BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi itelektulitas saja melainkan juga

STRATEGI PENGELOLAAN KKG DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI GUGUS AHMAD YANI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : SITI ANA MISROKHAH A

Kinerja guru di Kota Solo masih rendah, seperti yang dikemukakan oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Solo, Etty Retnowati,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan semakin banyak menghadapi masalah yang perlu. mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak baik pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara maju diperlukan guru profesional sebagai tenaga pendidik. yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan generasi yang sejalan dengan tuntutan kemajuan masyarakat,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not educate, that there are teachers who do not successfully educate. No teacher who did not manage to educate, there are principals who are not able to make a successful teacher educate...) Tidak ada siswa yang tidak dapat dididik, yang ada adalah guru yang tidak berhasil mendidik. Tidak ada guru yang tidak berhasil mendidik, yang ada adalah kepala sekolah yang tidak mampu membuat guru berhasil mendidik". Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam dunia pendidikan. Kehadiran guru sampai saat ini hingga akhir zaman nanti tidak akan pernah tergantikan oleh teknologi secanggih apapun. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan tugas guru yang sangat komplek dan unik, diharapkan guru memiliki kemampuan yang maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru adalah tenaga pendidik profesional, dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan melatih menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. Profesional adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan mampu

berperan dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu pengetahuan, dan memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh sebab itu profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional. Guru harus dapat meningkatkan kompetensinya. Berbicara tentang guru profesional menjadi faktor yang penting dan strategis dalam meningkatkan profesi guru, karena guru inilah merupakan pelaksana terdepan dalam proses pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Oleh karena itu berhasil dan tidaknya mutu pendidikan tergantung pada profesionalisme guru. Menurut Direktorat Jendral Pendidikan guru dan tenaga teknis, Dirjen Dikdasmen (1999:120):" a) mampu mengembangkan kepribadian murid, b) menguasai landasan pendidikan, c) menguasai bahan pengajaran, d) mampu menyusun program pengajaran, e) dapat melaksanakan program pengajaran, f)mampu menilai hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, g) dapat melaksanakan program bimbingan, h) dapat menyelenggarakan administrasi sekolah, i) mampu berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat, j) sanggup melaksanakan penelitian sederhana untuk kepentingan pengajaran." Kompetensi profesional guru menurut Sahertian (2000: 30) memiliki ciriciri antara lain: (1) ahli dalam mengajar dan mendidik, (2) memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya, (3) memiliki rasa kesejawatan sehingga ada rasa aman dan perlindungan jabatan.profesionalisme guru menjadi bermakna apabila

didukung oleh kompetensi yang dimiliki lebih baik dan mendapat pengakuan dari pemerintah, lembaga, dan masyarakat. Atas dasar kebutuhan dan tuntutan maka Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 tentang Standar Nasional Pendidikan mengaskan bahwa kompetensi guru meliputi: 1) pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2) kualifikasi akademik sebagai dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat kealian yang relevan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3) kompetensi sebagai pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini. Guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik yang berhadapan langsung dengan siswa, guru harus memiliki kompetensi profesional sehingga guru menjadi pendidikyang menguasai pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diampunya sekurang-kurangnya memiliki penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran dan atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan juga penguasaan terhadap konsep dan metode, disiplin keilmuan, teknilogi, atau seni yang relevan konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. Menurut Jamal (2009: 58): salah satu faktor penting dalam pendidikan adalah guru karena guru merupakan orang yang langsung berinteraksi dengan anak

didik, memberi keteladanan, motivasi, dan inspirasi untuk terus semangat dalam belajar, berkarya dan berprestasi. Indikator kompetensi guru adalah secara garis besar dapat dinilai berdasarkan empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Ada faktor dari luar diri guru yang sangat mempengaruhi kompetensi profesional guru, yaitu supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah secara terprogram, seperti menurut P. Adam dan Frank G. Dickey bahwa supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Inti dari supervisi pada hakekatnya adalah memperbaiki hal mengajar dan belajar. Program ini dapat berhasil bila supervisi memiliki keterampilan (skill) dan cara kerja yang efesien dalam kerjasama dengan orang lain (guru atau petugas pendidikan lainnya). Dalam Dictionary of Education, Good Carter, memberi pengertian bahwa supervisi adalah usha dari tugas-tugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas yang dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan, perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan pengejaran, metode pengajaran, penelitian dan evaluasi pengejaran, serta tindaklanjut. Faktor yang sangat mempengaruhi kompetensi profesional guru yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri adalah etos kerja, seperti diungkapkan oleh Mubyarto (1992:14) Etos kerja sebagai sikap kerja, ciri-ciri tentang kerja atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang atau kelompok suatu bangsa. Etos kerja dimanifestasikan dengan hidup sederhana dan kerja keras.

