TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp.

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hymenoptera. Ordo Hymenoptera memiliki ciri-ciri empat sayap yang tipis

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

Pengorok Daun Manggis

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

INVENTARISASI PARASITOID HAMA PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota thrax L.) DI KOTA METRO DAN SEKITARNYA PROVINSI LAMPUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

WALKER (HYMENOPTERA: CHALCIDIDAE)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang Klasifikasi Morfologi

I. PENDAHULUAN. dan keanekaragaman agroklimat. Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae

BAB II. PARASITOID PADA Erionota Thrax YANG TERDAPAT DALAM. TANAMAN PISANG ( Musa paradisiaca) DENGAN METODE REARING

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa


HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

Transkripsi:

4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp. Penggunaan parasitoid sebagai agens pengendali biologis untuk mengendalikan serangga hama merupakan salah satu tindakan yang bijaksana dan cukup beralasan untuk dilaksanakan. Menurut Purnomo (2010), parasitoid mempunyai ciri-ciri menghabiskan inangnya di dalam perkembangannya, inang parasitoid adalah serangga, ukuran tubuh parasitoid bisa lebih kecil atau sama dengan inangnya, parasitoid dewasa tidak lagi melakukan aktivitas parasitasi dan parasitoid hanya berkembang dalam satu inang. Menurut ADW (2014), klasifikasi Brachymeria sp. dapat dituliskan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Class : Insecta Ordo : Hymenoptera Famili : Chalcididae Genus : Brachymeria Spesies : B. lasus Brachymeria sp. termasuk ordo Hymenoptera famili Chalcididae yang berukuran sedang (panjangnya 2-7 mm) dengan femur belakang sangat menggembung dan bergeligi, mempunyai alat peletakan telur (ovipositor) yang sangat pendek dan sayap-sayap tidak terlipat secara longitudinal saat beristirahat (Boror et al. 1996). Parasitoid ini memiliki ciri fisik bewarna hitam dengan ukuran tubuh mencapai 12mm, dan tungkai belakang bagian femur membesar. Imago betina dapat dibedakan melalui ovipositornya. Jumlah Telur parasitoid Brachymeria sp. sangat bervariasi sesuai dengan ukuran inang. Perkembangan parasitoid umumnya berlangsung cepat. Siklus hidup parasitoid ini berkisar antara 12-13 hari (Kalshoven 1981). Pracaya (2011) menuliskan bahwa tabuhan betina menghisap madu. Telur sebanyak 75 butir selama 20 hari diletakkan pada pupa yang disengatnya terlebih dahulu. Setelah menetas, larva yang keluar akan segera memakan bangkai pupa 4

5 yang ditempatinya. Setelah 2 hari, larva akan segera menjadi pupa selama 10 hari. Tabuhan dewasa kemudian akan keluar dan kawin. Tabuhan akan mulai bertelur 3 hari kemudian. Tabuhan Brachymeria sp. ini bisa mengurangi banyak ulat pada tanaman melati gambir, pisang dan tanaman lainnya. Namun, tabuhan ini juga menjadi hiperparasit pada Ichneumonid dan Charops yang menjadi parasit larva. Antena berbentuk genikulat segmen lebih sedikit Antena berbentuk genikulat, segmen lebih banyak Abdomen Brachymeria jantan lebih kecil Abdomen Brachymeria betina lebih besar Gambar 1. Perbedaan Brachymeria sp. jantan dan betina Brachymeria lasus merupakan salah satu parasitoid yang ditemukan memarasit serangga Arctornis (Lepidoptera: Lymantriidae). Selain itu, parasitoid B. lasus juga telah diketahui dapat memarasit sekitar 120 spesies serangga lain. Spesies yang pernah dilaporkan terparasit antara lain Erionota thrax, Anomis flava di China, Taiwan, dan Filiphina, Leucinodes orbonalis di Filiphina, Trichoplusiani di Amerika, Arctornis, dan Lymantria atemeles yang merupakan spesies ulat bulu yang sempat menjangkit di Probolinggo (Nurzaizi 1986). Okolle et al. (2006) menuliskan bahwa terdapat 5 endoparasitoid primer yang ditemukan, yaitu Ooencyrtus erionotae Ferriere, Cotesia erionotae Wikinson, Brachymeria albotibialis Hoffman, Elasmus sp. dan Melaloncha sp.. korelasi antara populasi E. thrax dan jumlah serangga terparasitir menunjukkan hubungan positif yang kuat. Puncak persentase parasitasi pada Agustus, Oktober dan Februari dengan nilai 60-100%.

