan mengempis setelah cairan tersebut mengalir ke vena sayap dan sayap mulai melebar dan membentang. Pembentangan sayap harus berlangsung dengan cepat. Jika udara terlalu kering, sayap dapat mengering sebelum sayap itu terbentang sehingga tidak terbentuk dengan sempurna. Setelah sayap berkembang sempurna dan ukuran tubuh menjadi normal, kupu-kupu siap terbang, mencari makan dan melakukan perkawinan (Pallister 1986). Total waktu yang diperlukan untuk satu siklus hidup antara 55-92 hari (Mardiana 2002). 2.3 Perilaku Kupu-kupu Perilaku merupakan gerak atau perubahan gerak termasuk perubahan dari bergerak ke tidak bergerak sama sekali atau membeku. Menurut Alikodra 2002 perilaku merupakan gerak-gerik satwa untuk memenuhi rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan rangsangan dari lingkungannya. Stokes et al. (1991) dalam Ismarrahman (2003) menyatakan bahwa ada beberapa perilaku kupu-kupu yang mudah dikenali, diantaranya puddling, berjemur, mencari pasangan dan meletakkan telur. Selain itu, Talsma et al. (2008) menyebutkan beberapa perilaku kupu-kupu sebelum ditangkap dalam inventarisasi tercatat sedang makan, kawin, terbang atau berjemur. 2.3.1 Puddling Saat kupu-kupu berada di tanah dan menghisap air kubangan, inilah yang disebut puddling (EnchantedLearning.com 2009). Kupu-kupu jantan lebih banyak melakukan puddling dibandingkan kupu-kupu betina (EnchantedLearning.com 2009). Stokes et al. (1991) dalam Ismarrahman (2003)

6 menyebutkan bahwa hampir semua kupu-kupu yang berkerumun di genangan air adalah kupu-kupu jantan. Pada genangan yang berlumpur dan berpasir (biasanya ditemukan di dekat kotoran hewan), kupu-kupu menghisap kandungan air berupa garam mineral dan nutrisi penting (terutama sodium klorida dan larutan kaya nitrogen) yang dilepaskan oleh tanah dan batuan di sekitarnya (EnchantedLearning.com 2009). Stokes et al. (1991) dalam Ismarrahman (2003) menjelaskan bahwa telah ada suatu bukti bahwa unsur yang paling membuat kupu-kupu tertarik di tempat ini adalah sodium, salah satu komponen garam. Kupu-kupu jantan membutuhkan garam dan nutrisi lain seperti asam amino untuk kawin (khususnya perkawinan kedua). Nutrisi ini akan dilewatkan bersama sperma dalam bentuk spermatophore. Sodium dapat membantu kupu-kupu betina menghasilkan telur dan kupu-kupu jantan menghasilkan aroma khas jantan (sex pheromone) yang digunakan saat mencari pasangan (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Selama hidupnya kupu-kupu jantan bisa bebeberapa kali melakukan perkawinan sedangkan betina hidupnya lebih singkat karena setelah bertelur betina akan mati (Mardiana 2002). Kupu-kupu memperoleh nutrisi penting yang dibutuhkan dengan mengunjungi tempat becek, kotoran dan bangkai hewan, terutama bangkai karnivora (pemakan daging). Selain itu, nutrisi ini dapat ditemukan pada tempat hewan buang urin dan bekas api unggun karena abu merupakan mineral yang cukup potensial (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Di padang penggembalaan ternak sering terlihat banyak kupu-kupu mengerumuni feses ataupun urin ternak untuk mencari nutrisi yang dibutuhkan (Sihombing 1999). 2.3.2 Berjemur Kupu-kupu berjemur di bawah sinar matahari ketika suhu udara lebih rendah dari suhu tubuhnya (antara 85-100 F atau sekitar 29.4-37.8 C). Tujuan berjemur yaitu untuk menghangatkan tubuh (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Aktivitas ini biasanya dilakukan pada pagi hari dan saat matahari memancarkan sinar yang cukup hangat. Salah satu cara berjemur yang dapat diamati di lapangan yaitu berjemur cara dorsal, dimana kupu-kupu

