BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

PENGANTAR KULIAH GENDER KH. HUSEIN MUHAMMAD

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber penyebab perceraian, di antaranya adalah kekerasan dalam rumah

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

Pendidikan Perempuan Ke Arah Pembebasan Gender. Yuyun Yunarti STAIN Jurai Siwo Metro

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat

Kajian Dinamika Pendidikan:

RESPON ISLAM TERHADAP ISU GENDER

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB IV KESIMPULAN. publik. Secara lebih khusus, Mansfield Park menceritakan posisi perempuan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm 3.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM)

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

Artikel HUMANIORA: KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1. Oleh: Marzuki 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

KEKERASAN GENDER DALAM TAFSIR KEAGAMAAN PERSPEKTIF ISLAM. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag.

ABSTRAK. Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jender merupakan salah satu isu yang sampai saat ini masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

STUDI KOMPARATIF KONSEP PENDIDIKAN PEREMPUAN MENURUT RADEN AJENG KARTINI DAN PENDIDIKAN ISLAM

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas

BAB I PENDAHULUAN. paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan 1. Mulyasa

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut dan mempertanyakan kembali segala bentuk tradisi dan aturan agama

BAB VI ANALISIS PEREMPUAN MENURUT HAMKA. perempuan dalam al-quran telah banyak, disebutlah dalam surat an-nisa masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

Selama manusia masih hidup di dunia, tentu tidak akan pernah lepas. dengan yang namanya problem-problem kehidupan. Begitu juga dengan

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB V PENUTUP. telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: perempuan tercermin dalam kalimat wa bimaa anfaqu min amwaalihim yang

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB I PENDAHULUAN. itu jelas menuntut kita untuk menyelidiki dan menimbang sekali lagi berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

TEKS-TEKS KEISLAMAN DALAM KAJIAN KAUM FEMINIS:

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sunda dan Islam dalam carita pantun Sunda Sri Sadana berlangsung secara

BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN. 1. Kisah Ina Mana Lali Ai ini merupakan gambaran dari realitas

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSPEKTIF FEMINISME. emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan lelaki baik bersifat struktural

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN A. Persamaan antara Pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih tentang Kesetaraan Jender dalam Islam Secara umum, ada dua asumsi utama dalam memberikan tafsir terhadap ajaran-ajaran Islam tentang perempuan, yaitu: Kelompok yang berpendapat bahwa Islam membedakan laki-laki dan perempuan baik secara biologis maupun secara jender. Perbedaan fungsi biologis ini akan berhubungan dengan perbedaan fungsi dan peran perempuan. Beberapa ajaran Islam dimanfaatkan sebagai dasar argumentasi yang memberikan legitimasi terhadap dominasi laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh ayat yang mengatur tentang pembagian waris, yakni surat an-nisa (4:11): Artinya: "Allah mensyariatkan bagimu (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan, jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta..." Kelompok yang berpendapat bahwa Islam secara substantif tidak membedakan antara kedudukan perempuan dengan laki-laki. Islam telah 87

88 menempatkan perempuan pada posisi yang terhormat. Ajaran Islam yang esensial memberikan penghormatan yang tinggi terhadap perempuan. Perempuan sama dengan laki-laki dalam hal rohnya, nilainya, haknya, dan kemanusiannya. 1 Ini semua berkat datangnya ajaran Islam yang berhasil menghancurkan tradisi-tradisi yang dianggap usang. Seperti ditunjukkan dalam Surat al-ahzab (33:35) yaitu: Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar Apabila mengacu pada klasifikasi di atas, tampaknya kedua tokoh yakni Riffat Hassan dan Mansour Fakih masuk dalam kategori yang kedua, yang memandang tidak ada perbedaan esensial dalam Islam menyangkut posisi laki-laki dan perempuan. Apalagi menyangkut ketimpangan dan ketidaksetaraan jender yang selama ini dialamatkan pada agama Islam sebagai salah satu penyebab diskriminasi pada jender tertentu. 1 Achmad Satori Ismail, Fiqh Perempuan dan Feminisme dalam Mansour Fakih dkk, Membincang Feminisme: Diskursus Jender Perspektif Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 2000), hlm.134.