Dua faktor atau variabel di atas diduga memiliki hubungan yang erat antara supervisi kepala sekolah guru dan etos kerja guru dengan kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional guru merupakan dari bagian motivasi kerja yang lebih spesifik dengan karakteristik berorientasi pada keberhasilan, kesempurnaan, kesungguhan dan keunggulan dalam melaksanakan pekerjaan. Peneliti memandang jika dimiliki pegawai, khususnya guru dan penting dalam mendukung kinerja mereka. Pelaksanan supervisi kepala sekolah adalah salah satu dari fungsi pokok administrasi pendidikan. Fungsi administrasi pendidikan yang dimaksudkan yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, kepegawaian, pembiayaan dan penilaian. Fungsi admnistrasi pendidikan tersebut semestinya berjalan sesuai dengan fungsinya. Pelaksanaan supervisi sebagai salah satu fungsi yang sangat penting, tidak dapat dipisahkan dengan fungsi yang lainnya. Hal ini terjadi karena setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan supervisi, oleh karenanya isu kebijakan mengenai supervisi pembelajaran sangat menarik untuk dikaji, terutama kebijakan supervisi di tingkat satuan pendidikan. Peran supervisi dapat dilaksanakan berbagai pihak, namun dalam penelitian ini fokus pada pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Pendekatan pelaksanaan supervisi kepala sekolah akan sangat berkaitan dengan berbagai prosedur dan langkah-langkah, teknik-teknik, instrumeninstrumen, kondisi-kondisi interaksi sosial antara kepala sekolah dan guru, permasalahan yang dihadapi oleh guru, tingkat kematangan guru, motivasi berprestasi guru, kinerja guru mengajar, maupun dampak dan kemanfaatan dari masing-masing pendekatan supervisi pembelajaran tersebut akan memiliki keunggulan dan sekurangannya. Berdasarkan kenyataan itu, maka kinerja

supervisor perlu mendapatkan perhatian yang serius untuk diteliti, karena merupakan bagian terpenting dalam mata rantai keberhasilan dan kualitas pendidikan di masa mendatang. Berdasarkan berbagai pertimbangan di atas, terdapat beberapa alasan untuk dilakukan penelitian. Pertama, pentingnya kompetensi profesional guna meningkatkan mutu pendidikan. Kedua, persepsi guru selama ini memposisikan kepala sekolah sebagai pengawas yang menuntut guru untuk melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang baik, tanpa adanya pembinaan dari pihak sekolah (observasi januari 2015: delapan dari sebelas SMK Sub Rayon 12 Kepala sekolah belum membuat program supervisi). Padahal tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yang dapat mengontrol sekaligus membina guru untuk mencapai peningkatan mutu KBM yang lebih baik. Ketiga, prestasi kompetensi profesional guru akan baik apabila guru tersebut memiliki etos kerja. Berdasarkan observasi bulan januari 2015 dari studi pendahuluan di empat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada Sub Rayon 12 Kota Medan kepada kelompok guru normatif sebagai pendukung kelompok produktif, penulis menemukan kondisi yang begitu berlainan antara harapan dengan kenyataan, antara lain: belum singkron antara kelompok normatif dengan kelompok produktif, penerapan KTSP dinilai belum optimal, apalagi jika harus mengganti kurikulum baru, serta pelaksanaan supervisi dari kepala sekolah yang kurang kontinyu atau periodik yang menyebabkan evaluasi pada proses pembelajaran juga tersendat dan lama. Dari laporan hasil supervisi pengawas SMK tahun pelajaran 2010/2011kepada kepala Dinas Pendidikan Kota Medan hampir 40 % guru SMK

