BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Istimewa Yogyakarta masuk dalam kategori 10 besar provinsi di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dan penurunan kualitas hidup (Lowlar et al., 2003). Insidensi jatuh di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di negara Indonesia. Persentase penduduk

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I. yang mencapai umur 60 tahun keatas 1. terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan tingkat pendapatan semakin meningkat. Salah satu penanda

FALL RISK ASSESSMENT

BAB I PENDAHULUAN. Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data statistik Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tinggi. Undang-Undang No.14 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

Kabupaten Bantul yang merupakan 1 dari 5 kabupaten/kota di DIY juga mengalami hal serupa. UHH di Kabupaten Bantul pada tahun 2008 pada laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

HUBUNGAN FREKUENSI SENAM LANSIA DENGAN STATUS RISIKO JATUH PADA USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI LUHUR BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Pada tahun 2000, dua di antara tiga orang lanjut usia (lansia) di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan suatu proses natural dan tidak disadari secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

PEMBERIAN OTAGO HOME EXERCISE PROGRAMME LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI RISIKO JATUH DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI TABANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB 1 PEANDAHULUAN UKDW. di daerah perdesaan sebanyak jiwa (50,21 %). (BPS, 2010). Hasil

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Kemajuan suatu bangsa sering dilihat dengan kemajuan Usia Harapan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. epidemi global dan harus segera ditangani. Saat ini prevalensi obesitas di

HUBUNGAN ANTARA RASA TAKUT JATUH DENGAN KESEIMBANGAN DAN STATUS FUNGSIONAL PADA LANJUT USIA

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. terbagi dalam dua tahap yaitu lanjut usia awal (early old age) yaitu usia 60-70

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN ACTIVITIES DAILY LIVING

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memperbaiki keruskan yang diderita (Martono & Parka, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa

و ه و ال ع ل يم ال ق د ير

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

ABSTRAK HUBUNGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL DENGAN RISIKO JATUH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA PUSKESMAS ABIANSEMAL II BADUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 60 tahun ke atas (Nugroho,

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Proporsi populasi usia lanjut di Indonesia semakin bertambah seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. masyarakat industri banyak memberikan andil. terhadap perubahan gaya hidup yang pada gilirannya

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 20,24 jiwa setara dengan 8,03 dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam persalinan. 1. interaksi secara sinkron antara kekuatan his dan mengejan (power), jalan

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta masuk dalam kategori 10 besar provinsi di Indonesia yang memiliki usia harapan hidup tinggi. Provinsi dengan usia harapan hidup lebih tinggi didominasi oleh penduduk berusia lanjut (BPS Susenas, 2009). Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Yogyakarta yang mempunyai jumlah usia lanjut yang besar. Kabupaten Bantul memiliki penduduk lansia sebesar 79.909 (BPS Kabupaten Bantul, 2014). Angka harapan hidup masyarakat di Kabupaten Bantul pada tahun 2009 mencapai 70 tahun untuk perempuan dan 69 tahun untuk laki-laki (BPS Susenas, 2009). Peningkatan proporsi penduduk lansia dan angka harapan hidup yang tinggi tersebut akibat dari pelaksanaan pembangunan kesehatan yang komprehensif dan berkesinambungan yang menuntut adanya peningkatan mutu pelayanan kesehatan terutama pada usia lanjut (Wiraharja dan Satya, 2014). Usia lanjut merupakan kelompok berisiko karena kerentanan mengidap penyakit lebih tinggi. Hal ini disebabkan adanya perubahan karakteristik fisik, fungsi fisiologis, usia, sosial dan ekonomi. Perubahan fisik lansia menurun sehingga mengakibatkan kelambatan berjalan, kaki mudah goyah dan terlambat dalam mengantisipasi bahaya bila tersandung ataupun terpeleset, tanda tersebut mengakibatkan peningkatan risiko jatuh pada lansia (Howe et al, 2008). Jatuh adalah peristiwa yang paling umum terjadi diantara lansia. Survei di komunitas Indonesia, sekitar 30% lansia di atas 65 tahun pernah mengalami jatuh 1