89 Persamaan pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih dilihat dari pandangannya tentang kesetaraan jender dalam Islam. Mereka sama-sama tidak setuju bila agama dikaitkan dengan praktik-praktik ketidakadilan yang dilakukan oleh sebagian besar umat Islam terhadap perempuan. Apalagi memposisikan agama sebagai alat untuk melegitimasi praktik-praktik tersebut. Mereka juga memiliki persamaan pandangan bahwa sebenarnya umat Islam sendirilah yang bertanggungjawab atas munculnya asumsi-asumsi di atas. Riffat Hassan dan Mansour Fakih sebagai seorang feminis Muslim yang berangkat dari sosial budaya yang berbeda memiliki visi sama dalam hal permasalahan kesetaraan jender dalam Islam. Kaum perempuan yang selama ini dianggap menjadi korban ketidakadilan jender harus diselamatkan. B. Perbedaan antara Pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih tentang Kesetaraan Jender dalam Islam Adapun Perbedaan dari pemikiran kedua tokoh yaitu dari segi latar belakang kehidupan keluarga dan masyarakat. Pengalaman hidup Riffat Hassan yang di dalamnya sangat kental dengan nuansa patriarkis dan pergolakan batin, sangatlah mempengaruhi karakter dari pemikirannya, sehingga membuat Riffat lebih tertarik pada konsep teologi feminisme yang jelas-jelas dihadapkan dengan teologi patriarki, sebuah bangunan teologi yang menurutnya ditafsirkan, dibangun dan dikembangkan oleh kaum laki-laki demi kepentingan kaumnya. Sedangkan Mansour Fakih yang dikenal dengan pendamping masyarakat, dengan pergolakan

90 pemikiran yang menentang ketidakadilan dan sarat dengan gerakan sosial membuat ia bergelut dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan hak asasi manusia. Riffat Hassan dalam rangka membangun paradigma teologi feminis menggunakan pendekatan dua level, yaitu; pendekatan normatif-idealis dan pendekatan historis-empiris. Sedangkan Mansour Fakih menggunakan pendekatan analisis sosial structural dengan metode pendidikan kritis terhadap masyarakat. Dari segi Wilayah Kajian dalam Kesetaraan Jender dalam Islam. Bila mengikuti pendapat Quraish Shihab yang membagi tema-tema kesetaraan jender dalam Islam menjadi dua sub pokok yakni, pertama, tema yang berkaitan dengan asal kejadian perempuan dan kedua, hak-hak perempuan dalam berbagai bidang sosial. Pertanyaan yang muncul dalam tema pertama yakni, berbedakah asal kejadian perempuan dari lelaki? Apakah perempuan diciptakan oleh tuhan kejahatan ataukah mereka merupakan salah satu najis (kotoran) akibat ulah setan? Benarkah yang digoda dan diperalat setan hanya perempuan dan benarkah mereka yang menjadi penyebab terusirnya manusia dari surga? 2 Sedangkan tema yang kedua muncul akibat banyaknya diskriminasi yang terjadi terhadap peran dan hak perempuan dalam sektor publik, yang sangat kentara dibedakan dengan hak kaum laki-laki. Kemudian praktek-praktek tersebut banyak yang bersembunyi di belakang ajaran-ajaran agama (Islam). Pemikiran kedua tokoh mengindikasikan bahwa Riffat Hassan lebih tertarik untuk membahas masalah asal-usul kejadian perempuan dibandingkan dengan aspek hak-hak perempuan dalam kehidupan kongkret seperti apa yang 2 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur an (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 270.

91 dilakukan Mansour Fakih. Menurut Riffat, akar dari permasalahan yang muncul berkaitan dengan praktek-praktek ketidaksetaraan jender adalah ajaran-ajaran yang bersifat teologis yang ditafsirkan oleh kaum laki-laki untuk mendukung gagasan patriarkhi yang telah berkembang selama ribuan tahun. Dalam wilayah ini, Mansour Fakih mempunyai kelebihan dengan mengkaji kasus-kasus kongkret di masyarakat maka implikasi pemikiran jender Mansour Fakih lebih bisa terlihat aplikasinya di lapangan. Tidak seperti kajian Riffat yang bersifat terlalu abstrak dan teoretis. Bila Riffat Hassan menggunakan dasar pemikirannya dengan apa yang dikenalkan dengan teologi feminis yang bertujuan untuk pembebasan perempuan dan laki-laki dari struktur dan sistem relasi yang tidak adil, Mansour Fakih mennggunakan analisis jender yang berangkat dari pandangan bahwa prinsip dasar Islam adalah agama keadilan. Sehingga dapat diketahui bentuk-bentuk ketidakadilan hubungan antara kaum laki-laki dan perempuan dalam Islam. Riffat menjelaskan bahwa al-qur an menggunakan istilah dan perumpamaan feminisme yang maskulin tanpa ada pengistimewaan tertentu dalam menerangkan penciptaan manusia yang berasal dari satu sumber bahwa mulamula diciptakan Allah adalah manusia tanpa perbedaan dan tidak disebutkan secara jelas laki-laki atau perempuan. Dengan begitu maka para feminisme mengatakan bahwa tercipta dari tulang rusuk Adam harus ditolak, dan ayat-ayat yang secara eksplisit mengatakan bahwa istri diciptakan dari suaminya harus dibantah. Sedangkan Mansour memaparkan berbagai macam ketidakadilan berdasarkan jender yang ada di masyarakat, yang kemudian memunculkan adanya