Kota Medan yang cara mengajarnya belum memenuhi kompetensi profesional guru yang diharapkan. Pemilihan metode dan model pembelajaran yang dilakukan guru kadang kurang sesuai dengan materi pembelajaran, bahkan masih banyak yang menggunakan metode ceramah. Guru disarankan melakukan motivasi terhadap peserta didik karena hal ini sangat penting dilakukan agar pembelajaran diminati dan dipahami siswa. Dalam pembelajaran guru dituntut untuk berorientasi pada siswa dan jangan terpaku pada materi yang telah dibahas. Penyebab dari lemahnya kompetensi profesional guru adalah kurang perhatian terhadap tugas-tugas pokok guru yang harus diterapkan dalam persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi serta tindaklanjut. Kepala sekolah belum menyusun jadwal pembinaan terhadap guru, belum memiliki instrumen pembinaan dan pemantauan setiap kegiatan guru. Kepala sekolah selalu disibukkan dengan kegiatan-kegiatan lain yang tidak menyentuh secara langsung pada tugas pokok guru. Guru masih enggan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas sehari-hari sehingga dalam mengajar guru masih sulit untuk berkembang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. Banyak guru yang telah dilatih atau mengikuti penataran, namun metode yang diterapkan dalam pembelajaran tetap tidak ada perubahan. Sertifikasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk guru belum bisa menjawab keinginan atau harapan, melalui sertifikasi guru mendapat pengakuan dari pemerintah dan menerima tunjangan sebagai guru profesional. Agar pelaksanaan belajar mengajar sesuai rencana pembelajaran dan untuk meningkatkan kualitas guru dalam mengajar, maka supervisi yang dilakukan kepala sekolah di SMK Sub Rayon 12 Kota Medan, guru mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengadakan evaluasi pembelajaran dengan baik, sehingga perlu diadakan

pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang tertuju pada kualitas hasil belajar siswa yang bermuara kepada keberhasilan tujuan pendidikan nasional. Kurangnya supervisi dari kepala sekolah inilah yang menjadikan kepala sekolah kurang memahami kondisi guru di lapangan pasca pemberlakuan KTSP, bahwa penerapan KTSP dinilai semakin memberatkan guru. Persoalan masih ditambah lagi dengan sikap apatisme dari para guru akan pentingnya supervisi pendidikan. Tentu kondisi tersebut sangat potensial memunculkan berbagai masalah di lingkungan sekolah, ironisnya sebagian guru beranggapan supervisi yang dilakukan kepala sekolah mengada-ada. Sosialisasi perlu selalu disampaikan kepara guru tentang apa yang menjadi tugas, kewajiban, tanggungjawab antara kepala sekolah dengan guru. Adanya hubungan baik antara supervisor dan guru, sehingga guru menyadari guru menyadari betapa pentingnya supervisi yang dilakukan kepala sekolah untuk dirinya. Kerja sama supervisor dan guru diharapkan mampu meningkatkan kompetensi profesional guru. Guru adalah orang yang langsung berinteraksi dengan anak didik. Guru dapat dikatakan baik apabila mempunyai etos kerja yang baik. Etos kerja adalah hal penting yang memiliki hubungan terhadap berlangsungnya perkembangan sekolah dan juga meningkatnya mutu pendidikan di sekolah. Etos kerja ini dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja, ciri-ciri atau sifatsifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu bangsa, sebab etos kerja merupakan value system yang menjadi tata nilai. Etos kerja menentukan kualitas sifat, watak dan kehidupan batin manusia, moral dan gaya estetik serta suasana batin mereka. Etos merupakan sikap mendasar terhadap diri dan dunia mereka yang direfleksikan dalam dunia nyata. Dari

sejumlah definisi dan penjelasan di atas meski beragam, namun dapat ditangkap maksud yang berujung pada pemahaman bahwa etos kerja yang baik tentunya akan berpengaruh pada mutu dan kualitas pembelajaran. Dengan memiliki etos kerja yang tinggi merupakan karakter dan kebiasaan berkenaan dengan kerja yang terpancar dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadapnya. Asifudin, Ahmad Janan (2004: 27). Etos kerja yang baik sangat berpengaruh pada kompetensi yang akan dihasilkan. Etos kerja yang buruk akan berpengaruh pula pada kinerja dengan hasil yang buruk. Etos kerja memiliki peranan yang sangat penting, karena seberapapun etos kerja akan sangat menentukan kualitas kompetensi profesional guru yang dihasilkan. Berdasarkan uraian diatas, perlu dikaji tentang persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah dan etos kerja guru khususnya terhadap kompetensi profesional guru SMK rumpun teknologi industri pada sub rayon 12 Kota Medan. B. Identifikasi Masalah Permasalahan yang dihadapi SMK di Sub Rayon 12 Kota Medan adalah bagaimana cara meningkatkan kualitas kompetensi profesional guru. Untuk itu tindakan yang perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas kompetensi profesional guru tersebut dengan melaksanakan supervisi oleh kepala sekolah dan melihat etos kerja yang ditampilkan guru di sekolah. Cara meningkatkan kualitas kompetensi profesional guru adalah masalah yang akan diteliti, karena kompetensi profesional guru yang dimiliki guru belum memenuhi standar yang diharapkan, sehingga tujuan dari pendidikan belum tercapai secara maksimal.