2 setiap tahunnya dan separuh pernah jatuh lebih dari sekali. Bahkan pada lanjut usia di atas 80 tahun, sekitar 50% pernah mengalami jatuh (Probosuseno, 2006). Prevalensi kejadian jatuh di dunia juga cukup tinggi. Di Eropa sebesar 18-30% lansia dilaporkan mengalami jatuh, sedangkan di Asia (Korea) angka jatuh pada lansia mencapai 20-40% (WHO, 2012). Jatuh bisa mengakibatkan luka serius seperti fraktur pinggul, penurunan fungsi hingga kematian (Centers for Disease Control, 2011). Perawatan jatuh disertai luka serius akan membutuhkan biaya 2-3 kali lebih tinggi dan membutuhkan caregiver dan pengawasan yang berkelanjutan. Lamanya penyembuhan luka akibat jatuh dan perawatan yang tidak dilakukan secara adekuat, berisiko mengalami atropi otot atau kelemahan sehingga meningkatkan risiko terjadinya jatuh berulang (Howe et al, 2008). Kejadian jatuh harus dicegah agar tidak menimbulkan masalah kesehatan lain. Salah satunya adalah dengan cara identifikasi faktor-faktor risiko, diantaranya adalah rasa takut jatuh. Rasa takut jatuh (fear of falling) adalah salah satu faktor risiko intrinsik yang memiliki dampak besar, lebih serius dibandingkan jatuh itu sendiri (Halter, 2009). Rasa takut jatuh dipercaya sebagai hasil trauma psikologis setelah mengalami kejadian jatuh (fallers), yang juga disebut sindrom paska jatuh (post-fall syndrome). Sindrom ini pertama kali diketahui pada tahun 1982 oleh Murphy dan Isaac yang saat itu memperhatikan lansia setelah jatuh mengalami rasa takut yang kuat untuk berjalan kaki. Sebagai konsekuensinya, rasa takut ini menyebabkan

3 hilangnya kepercayaan diri dalam melakukan aktifitas tertentu (Tinetti, Liu & Claus, 2003). Setidaknya sebanyak 25-20% populasi usia lanjut di komunitas melaporkan takut jatuh dengan angka kejadian meningkat pada lansia dengan riwayat jatuh (WHO, 2012). Sebesar 40-73 % lansia berisiko mengembangkan rasa takut setelah mengalami jatuh dan rasa takut akan berlangsung selama kurang lebih 2 tahun (Yardley et al, 2007). Meskipun banyak penelitian yang melaporkan rasa ketakutan akan jatuh, banyak pula ditemukan kasus di komunitas yaitu setengah dari populasi lansia yang tidak pernah jatuh (non fallers) menunjukkan rasa takut jatuh (Murphy, Dubin, & Gill, 2003). Sebanyak 49% lansia berusia 70-79 tahun berisiko mengalami rasa takut jauh dan insidensi rasa takut jatuh semakin meningkat hingga 70% pada lansia usia di atas 80 tahun (Friedman et al, 2002; Scheffer et al, 2008). Rasa takut jatuh tidak akan menjadi masalah sepanjang tidak menimbulkan konsekuensi negatif selama Activities Daily Living s (ADL s). Jika takut jatuh menyebabkan lansia mulai membatasi dan menghindari aktivitas fisik, maka lansia akan berisiko mengalami kejadian jatuh berulang ((Howe et al, 2008). Lansia yang membatasi aktifitas dan sosial karena takut jatuh, berisiko mengalami kelemahan otot dan ketidakseimbangan (Brouwer, 2004; Hausdorff, 2005). Lansia dengan rasa takut jatuh akan berjalan dengan kewaspadaan tinggi atau disertai rasa takut yang menyebabkan waktu dan kecepatan berjalan berkurang sehingga lebih jauh lagi berdampak pada Activities Daily Living s

4 (ADL s) (Gonnerman et al, 2012). Rasa takut jatuh juga berkontribusi memicu kurangnya kecepatan duduk berdiri dari kursi akibat munculnya kewaspadaan berlebih (Desphande et al, 2008). Buruknya pergerakan dasar lansia dalam melakukan ADL, menunjukkan rendahnya status fungsional fisik lansia. Status fungsional individu diartikan seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-harinya (Gosney et al, 2012). Dasar pergerakan dalam aktivitas sehari-hari yang sangat sering digunakan seperti berjalan, berdiri, berbalik, berputar dan duduk sebagian besar fungsi kerjanya disokong oleh kekuatan ekstremitas bawah (Reyes Ortiz et al, 2006). Ekstrimitas bawah dalam menjalankan pergerakan tersebut membutuhkan kerjasama dari beberapa komponen utama diantaranya area keseimbangan, kekuatan otot dan fungsi gait berjalan. Apabila salah satu area mengalami penurunan, maka akan menghambat aktifitas fisik maupun kehidupan sosial lansia (Wold, 2012). Kecamatan Piyungan menduduki posisi tiga besar dengan jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Bantul. Tahun 2014 tercatat bahwa Kecamatan Piyungan memiliki penduduk lansia berusia 60 tahun ke atas sebesar 4.145 (BPS Kabupaten Bantul, 2015). Desa Srimulyo merupakan salah satu desa di kecamatan Piyungan dengan jumlah lansia terbesar (berusia 60 tahun atau lebih) sebanyak 2023 jiwa pada tahun 2014. Studi pendahuluan yang dilakukan di desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Bantul menyebutkan ada 20 posyandu lansia dengan peserta lansia yang terdata pada tahun 2012 sebesar 1471 lansia. Persebaran lansia di Desa Srimulyo