92 paham feminisme. Paham tersebut memandang bahwa perempuan dan laki-laki haruslah berada pada kedudukan yang sama. Mansour kemudian menjelaskan berbagai macam paham feminisme, serta menunjukkan perbedaan fokus daripada paham-paham feminisme yang tersebut. 3 Dalam memahami Al-Qur an (Q.S An Nisa:34) al-rijalu Qawwamuna ala an-nisa, Riffat Hassan menganalisa bahwa yang dimaksud dengan kata qawwamu tersebut bukanlah sebagaimana yang umum dipahami orang selama ini, yakni laki-laki sebagai pemimpin atau pengatur perempuan. Menurut Riffat, kata qawwamu adalah sebuah term ekonomis, dan bukan biologis. Ia lebih tepat diartikan sebagai pencari nafkah, bukan pemimpin. Dengan pernyataan ini Riffat ingin mengatakan bahwa separasi dunia laki-laki dan perempuan dalam Islam tidak bersifat hierarkhis tetapi fungsional. Dan dalam masyarakat tradisional, pembagian itu adalah hal yang umum terjadi. 4 Sedangkan Mansour Fakih dalam memahami dari ayat tersebut mengartikan kata qawwam dari masa ke masa berbeda. Dahulu atas dasar ayat itu, perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki, dan implikasinya adalah seperti zaman feodal, bahwa perempuan harus mengabdi kepada laki-laki sebagai bagian dari tugasnya. Namun al-qur an menegaskan bahwa kedudukan suami istri adalah sejajar. Ayat tersebut menjelaskan bahwa saat itu laki-laki adalah manager rumah tangga, dan bukan pernyataan kaum laki-laki harus menguasai dan memimpin. 3 http://uncontrolledillusion.wordpress.com/2013/03/03/membincang-feminisme-bersamadr-mansour-fakih/diakses pada tanggal 30 September 2013 4 Farid Wajidi, Perempuan dan Agama: Sumbangan Riffat Hassan Dinamika Gerakan Perempuan Indonesia, Fauzi Ridjal, Lusi Margiyani, dan Agus Fahri Husein (ed.) (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), hlm. 18.

93 Dalam sejarah Islam keadaan kaum perempuan berubah, mengikuti semakin meningkatnya kesadaran hak kaum perempuan, dan konsep hak juga semakin berkembang. Pada saat ayat itu diturunkan memang belum ada kesadaran akan hal itu. Bagi Riffat, bila ingin merubah keadaan yang pada saat ini dengan membangkitkan kesadaran kaum perempuan Muslim dari keterpurukan maka langkah yang diperlu dilakukan adalah membongkar dan menghancurkan dasardasar teologi yang berkecenderungan membenci perempuan dan androsentris (berpusat pada laki-laki). Sebab berapapun besarnya hak dalam bidang sosial dan politik yang diberikan kepada perempuan selama mereka tetap dikondisikan untuk menerima mitos-mitos yang dikumandangkan oleh para ahli teologi atau para ulama dan pemimpin-pemimpin agama agar mereka membelenggu badan, hati, pikiran dan jiwa mereka, selamanya mereka tidak akan bisa tumbuh menjadi manusia sempurna. 5 Sedangkan Mansour Fakih mencoba mencanangkan terobosan yang perlu dilakukan oleh kaum laki-laki dan perempuan. Di antaranya sebagai berikut: Pertama, melawan hegemoni dengan melakukan dekonstruksi terhadap tafsiran agama yang merendahkan kaum perempuan. Tujuannya untuk membangkitkan jender critical consciousness, yakni menyadari ideologi hegemoni dominan dan kaitannya dengan penindasan jender. Kedua, perlu adanya kajian kritis, misalnya proses kolektif yang menkombinasikan studi, investigasi, analisis sosial, pendidikan serta aksi advokasi guna membahas isu perempuan. Tujuan usaha ini 5 Riffat Hassan, Teologi Perempuan dalam Tradisi Islam (Sejajar di Hadapan Allah?), dalam Jurnal Ulumul Qur an, No. 4 Vol.I /1990/1410H.hlm. 50.

94 adalah untuk menciptakan perubahan radikal dengan menempatkan perempuan (Muslimat) sebagai pusat perubahan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran menuju transformasi kaum perempuan.