7 membuka membuka lebar sayapnya sambil menghadapkannya ke arah matahari (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Panas diserap oleh tubuh (yang umumnya berwarna hitam) dan bagian sayap yang terdekat dengan tubuh. 2.3.3 Mencari Pasangan Kupu-kupu jantan bertugas mencari pasangan. Mereka bergerak aktif dengan terbang berkeliling mencari kupu-kupu betina. Hal ini tidak mudah dilakukan karena ukuran kupu-kupu jantan lebih kecil dari betina dan jumlah betina lebih sedikit. Kupu-kupu betina umumnya ditemukan di jalan, sungai, atau jalur yang biasa dilewati. Kupu-kupu jantan mengamati kupu-kupu betina dari tanaman atau tempat yang tidak bergerak seperti bebatuan atau batang pohon yang roboh. Kupu-kupu jantan akan mendekati kupu-kupu betina saat melihatnya. Kupu-kupu tidak dapat secara visual membedakan detail dengan baik dari suatu kejauhan sehingga tidak jarang mereka mengamati jenis yang salah atau bahkan jenis hewan lain. Bila ternyata objek yang diamati bukan merupakan sesama jenisnya, kupu-kupu jantan akan kembali ke tempat pengamatannya. Namun bila yang diamati adalah jantan dari jenis yang sama, mereka akan berkejaran sejenak lalu terbang secara vertikal dan berpisah. Ketika kupu-kupu jantan menemukan betina dari jenis yang sama maka jantan akan segera menghampiri dan mulai melakukan percumbuan (courtship) (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Strategi mencari pasangan lainnya ialah berpatroli, yaitu terbang di daerah tempat kupu-kupu betina mencari makan atau meletakkan telur. Mulanya jantan akan terbang di atas atau di belakang betina, terkadang dengan lebih aktif dan kepakan sayapnya lebih cepat dari biasanya. Pada saat ini kupu-kupu jantan akan melepaskan feromon melalui sayap atau tubuhnya yang menyebabkan betina mendarat ke tanah atau vegetasi terdekat. Pada beberapa jenis, jantan terlihat menyentuh betina dengan antena atau kaki, atau membuat gerakan sayap yang khas (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Setelah itu, kupu-kupu jantan dan betina akan hinggap pada suatu tempat dengan posisi saling membelakangi. Keduanya lalu melengkungkan abdomennya untuk berkopulasi. Kopulasi dapat terjadi dalam sepuluh menit hingga beberapa

8 jam. Kadang mereka juga terbang dalam keadaan abdomen masih saling menempel (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Kupu-kupu betina yang baru saja kawin kadang kala langsung didekati oleh jantan lain. Dalam hal ini kupu-kupu betina menghindarinya secara kimiawi dengan menggunakan antiaphrodisiacs, atau dengan tindakan seperti mengangkat abdomennya ke atas saat hinggap sehingga sulit bagi seekor jantan untuk melakukan kontak normal. Cara lainnya yaitu membentangkan sayapnya untuk mencegah para jantan lebih mendekat. Ada pula bentuk penghindaran ketiga, yaitu betina dan jantan terbang membumbung tinggi secara spiral di atas hingga akhirnya jantan menyerah sendiri lalu kembali ke bawah. Semua mekanisme di atas dapat cukup mudah diamati di lapangan, terlebih bila terdapat kupu-kupu dalam jumlah besar (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). 2.3.4 Meletakkan Telur Setelah kawin, tugas utama betina adalah meletakkan telur (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Dalam satu kali perkawinan kupu-kupu betina menghasilkan ratusan telur. Masa bertelur T. helena rata-rata selama 3-4 hari, per harinya bisa menghasilkan kurang dari 20 telur (Mardiana 2002). Kupu-kupu yang akan meletakkan telur cukup mudah diamati seperti kupu-kupu betina berada jauh dari bunga, terbang rendah dan lincah, serta berulang-ulang mendarat atau menyentuh daun yang berbeda (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Kupu-kupu betina dapat mengenali famili, marga, atau jenis tumbuhan tertentu melalui alat sensornya. Untuk jarak yang sedang mereka menggunakan petunjuk visual seperti warna bunga atau bentuk daun. Ketika lebih dekat mereka menggunakan antena untuk mencium aroma, dan saat berada pada tanaman mereka menyentuhnya dengan antena atau probosis, atau merabanya dengan kaki depan. Melalui rabaan ini, betina melepaskan zat kimia untuk mengidentifikasi serta menilai tekstur dan kondisi daun. Betina diketahui dapat menghindari tanaman yang telah terdapat telur atau ulat di atasnya (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Pada saat kupu-kupu betina telah menemukan tanaman yang tepat, mereka akan menyimpan telurnya pada bagian atas atau bawah dari permukaan daun

9 (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). T. helena meletakkan telurnya pada daun bagian bawah, menghindari tulang daun dan bagian pinggir daun agar terhindar dari serangan predator, parasitoid serta sengatan matahari dan percikan air hujan (Mardiana 2002). Telur tersebut dapat melekat pada permukaan daun karena ada cairan yang dikeluarkan bersama telur (Departemen Kehutanan 1994). Cara meletakkan telurnya dengan membengkokkan abdomennya yang penuh telur sampai abdomen menempel pada bagian bawah daun sambil meletakkan telurtelurnya. Telur diletakkan satu-satu untuk menghindari kompetisi apabila kelak menetas (Mardiana 2002). Setelah meletakkan telur, kupu-kupu betina terbang kembali untuk meletakkan telurnya lagi, dan biasanya sambil diselangi dengan hinggap pada bunga untuk menghisap nektar. Selama hidupnya, kupu-kupu betina banyak menggunakan waktu untuk bertelur sedangkan jantan untuk mencari nektar (Mardiana 2002).