6 Parasitoid E. thrax telah dipelajari, dan dilaporkan bahwa 94% telur, larva dan pupa telah diparasitir oleh 6 species parasiotid. Telur E. thrax terparasitir oleh famili Encyrtidae, Eupelmidae, Eulophidae dan Pteromelidae. Larva E. thrax terparasit oleh Ichneumonidae, Brachonidae dan Eulophidae. Pupa E. thrax terparasit oleh Ichneumonidae dan Chalcididae (Erniwati et al. 2011). B. Ulat Penggulung Daun Pisang (Erionota thrax) Pisang merupakan salah satu komoditas pertanian yang dapat dimanfaatkan daunnya untuk membungkus makanan. Ditinjau dari segi lingkungan, daun pisang sebagai barang substitusi kertas dapat mengurangi pencemaran lingkungan karena kertas lebih sulit untuk diolah kembali. Namun, budidaya pohon pisang banyak mengalami kendala. Penelitian di Papua New Guinea menyebutkan bahwa serangan hama E. thrax pada tanaman pisang menyebabkan defoliasi 60% dan penurunan produksi 30% (Waterhouse et al. 1998). Insiden dari hama juga terjadi di Kerala, India. Soumya et al. (2013) menyebutkan bahwa E. thrax mempunyai siklus hidup mencapai 40 hari. Berikut merupakan taksonomi E. thrax yang diadopsi dari ITIS (2016): Kingdom : Animalia Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Hesperiidae Genus : Erionota Spesies : E. thrax E. thrax adalah salah satu hama tanaman pisang yang penting dan dikenal sebagai hama penggulung daun (banana skipper). Serangan hama Erionota thrax termasuk ordo Lepidoptera, famili Herperidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia (Susniahti et al. 2005). Kalshoven (1981) menyatakan bahwa di Indonesia hama ini banyak menyebabkan kerusakan tanaman pisang di Kawasan Timur Indonesia, terutama pada daerah-daerah yang terlindung oleh angin. Hama tersebut menyebabkan kerugian ekonomi pada pertanaman pisang di Papua New Guinea (Sands et al. 1991).

7 Hama ini menyerang bagian daun pisang dan dikenal sebagai ulat penggulung daun pisang. Apabila dibiarkan, tanaman akan menjadi gundul dan hanya tampak tulang daunnya. Larva berwarna hijau muda dan ditutupi lapisan tepung berwarna putih, dan panjangnya sekitar 7 cm. Telur berwarna kuning dan diletakkan oleh serangga betina dewasa di bagian tepi permukaan bawah daun. Larva yang keluar dari telur akan memotong lamina daun mulai dari pinggir dan menggulungnya. Imago dewasa berwarna coklat, dan aktif pada sore dan pagi hari (Satuhu dan Supriyadi 1999). Kerusakan yang berat terutama terjadi pada musim kemarau. Pertanaman pisang di tempat yang terlindungi dari terpaan angin kerusakannya akan semakin berat (Kalshoven 1981). Imago E. thrax menghisap madu bunga pisang. Perkawinannya dilakukan sambil beterbangan pada waktu sore dan pagi hari. Kupu-kupu ini akan bertelur pada waktu malam hari. Telur diletakkan bergerombol sebanyak 25 butir pada daun pisang yang masih utuh (Pracaya 2011). CABI (2014) mencatat siklus hidup E. thrax dari telur hingga imago selama 28 hari. Telur berwarna kuning mencolok, diletakkan secara tunggal pada bagian bawah daun. Larva berwarna hijau pucat dengan rambut halus, kepala hitam dan berbentuk hati dalam tampilan depan. Thorax tepat di belakang kepala jauh lebih sempit daripada kepala. Larva ditutupi dengan bubuk lilin putih yang merupakan produk limbah dari metabolisme. Larva mencapai panjang sekitar 6 cm. Pupa ramping berwarna kuning-coklat dan tertutup dengan bubuk lilin yang sama dengan larva. Ini mencapai panjang 4-6 cm. Imago berwarna coklat pada bagian atas dan bawah sisi. Lebar sayap adalah 5-5,5 cm pada jantan, 6-6,5 cm pada betina. Sayap depan berwarna pucat-kuning dan terdapat bintik-bintik semihialin. Berikut merupakan gambar dari siklus hidup E. thrax:

8 Telur E. thrax Larva E. thrax Imago E. thrax Pupa E. thrax Gambar 2. Siklus hidup E. thrax C. Pertanaman Pisang Indonesia merupakan salah satu sentra primer keragaman pisang baik pisang segar, olahan dan pisang liar. Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia. Tingginya keragaman ini, memberikan peluang pada Indonesia ubntuk dapat memenfaatkan dan memilih jenis pisang komersial yang dibutuhkan oleh konsumen (BPPP 2005). Nelson et al. (2006) mendeskripsikan bahwa tanaman dapat tumbuh pada elevasi 0-920 m, suhu rata-rata 26-30 o C, kejadian hujan tahunan 2000 mm. Vegetasi dapat berasosiasi dengan tanaman hutan di daerah tropis maupun di perkebunan. Tumbuh diberbagai jenis tanah, khususnya yang mempunyai drainase yang baik. Keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem pertanian seperti persawahan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu dalam sistem perputaran nutrisi, perubahan iklim mikro, dan detoksifikasi senyawa kimia (Altieri 1999). Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati juga memiliki peranan penting dalam jaring makanan