5 berdasarkan klasifikasi usia lanjut menurut WHO yaitu penduduk usia 60-74 tahun sebanyak 997 jiwa, usia 75-89 tahun sebanyak 454 jiwa dan usia 90 tahun sebanyak 20 jiwa. Penelitian ini meneliti lansia yang berusia 75 tahun atau lebih dengan populasi sebanyak 454 jiwa berdasarkan tingginya tingkat insidensi rasa takut jatuh pada lansia di usia 75 tahun ke atas (Friedman et al, 2002; Scheffer et al, 2008). Menurut hasil wawancara dengan 4 kader posyandu lansia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Bantul Yogyakarta, dilaporkan ada 7 lansia yang menyatakan rasa takut jatuh. Dari data tersebut, 4 lansia mengungkapkan rasa takutnya setelah pernah mengalami kejadian jatuh, sehingga lansia meminta bantuan keluarga dalam melakukan kegiatan sehari-hari, terutama saat pergi ke kamar mandi dan 1 diantaranya tidak lagi mengikuti senam lansia tiap bulan setelah kejadian jatuh tersebut. Berdasarkan uraian masalah yang telah dijelaskan di atas dan belum adanya penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bantul Provinsi DIY khususnya di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan mengenai hubungan antara rasa takut jatuh dengan fungsi ekstremitas bawah pada lansia, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Rasa Takut Jatuh dengan Fungsi Ekstrimitas Bawah Lansia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Bantul Yogyakarta.

6 B. Rumusan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumusakan permasalahan penelitian sebagai berikut: Adakah hubungan antara rasa takut jatuh dengan fungsi ekstrimitas bawah pada lansia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta? C. Tujuan Penelitan A. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara rasa takut jatuh dengan fungsi ekstrimitas bawah pada lansia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta. B. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui gambaran rasa takut jatuh lansia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta. b. Mengetahui gambaran fungsi ekstrimitas bawah lansia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta.

7 D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk: 1. Bagi klinisi Mengetahui korelasi antara rasa takut jatuh dengan fungsi ekstremitas bawah pada lansia, sehingga dapat membantu klinisi dalam pengambilan keputusan klinis serta intervensi dini untuk menjaga kesehatan lansia. 2. Bagi peneliti lainnya Mendapatkan data dan memahami korelasi antara rasa takut jatuh dengan fungsi ekstremitas bawah pada lansia sehingga dapat menambah wawasan dan bisa menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi komunitas Mendapat informasi tentang rasa takut jatuh dan kondisi fungsi ekstremitas bawah untuk pencegahan jatuh sejak dini. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian oleh Reyes Ortiz (2006) yang berjudul Higher church attendance predicts lower fear of falling in older Mexican-American. Penelitian ini meneliti hubungan antara rasa takut jatuh dan tingkat kehadiran kegiatan keagamaan di gereja pada 1341 usia lanjut berusia 70 tahun di komunitas dengan follow up 2 tahun. Penelitian longitudinal cohort ini menyimpulkan bahwa kelompok yang menghadiri gereja secara rutin mengalami rasa takut yang lebih rendah. Korelasi nampak pada rasa takut jatuh dengan variabel jenis kelamin, rendahnya skor pengukuran performa ektremitas bawah, riwayat jatuh

8 dan kondisi medis (artritis, hipertensi dan inkontinensia urin). Persamaan antara kedua penelitian adalah variabel takut jatuh, variabel fungsi ektremitas bawah dan instrumen Short Physical Performance Battery (SPPB) sebagai alat ukur fungsi ekstremitas bawah. Perbedaan penelitian terletak pada metode yang rencana digunakan peneliti yaitu cross sectional dan tempat penelitian di Yogyakarta, sedangkan penelitian Reyes Ortiz menggunakan instrumen Single Item Question untuk mengukur rasa takut jatuh dengan rancangan penelitian longitudinal cohort. 2. Penelitian oleh Deshpande (2008) yang berjudul Psychological, physical and Sensory correlates of fear of falling and consequent activity restriction in elderly: The INCHIANTI Study. Penelitian dengan metode cross sectional ini, meneliti hubungan takut jatuh terkait pembatasan aktivitas dengan parameter psikologis (status kognitif dan depresi), fisik (keseimbangan statik dan kekuatan ektremitas bawah) dan sensori (tes ketajaman visual) serta faktor kovariat seperti usia, jenis kelamin, BMI, riwayat jatuh dan dukungan sosial. Hasil penelitian yang diperoleh didapatkan bahwa keseimbangan statis dan kekuatan otot ektremitas bawah tidak berkorelasi dengan rasa takut jatuh, sebaliknya performa duduk berdiri berulang dan ketajaman visual sangat berkorelasi dengan rasa takut jatuh. Banyak lansia yang mengalami rasa takut jatuh adalah pada kelompok wanita, usia yang lebih tinggi dan mempunyai riwayat jatuh. Persamaaan dengan penelitian yang akan diteliti terletak pada salah satu variabel yang diteliti yaitu fungsi ektremitas bawah. Perbedaan penelitian terletak pada instrumen rasa takut jatuh yang digunakan Deshpande

