II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kupu-Kupu

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

Jl. Prof.Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1, Bandarlampung, Lampung, Indonesia, Surel: ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar belakang

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

Jenis-jenis Kupu-kupi Di Perkebuan Sawit dan Karet Di Wilayah Ragusa Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB IV METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya. T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

bio.unsoed.ac.id Di dalam konsep Agrowisata, usaha pertanian unggulan dikembangkan a. Latar belakang 1. PENDAHULUA}{

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

Our Biome 0 HUTAN CONIFER 0 HUTAN MUSIM BERIKLIM SEDANG

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP TAMAN KUPU-KUPU

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPH Lawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II REPTIL PADANG PASIR ASIA. 2.1 Padang Pasir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU

Transkripsi:

6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kupu-kupu Famili Nymphalidae Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan Nymphalidae. Karakter berupa bentuk dan pola warna sisik pada sayap, abdomen, dan tungkai yang biasa digunakan sebagai identifikasi. Menurut Peggi dan Amir (2006) kupu-kupu Nymphalidae berwarna coklat, oranye, jingga, kuning, dan hitam, berukuran beragam mulai yang berukuran kecil sampai besar. Menurut Landman (2001) ukuran kupu-kupu Nymphalidae adalah 2,5-15 cm dan pada umumnya sayap tidak berekor. Ciri khas pada Nymphalidae ialah pasangan tungkai depan yang mengecil (kecuali pada kupu-kupu betina Libytheinae). Biasanya pada kupu-kupu jantan, pasangan tungkai depan ini mereduksi dan tertutup oleh kumpulan sisik yang padat menyerupai sikat, sehingga kupu-kupu ini juga dikenal sebagai kupukupu bertungkai sikat. Pada saat hinggap, kupu-kupu ini hanya menggunakan empat dari enam tungkai karena pasangan tungkai depan terlipat pada tubuh (Peggi dan Amir, 2006).

7 Kupu-kupu Nymphalidae subfamili Satyrinae, Morphinae dan Apaturinae memakan buah-buahan yang busuk, subfamili Nymphalinae menyukai bangkai daging seperti kodok, dan subfamili Charaxinae, Apaturinae menyukai kotoran dari burung, kotoran babi dan air seni (Mastrigt dan Rosariyanto, 2005). Keragaman kupu-kupu Nymphalidae mencapai 5.700 spesies yang terdiri dari 12 subfamili dan 600 genus di alam (Wikipedia, 2013). Jumlah spesies Nymphalidae yang terdapat di Indonesia antara lain di Taman Nasional Kerinci Seblat ditemukan 14 spesies (Apriyanto et al., 1999), di Tanjung Balai Karimun, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau sebanyak 20 spesies (Salmah dkk., 2002), di Obsevatorium Bosscha, Lembang, Jawa Barat sebanyak 16 spesies (Subahar dan Yuliana, 2010), di Gunung Manado Tua, Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken, Sulawesi Utara ditemukan Nymphalidae sebanyak 23 spesies (Koneril dan Saroyo, 2012), dan di Pulau Mantehage, Sulawesi Utara ditemukan 11 spesies (Lamatoa dkk., 2013). Sedangkan jumlah kupu-kupu Nymphalidae yang ada di Lampung antara lain, di Taman Nasional Way Kambas, Lampung ditemukan 32 spesies (Novita, 2006), di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan terdapat 34 spesies (Noprihatini, 2007), di kawasan Waduk Batutegi Tangggamus ditemukan 34 spesies (Handawa, 2007), di Universitas Lampung terdapat 14 spesies (Soekardi, 2007), di Gunung Betung, Lampung terdapat 29 spesies (Wibowo, 2009), dan di kawasan Kubu Perahu Lampung Barat ditemukan 32 spesies (Rizky, 2011).