9 yaitu sebagai herbivor, karnivor dan detritivor (Strong et. al 1984). Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, E. thrax merupakan serangga herbivor pada daun pisang, sedangkan Brachymeria merupakan serangga karnivor yang memparasit E. thrax. Keberadaan musuh alami pada ekosistem pertanian, baik itu predator maupun parasitoid, memiliki peranan yang sangat penting khususnya dalam pengaturan populasi serangga hama (Altieri 1999). Penelitian Herlina et. al (2011) menyebutkan bahwa habitat sekitar lahan persawahan mempengaruhi keanekaragaman Hymenoptera Parasitika yang ada di dalamnya. Walaupun demikian, kondisi habitat sekitar lahan merupakan faktor utama yang menyebabkan perbedaan parasitoid. Hasil penelitian Suharjo et al. (2008) menunjukkan bahwa dalam satu masa berbunga (selama 5 hari), satu bunga pisang didatangi E. thrax rata-rata sebanyak 11 ekor untuk dareah pekarangan, 17 ekor untuk persawahan, dan 15 ekor untuk tegalan. Imago E. thrax akan mengunjungi bunga pisang pada waktu bunga pisang mulai membuka seludangnya, ataupun pada bunga pisang yang seludangnya sudah terbuka secara penuh. Pisang dan pertanaman adalah tanaman pangan yang penting bagi setiap orang. Okolle et al (2010) menuliskan salah satu hama daun pada tanaman ini adalah ulat penggulung daun pisang, E. thrax. Larva dapat menyebabkan defoliasi sebesar 60% yang dapat menurunkan produksi sebesar 20%. Di Asia Tenggara, fase hidup hama tersebut dapat diserang oleh beberapa parasitoid, yaitu Ooencyrtus erionotae, Cotesia erionotae dan Brachymeria spp.. D. Faktor Lingkungan dalam Parasitasi Cahaya memiliki daya tarik dan mampu mempengaruhi perilaku serangga, dengan intensitas tertentu akan diperoleh efesiensi sumber energi (catu daya), serta daya pikat untuk mengumpulkan serangga. Kemampuan ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian populasi serangga yang tidak menguntungkan dengan pendekatan ramah lingkungan (Alim 2011). Cahaya adalah faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga, diantaranya lamanya hidup, cara bertelur, dan berubahnya arah terbang. Banyak

10 jenis serangga yang memilki reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna, misalnya oleh warna kuning atau hijau. Beberapa jenis serangga diantaranya mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna dan bau, misalnya terhadap warna-warna bunga (Rahayu 2012). Perbedaan aktivitas serangga dapat terjadi karena adanya ketertarikan oleh cahaya. Aktivitas M. sexmaculatus terjadi antara pukul 9.00-13.00. Selain dipengaruhi oleh cahaya, aktivitas M. sexmaculatus dipengaruhi oleh keadaan lapar (Setiawati et al. 2004). Suhu, kelembaban dan cahaya sangat berpengaruh pada aktivitas parasitoid dalam mendapatkan kesempatan menemukan inangnya. Suhu sangat berpengaruh terhadap jumlah keturunan yang dihasilkan parasitoid. Siklus hidup parasitoid dewasa akan menjadi lebih panjang dengan semakin meningkatnya suhu udara dimana parasitoid tersebut hidup (Purba 2008). Abraha (2003) menjelaskan bahwa telur menetas dalam waktu 3-4 hari pada inang dan instar pertama larva parasitoid mulai makan di dalam tubuh inang. Larva parasitoid terdiri dari 3 instar dalam tubuh inang, periode larva rata-rata adalah 11 hari. Setelah menyelesaikan perkembangannya larva muncul dari tubuh inang dengan mengunyah integumen. Setelah muncul, larva instar terakhir segera membentuk kokon. Periode pra-pupa dan pupa menjadi 4-5 hari. Di alam, kokon ditemukan di dalam batang bekas gerekan larva inang. Perkembangan selesai dalam 16 hari pada suhu 30 0 C (periode larva 11,5 hari, pra-pupa dan pupa periode 4,5 hari). Minot dan Leonard (1976) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa B. intermedia aktif pada interval 30 menit dalam sehari. B. intermedia merupakan serangga yang aktif pada siang hari. Aktivitas tertinggi yaitu pada pukul 14.00-15.00 dengan jumlah B. intermedia yang aktif yaitu 350. Pukul 21.00 jumlah B. intermedia yang aktif adalah kurang dari 100.