9 et al. yaitu Survey of Activities and Fear of Falling in the Elderly (SAFFE). Sementara peneliti berencana menggunakan instrumen Falls Efficacy Scale- International (FES-I). 3. Penelitian oleh Kempen (2009) yang berjudul Socio-demographic, healthrelated and psychosocial correlates of fear of falling and avoidance of activity in community-living older persons who avoid activity due to fear of falling. Penelitian dengan metode cross sectional ini meneliti 540 lansia berusia 70 tahun di komunitas yang mengalami takut jatuh dengan pembatasan aktivitas sedang maupun berat. Penelitian ini menghubungkan antara rasa takut jatuh dan pembatasan aktivitas dengan faktor sosiodemografis (usia, jenis kelamin, status hidup sendiri), variabel kondisi kesehatan (gangguan kognitif, riwayat jatuh, gangguan kesehatan) dan variabel psikososial (gejala depresi dan dukungan sosial). Sebanyak 45% partisispan melaporkan rasa takut jatuh yang berat dan 42% nya menghindari aktivitas karena rasa takut jatuh. Hasil didapatkan bahwa semua variabel berkorelasi dengan rasa takut jatuh kecuali gangguan pendengaran dan dukungan sosial. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel yang diteliti yaitu rasa takut jatuh metode penelitian yaitu cross sectional. Perbedaan terdapat pada instrumen rasa takut jatuh yang digunakan. Instrumen peneliti yang akan digunakan yaitu Falls Efficacy Scale- International (FES-I), sedangkan penelitian Kempen menggunakan instrumen Single Item Question. 4. Penelitian oleh Nurhaidah (2011) dengan judul Hubungan Antara Rasa Takut Jatuh Menggunakan Falls Efficacy Scale-International (FES-I) dengan Risiko

10 Jatuh Berdasarkan Berg Balance Scale (BBS) pada Lansia. Penelitian ini merupakan penelitian analisis observasional rancangan cross sectional dengan 45 lansia sebagai sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara rasa takut jatuh dengan risiko jatuh pada lansia. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah kesamaan salah satu variabel yaitu rasa takut jatuh dan intrumen yang digunakan yaitu Falls Efficacy Scale- International (FES-I). Penelitian yang akan dilakukan peneliti memiliki perbedaan pada variabel terikatnya yaitu mengenai fungsi ekstrimitas bawah pada lansia, sedangkan Nurhaidah meneliti risiko jatuh berdasarkan Berg Balance Scale (BBS). 5. Penelitian oleh Andriyani (2012) dengan judul Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Keseimbangan Lansia di Desa Pamijen Sokaraja Banyumas. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Di dalam penelitian tersebut terdapat salah satu variabel rasa takut jatuh yang dihubungkan dengan keseimbangan. Rasa takut jatuh masuk dalam faktor internal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia dengan rasa takut jatuh membutuhkan waktu yang lebih lama dalam tes keseimbangan TUGT yang artinya keseimbangan kurang dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami rasa takut jatuh. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah kesamaan metode penelitian yaitu cross sectional dan salah satu variabel yang diteliti yaitu rasa takut jatuh dan intrumen yang digunakan yaitu Falls Efficacy Scale International (FES-I). Perbedaannya terletak pada tempat penelitian dan variabel terikat yang akan diteliti yaitu

11 fungsi ektremitas bawah, sedangkan penelitian Andriyani dilaksanakan di Kabupaten Banyumas dan meneliti variabel keseimbangan lansia. 6. Penelitian Abasmay (2015) dengan judul Hubungan antara Rasa Takut Jatuh dengan Keseimbangan dan Mobilitas Fungsional pada Lanjut Usia. Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan 37 lansia sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa takut jatuh tidak memiliki korelasi dengan keseimbangan dan tingkat mobilitas fungsional. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah kesamaan salah satu variabel yaitu rasa takut jatuh dan instrumen yang digunakan yaitu Falls Efficacy Scale-International (FES-I). Penelitian yang akan dilakukan peneliti memiliki perbedaan pada variabel terikat yaitu meneliti fungsi ekstremitas bawah, sedangkan penelitian Abasmay meneliti keseimbangan dan mobilitas fungsional pada lansia.