8 B. Klasifikasi Kupu-kupu Nymphalidae Klasifikasi kupu-kupu famili Nymphalidae menurut Borror et al. (1996) adalah: Kingdom Filum Subfilum Superkelas Kelas Subkelas Ordo Subordo Superfamili Famili : Animalia : Arthropoda : Mandibulata : Hexapoda : Insecta : Pterygota : Lepidoptera : Rhopalocera : Papilionoidea : Nymphalidae Kupu-kupu Nymphalidae mempunyai 12 subfamili yaitu Apaturinae, Biblidinae, Calinaginae, Charaxinae, Cyrestinae, Danainae, Heliconiinae, Libytheinae, Limenitidinae, Morphinae, Nymphalinae, dan Satyrinae. Ke-12 subfamili Nymphalidae pada Wikipedia (2013) diuraikan sebagai berikut: 1. Apaturinae Kupu-kupu Apaturinae umumnya memiliki sayap berwarna ungu, biru, atau hijau. Subfamili Apaturinae mengambil makanan dengan menyerap mineral dari lumpur, air, buah busuk, bangkai atau kotoran mamalia.

9 2. Biblidinae Subfamili Biblidinae merupakan kupu-kupu yang sebagian besar hidup di daerah neotropis. Bentuk sayap dari beberapa genus membulat dan ada juga yang berbentuk meruncing. Selain itu, spesies kupu-kupu ini pada sayap bawahnya memiliki ekor. 3. Calinaginae Subfamili Calinaginae umumnya memiliki sayap berwarna dasar hitam dengan garis atau bercak putih. Kupu-kupu ini memiliki satu genus, yaitu Calinaga. 4. Charaxinae Subfamili Charaxinae umumnya tersebar di daerah tropis, meskipun beberapa spesies tersebar di daerah beriklim sedang di Amerika Utara, Eropa, Australia Selatan, dan Cina. Subfamili Charaxinae memiliki variasai sayap antara spesies. Warna sayap atas biasanya berwarna oranye terang dan sayap bawah berbintik abu-abu atau coklat. Kupu-kupu ini sangat tertarik memakan cairan dari bangkai, kotoran, dan buah-buahan busuk. 5. Cyrestinae Subfamili Cyrestinae umumnya ditemukan di daerah tropis. Warna sayap atas biasanya berwarna putih atau kuning dengan garis hitam dan sayap

10 bawah berwarna hijau atau coklat kemerahan. Sayap depan terdapat pola bintik mata. 6. Danainae Subfamili Danainae berukuran sedang dan memiliki panjang rentang sayap antara 3,5-10 cm. Warna sayap umumnya berwarna hitam, coklat, dan putih. Beberapa spesies memiliki warna sayap biru dan kuning (Carter, 1995). Jumlah Danainae kira-kira mencapai 300 spesies di dunia yang tersebar di Asia, Afrika, Ausrtalia,dan Amerika Utara. 7. Heliconiinae Kupu-kupu ini sebagian besar tedapat di daerah tropis. Heliconiinae merupakan subfamili yang terdapat di daerah tropis dan memiliki panjang rentang sayap 2,5-4,5 cm. Pada umumnya warna corak sayap hitam dengan garis kuning, juga berwarna coklat dan oranye (Mastrigt dan Rosariyanto, 2005). Heliconiinae merupakan subfamili yang mempunyai cairan tubuh yang tidak enak yang dapat digunakan untuk melindungi diri dari predator (Borror et al., 1996). 8. Libytheinae Kupu-kupu ini memiliki sayap bagian luar berwarna kecoklatan (Borror et al., 1996). Pada kupu-kupu jantan warna sayapnya biru dan pada kupukupu betina sayap berwarna coklat. Dibandingkan kupu-kupu betina, kupu-kupu jantan memiliki warna yang menarik yang bertujuan sebagai

11 daya tarik bagi lawan jenisnya (Mastrigt dan Rosariyanto, 2005). Sayap kupu-kupu ini tampak seperti daun kering saat sedang hinggap atau saat sedang tidak terbang. 9. Limenitidinae Pada umumnya sayap kupu-kupu ini pada bagian belakang memiliki garis hitam yang sempit dan terdapat sederet bintik-bintik putih pada tepi sayap (Mastrigt dan Rosariyanto, 2005). 10. Morphinae Ukuran tubuh subfamili Morphinae lebih besar dibandingkan subfamili yang lain, selain itu kupu-kupu ini memiliki cara terbang yang pelan. Warna sayap anggota Morphinae berwarna biru, hijau, dan ungu (Pallister, 1999). 11. Nymphalinae Subfamili Nymphalinae memiliki jumlah yang banyak. Rentang sayapnya bervariasi dan cara terbangnya lurus pada ketinggian yang rendah. Kupukupu ini memiliki sayap berwarna coklat, oranye, dan beberapa anggota lainnya berwarna hitam dan putih. Subfamili ini terkadang terlihat seperti daun mati dengan warna coklat hingga kehitaman, bagian tepi sayap terlihat berlekuk (Mastrigt dan Rosariyanto, 2005). Selain itu, subfamili ini memiliki mata yang berambut dan pada sayap bagian belakang bersudut arau berekor (Borror et al., 1996).