Kepala sekolah sebagai pimpinan/manajer/administrator/dan juga merupakan atasan di dalam lingkungan sekolah. Dimana seorang kepala sekolah memiliki peran strategis dalam memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan dan meningkatkan suasana belajar mengajar yang lebih baik sesuai dengan perkembangan teknologi. E. Mulyasa (2004: 111), Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, ada saja kekurangan dan kelemahan yang dijumpai dalam proses pembelajaran, untuk memperbaiki kondisi demikian peran pelaksanaan supervisi pendidikan sangat penting menjadi sangat penting untuk dilaksanakan secara berkesinambungan. Bekerja menjadikan guru senantiasa berkembang kompetensinya dan mencintai profesinya merupakan pintu masukkan bagi guru untuk menjadi guru yang profesional dan berkualitas. Jika guru mencintai profesinya dan mencintai anak didiknya, maka hambatan dan kesulitan tidak akan mematahkan semangat guru untuk terus berkarya. Untuk mencintai profesinya, guru harus melihat kembali ke belakang mengapa menjadi guru. Memurnikan kembali motivasi awal menjadi guru, menghapus keterpaksaan dan menukarnya dengan kejernihan visi dan misi baru yang tercermin dalam etos kerja yang tinggi. Berdasarkan isu-isu bidang pendidikan sebagaimana yang ada telah dipaparkan dalam latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang perlu mendapat perhatian, antara lain: belum diketahuinya persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah, pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dianggap belum berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya, peningkatan etos kerja

guru belum terukur di SMK rumpun teknologi industri pada sub rayon 12 Kota Medan, dan persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah serta etos kerja dianggap dapat berhubungan terhadap peningkatan kompetensi profesiaonal guru yang akan semakin meningkat. C. Batasan masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, agar lebih memfokuskan arah penulisan penelitian ini kepada tujuan penulisan, maka penelitian perlu diberi batasan masalah pada dua faktor yaitu faktor eksternal adalah pelaksanaan supervisi kepala sekolah sangat diperlukan dan faktor internal adalah etos kerja guru. Masih banyak faktor-faktor yang berhubungan sekaligus mendukung kompetensi profesional guru, namun dalam lingkup penelitian ini yang diteliti hanya membatasi sampai sejauh mana Hubungan Persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah dan etos kerja dengan kompetensi profesional guru di SMK Rumpun Teknologi Industri pada Sub Rayon 12 Kota Medan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru di SMK Rumpun Teknologi Industri pada Sub Rayon 12 Kota Medan tahun pelajaran 2014 /2015? 2. Apakah ada hubungan etos kerja guru dengan kompetensi profesional guru di SMK Rumpun Teknologi Industri pada Sub Rayon 12 Kota Medan tahun pelajaran 2014 /2015?

3. Apakah ada hubungan persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolahdan etos kerja guru secara bersama-sama dengan kompetensi profesional guru di SMK Rumpun Teknologi Industri pada Sub Rayon 12 Kota Medan tahun pelajaran 2014 /2015? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, dapat dikemukakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui hubungan pesepsi guru tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru di SMK Rumpun Teknologi Industri pada Sub Rayon 12 Kota Medan tahun pelajaran 2014 /2015. 2. Mengetahui hubungan etos kerja guru dengan kompetensi profesional guru di SMK Rumpun Teknologi Industri pada Sub Rayon 12 Kota Medan tahun pelajaran 2014 /2015. 3. Mengetahui hubungan persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah dan etos kerja guru secara bersama-sama dengan kompetensi profesional guru di SMK Rumpun Teknologi Industri pada Sub Rayon 12 Kota Medan tahun pelajaran 2014 /2015. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Untuk memberikan informasi dan hasilnya menambah wawasan kepada kepala sekolah bahwa persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah berhubungan langsung dengan kompetensi profesional guru.

Untuk memberikan informasi dan menambah wawasan kepada guru bahwa etos kerja guru berhubungan langsung dengan kompetensi profesional guru. Untuk memberikan informasi dan menambah wawasan kepada kepala sekolah dan guru bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekolah ada hubungannya dengan etos kerja guru. G. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: Sebagai sumbangan pemikiran bagi Kepala dinas pendidikan untuk dapat meningkatkan kompetensi guru SMK menjadi guru yang profesional. Sebagai sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah untuk dapat meningkatkan pelaksanaan supervisi kepada guru secara berkala dan berkelanjutan. Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru SMK untuk meningkatkan etos kerja dan kompetensi profesionalnya sebagai guru. Sebagai bahan pemikiran bagi peneliti berikutnya.