Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

Karakteristik mutu daging

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

Assalamu alaikum Wr. Wb. BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP) Disusun oleh : Devi Diyas Sari ( )

Pengawetan bahan pangan

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan

TELUR ASIN PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

Pangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan

MODUL PENGOLAHAN MAKANAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

Pendinginan dan Pembekuan. Kuliah ITP

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

B T M = ZAT BERACUN? Oleh : Estien Yazid, M.Si Dosen Biokimia Akademi Analis Kesehatan Delima Husada Gresik

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengeringan Untuk Pengawetan

ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB. Diasuh oleh para Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Apakah Pantangan Makanan Ibu Hamil?

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Prinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

BAB 2 DATA & ANALISA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi

Transkripsi:

Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Bahan untuk pembuat produk parfum. Bahan pengawet kosmetika dan pengeras kuku. Pengawet mayat. (Sumber: www.litbang.depkes.go.id) Ciri-ciri produk pangan yang mengandung formalin: Tahu yang berbentuk sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur/rusak/busuk/ sampai 3 hari pada suhu kamar ( 25 o C ) dan bertahan 15 hari di dalam lemari es dan baunya agak menyengat. Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk. Mie basah yang awet beberapa hari dan tidak mudah basi. Biasanya bila mie tanpa formalin, 2 hari sudah rusak, mie tidak lengket dan lebih mengkilat. (Sumber: www.litbang.depkes.go.id) Bahaya formalin: Akut: Iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, pusing, keracunan, mual, rasa terbakar, sakit perut. Kronis: Gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pancreas dan system saraf pusat, bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). (Sumber: www.petra.ac.id)

Pengertian makanan sehat: Makanan yang dapat memberikan fungsi kepuasan jiwa dengan memperhatikan rambu-rambu yaitu makanan tersebut dapat mendukung pembentukan sel-sel baru untuk pertumbuhan badan, mendukung pembentukan sel-sel atau menggantikan bagian-bagian sel yang rusak/aus, yang dapat mengatur metabolisme zat-zat gizi dan keseimbangan cairan serta asam basa (mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral) Syarat makanan sehat: Menghasilkan energi, untuk mendukung aktivitas, untuk pertumbuhan badan dan bahan makanan yang baik bagi manusia adalah yang memenuhi kandungan nutrisi, persyaratan kesehatan dan kebersihan. (Sumber: Sartono, Drs. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika) Persyaratan pengolahan makanan: Harus ada proses pendinginan/ pembekuan, pengeringan, pengasapan, penggaraman, pemanasan (pasteurisasi sterilisasi) dan penambahan bahan pengawet kimia organik dalam jumlah normal. Dilakukan pengamatan sebelum produk dipasarkan selama 2 minggu, apakah produk rusak/ tidak. Bahan pengawet yang digunakan harus dalam kadar normal, misalnya jangan menggunakan formalin, jangan ditambahkan zat warna yang bersifat karsinogenik, misalnya amino azotoluen pada mentega. (Sumber: www.library.usu.ac.id) Pemilihan bahan baku yang segar, tidak busuk.

Penyimpanan bahan baku jangan sampai terkena serangga, tikus atau jaringan sampai membusuk. Pengolahan makanan yang sehat dan higienis serta prosesnya dapat mematikan penyebab penyakit dengan peralatan yang bersih. Teknik pengolahan makanan juga mempengaruhi mutu makanan.pilih metode memasak dikukus, direbus atau ditumis dengan sedikit minyak. Kurangi metode menggoreng, memanggang dan membakar selain mengandung banyak lemak, metode memasak tersebut juga dapat merusak nilai gizi makanan karena panas tinggi. Penyimpanan makanan tidak terkena lalat, debu dan udara kotor. Penyimpanan makanan yang matang jangan sampai terkontaminasi dan membusuk. Pastikan peralatan masak tidak dilapisi bahan kimia. Sajikan makanan sesegar mungkin agar nutrisi dalam makanan tetap terjaga, bukan hanya tekstur dan warnanya yang tetap terjaga. (Sumber: www.ipb.ac.id) Langkah 6 Pengertian iradiasi: Iradiasi merupakan teknik pengawetan proses dingin (tidak melibatkan panas) sehingga hanya menyebabkan sedikit perubahan penampakan secara fisik dan tidak menyebabkan perubahan warna dan tekstur bahan makanan yang diiradiasi. Perubahan kimia yang mungkin terjadi adalah penyimpangan flavor dan pelunakan jaringan. Selama proses iradiasi, produk pangan menyerap radiasi. Radiasi akan memecah ikatan kimia pada DNA dan mikroba atau serangga kontaminan. Organisme kontaminan tidak mampu memperbaiki DNA-nya yang rusak sehingga pertumbuhannya akan terhambat. Pada iradiasi pangan, dosis iradiasi tidak cukup besar untuk menyebabkan pangan menjadi radioaktif. Walaupun begitu, proses iradiasi sendiri masih menghasilkan kontroversi, baik di dalam maupun luar negeri.

(Sumber: Elvira Syamsir. 2008. Iradiasi Pangan) Definisi keracunan makanan: Dampak berbahaya dari makanan yang ditimbulkan oleh jenis dan aktivitas mikroorganisme serta oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang pathogen dan bahan kimia yang bersifat racun. Selain itu, bahan tambahan makanan yang digunakan atau ditambahkan pada waktu mengolah makanan (termasuk bahan pewarna) juga dapat mengakibatkan keracunan. (Sumber: Sartono, Drs. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika) Sanitasi daging: Penyembelihan 1. Hewan tiba di TPH (Tempat Penyembelihan Hewan) paling sedikit 12 jam sebelum penyembelihan. 2. Pemeriksaan hewan 24 jam sebelum disembelih (ante mortem). 3. Pemeriksaan setelah penyembelihan ( daging dan bagian-bagiannya) melalui pemeriksaan organoleptik (post mortem) 4. Petugas penyembelihan dan pemotongan daging sebelum dan setelah bekerja harus membersihkan diri dan alat-alatnya. 5. Sisa-sisa penyembelihan harus dibuang, dibakar dan disucihamakan. Pengolahan Daging atau ikan yang diedarkan ke masyarakat sebaiknya dimasukkan ke dalam wadah berisi es/ ruangan yang bersuhu 0-15 o C. Jangan menambahkan formalin dan garam nitrat yang digunakan berlebihan karena dapat menyebabkan keracunan makanan. Garam nitrat hanya berfungsi untuk memerahkan produk daging dan ditujukan untuk menghancurkan salah satu bakteri yang tahan panas yang dapat memproduksi racun. Pemasaran

1. Pengemasan harus menggunakan bahan-bahan yang aman dan rapat agar tidak terkontaminasi mikroorganisme. 2. Pendistribusian harus tetap menjaga kondisi daging. Misal disesuaikan suhu, tekanan dan kelembabannya. (Sumber: www.ipb.ac.id) Upaya pemerintah untuk menjaga makanan sehat: Diberlakukannya beberapa undang-undang atau hokum yang berkaitan dengan bisnis peternakan dan jaminan keamanan pangan: UU no.6 tahun 1967 tentang pokok-pokok peternakan dan kesehatan hewan. Peraturan pemerintah (PP) no.22 tahun 1983 tentang kesehatam masyarakat veteriner. PP no. 15 tahun 1991 tentang standar nasional Indonesia. UU no.7 tahun 1996 tentang pangan. UU no.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. (Sumber: Badan Standarisasi Nasional. 1999. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6159-1999. Jakarta: BSN)