12 12. Satyrinae Subfamili Satyrinae memiliki sayap berwarna coklat, merah bata, dan hitam. Pada bagian sayap luar sering ditemukan titik hitam atau bintikbintik mata (eyespot) (Mastrigt dan Rosariyanto, 2005). C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Populasi Kupu-kupu Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah dan ukuran populasi kupu-kupu adalah faktor lingkungan yang meliputi faktor biotik dan faktor abiotik, yaitu: 1. Faktor Biotik a. Vegetasi Vegetasi merupakan komponen habitat yang penting bagi kupu-kupu yang digunakan sebagai sumber pakan, tempat untuk berkembang biak dan untuk berlindung dari serangan predator atau gangguan lainnya. Sebagian besar kupu-kupu mendatangi bunga dengan warna cerah, terutama warna kuning, merah, atau biru (Davies dan Butler, 2008). Terpenuhinya kebutuhan nutrisi kupu-kupu dari nektar dan pentingnya proses penyerbukan (polinasi) untuk kehidupan tumbuhan terlihat dari hubungan saling ketergantungan antara tumbuhan dengan kupu-kupu. Tumbuhan juga memiliki fungsi sebagai tempat kupu-kupu meletakkan telur-telurnya yang merupakan tumbuhan pakan larvanya (Hadi et al., 2009).

13 b. Hewan Pemangsa (Predator) Kupu-kupu diserang oleh hewan lain yaitu predator yang menjadikan kupu-kupu sebagai mangsanya. Predator yang memangsanya antara lain katak, reptil misalnya kadal dan cicak, burung, kelelawar, dan mamalia. Selain itu, predator dari kupu-kupu juga arthropoda dan mamalia yang memakan telur, larva, bahkan pupa (Scoble, 1995). Kupu-kupu memiliki strategi perlindungan diri dari predator, diantaranya kupu-kupu cenderung terbang cepat menjauhi predator, beberapa spesies kupu-kupu melakukan penyamaran dengan membentuk sayapnya menyerupai daun mati, kupu-kupu juga melakukan penyamaran pada saat masih dalam stadium larva dan pupa dengan warna tubuh yang mirip dengan daun atau ranting tumbuhan inangnya (Carter, 1995). 2. Faktor Abiotik a. Suhu Kupu-kupu merupakan hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan atau sering disebut hewan berdarah dingin (poikilothermik) dan dapat bertahan hidup pada suhu 18 o -38 o C (Simanjuntak, 2000). Suhu tubuh yang diperlukan kupu-kupu antara 28 o - 35 o C sebelum dapat terbang. Bila suhu tubuhnya di atas 42 o C dapat menyebabkan kupu-kupu tersebut mati (Guppy dan Shepard, 2001). Selain itu, dalam menjaga suhu tubuh kupu-kupu juga menggunakan sayapnya yang berfungsi sebagai thermoregulator.

14 Kupu-kupu akan merentangkan sayapnya pada saat udara dingin, tetapi ketika cuaca panas akan mencari tempat berteduh (Simanjuntak, 2000). b. Kelembaban Kelembaban diperlukan dalam menjaga perkembangan telur kupukupu (Mikula, 1997). Kelembaban yang dibutuhkan kupu-kupu untuk beraktivitas sekitar 60% karena dapat mengurangi dehidrasi atau risiko kekurangan air (Amir dkk., 2003). Kupu-kupu dapat kehilangan banyak cairan dalam tubuhnya bila kelembaban rendah (Busnia, 2006). c. Cahaya Matahari Kupu-kupu di daerah beriklim tropis memiliki suhu tubuh yang relatif lebih stabil dibandingkan kupu-kupu pada daerah beriklim subtropis, sehingga kupu-kupu di daerah subtropis menghabiskan waktunya lebih banyak untuk berjemur (basking) untuk merentangkan sayap agar dapat terbang dan melakukan aktivitasnya (Simanjutak, 2000). D. Habitat dan Penyebaran Kupu-kupu Hampir di setiap habitat kupu-kupu dapat ditemukan. Kupu-kupu tersebar di seluruh habitat, dari dataran tinggi sampai dataran rendah kecuali pada daerah yang sangat dingin dan daerah yang kering (Borror et al., 1996). Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk serta tidak tercemar oleh pestisida, asap dan bau yang tidak sedap. Bila jenis kupu-

15 kupu di suatu tempat semakin beragam menandakan bahwa kondisi lingkungan di wilayah tersebut masih baik (Odum, 1993). Habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu ditandai dengan tersedianya tumbuhan tempat untuk meletakkan telur kupu-kupu dan merupakan tumbuhan inang sebagai pakan larva serta tumbuhan bunga yang mengandung nektar bagi kupu-kupu. Habitat tersebut memungkinkan kupu-kupu dapat melangsungkan kehidupannya dari generasi ke generasi apabila tumbuhan inang tersedia dalam habitat tersebut (Soekardi, 2007). Menurut Romoser (1993) habitat dari kupu-kupu tersebar dari pelosok pedesaan, hutan sekunder dan primer. Pada kondisi lingkungan yang sama di sepanjang area distribusinya, spesies tertentu cenderung banyak ditemukan. Kupu-kupu juga sering mengunjungi tempat-tempat lembab di sepanjang aliran sungai maupun semak belukar untuk makan, minum, dan berjemur (Neville, 1993). E. Waktu Aktif Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang bersifat diurnal (melakukan aktivitas pada siang hari). Kupu-kupu akan beristirahat dan berlindung di bawah daun pepohonan pada malam hari. Pada pagi hari, pukul 06.00 kupu-kupu mulai terbang dalam jarak pendek dan hinggap, merentangkan

16 sayapnya menanti sinar matahari pagi. Pada siang hari, kupu-kupu semakin aktif terbang baik melakukan aktivitas mencari makan maupun bereproduksi. Kupu-kupu akan terbang rendah antara 10 cm 2 m bagi kupu-kupu yang memiliki rentang sayap yang kecil sedangkan kupu-kupu akan terbang lebih tinggi ± 10 m bagi kupu-kupu yang rentang sayap lebih besar. Menjelang sore hari, perilaku mencari makan dan terbang mulai menurun. Pada sore hari pukul 17.00, beberapa kupu-kupu masih tampak terbang tetapi setelah itu semua kupu-kupu beristirahat pada sore hari pukul 18.00. Aktivitas kupu -kupu juga dipengaruhi cuaca. Apabila cuaca mendung atau hujan, kupu-kupu enggan untuk terbang. Bila hari cerah, kupu-kupu berterbangan dan memulai aktivitasnya kembali (Soekardi, 2007). F. Pulau Puhawang Besar Menurut Widodo (2013) Pulau Puhawang Besar memiliki luas lebih dari 694 ha dan terletak di daerah kawasan perairan Teluk Lampung, Provinsi Lampung dan memiliki daerah yang cukup beragam topografinya. Pulau Puhawang Besar terbagi menjadi beberapa dusun dengan Desa Puhawang sebagai induknya. Pulau ini telah berpenghuni cukup padat layaknya seperti desa-desa di daratan induk (Sumatera). Pulau ini merupakan pulau terpadat penduduknya yang terdekat dengan daratan induk. Secara administratif, Pulau Puhawang berada pada pemerintahan Kabupaten Pesawaran dengan total penduduknya mencapai 250-an jiwa

17 yang tersebar menjadi beberapa dusun kecil seperti Suak Buah, Cukuh Nyai, Jelarangan, dan Dusun sekaligus Desa Pegetahan atau Puhawang. Selain penduduknya padat, desa ini memiliki keragaman etnis dan budaya (Widodo, 2013).