PERENCANAAN DIET DIABETES NEFROPATI DENGAN PROGRAM GOL ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia, yang menimbulkan

BAB III PEMBAHASAN. kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan jarak

PENYUSUNAN JADWAL PETUGAS SEKURITI DENGAN PROGRAM GOL ABSTRACT

BAB II KAJIAN TEORI. maupun kronik, penulis akan menguraikan perencanaan diet DM di RS PKU

OPTIMISASI PERENCANAAN MENU DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN MODEL GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: RS. PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA) SKRIPSI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN SEKURITI DENGAN MODEL GOAL PROGRAMMING ABSTRACT ABSTRAK

APLIKASI BASISDATA FUZZY UNTUK PEMILIHAN MAKANAN SESUAI KEBUTUHAN NUTRISI. Rani Putriana 1*, Sri Kusumadewi 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum. Di dalam rumah sakit, terdapat bagian-bagian pelayanan yang

PENDEKATAN BARU UNTUK PENYELESAIAN MASALAH TRANSPORTASI SOLID ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

KUESIONER PENELITIAN

PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan.

III MODEL PENJADWALAN

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Pengaturan Menu Makanan dengan Meminimalkan Lemak Menggunakan Pemrograman Linear

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi dan kalori setiap orang harus terpenuhi dengan cukup setiap harinya. Namun hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN 1 KUESIONER

MODEL GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT GRHASIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENYUSUNAN MENU MAKAN ANAK USIA DINI

OPTIMISASI PENYUSUNAN JADWAL MATA KULIAH DENGAN PROGRAM GOL ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 LEXICOGRAPHIC GOAL PROGRAMMING 3.1 DESKRIPSI UMUM LEXICOGRAPHIC GOAL PROGRAMMING

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

PENERAPAN MODEL LINEAR GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) SURAT PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

PEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO

MENGOPTIMALKAN GIZI BALITA DENGAN HARGA MINIMUM MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan Maju (Forward) Dynamic Programming Untuk Permasalahan MinMax Knapsack 0/1

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. kompeten di bidangnya. Karena kepentingan itulah rumah sakit bisa dibedakan

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

LembarObservasi Penelitian Pola Makan. Yang berhubungan dengan kadar gula darah pada Lansia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN KLINIK III PENGATURAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS DAN OBESITAS

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

Optimasi Jumlah Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada Kota Surabaya Berdasarkan Jenis Pelanggan dengan Metode Fuzzy Goal Programming

BAB V PEMBAHASAN. Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai siklus menu 10 hari

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

OPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN 2 SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING

OPTIMALISASI KEBUTUHAN GIZI HARIAN IBU MENYUSUI DENGAN BIAYA MINIMUM MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS

KUESIONER PENELITIAN

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA-FREDHOLM NONLINEAR MENGGUNAKAN FUNGSI BASIS BARU ABSTRACT

OPTIMISASI RUTE PENDISTRIBUSIAN SEJENIS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GOL

MODEL LINEAR GOAL PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PERAWAT UGD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Nur Ichsan, Dwijanto, Riza Arifudin

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

The results showed that potato was able to stablize blood sugar levels in diabetic rats compared to white rice.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

Transkripsi:

PERENCANAAN DIET DIABETES NEFROPATI DENGAN PROGRAM GOL Nurul Muyasiroh 1, Endang Lily 2, M. D. H. Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia muyasiroh.nurul@yahoo.com ABSTRACT This article discusses an application of goal programming in a real life case, that is a diet program for a diabetic nefropati patients. Dietitians usually use the food substitute list method in determining the amount of food recommended for the diabetic nefropati patients. A mathematical method that we use is goal programming. The computation of goal programming model is carried out using LINGO. The computational results are quite satisfactory since the amount of nutrients meet the amount of the standard diet. Keywords: diabetic nefropati, goal programming ABSTRAK Artikel ini membahas pengaplikasian program gol pada sebuah kasus dalam kehidupan nyata yaitu perencanaan diet diabetes nefropati. Perencana diet biasanya menggunakan bahan makanan penukar dalam melakukan penghitungan kandungan gizi bahan makanan untuk diet diabetes nefropati. Salah satu metode dalam matematika yang bisa digunakan untuk penghitungan kandungan gizi tersebut adalah program gol. Komputasi dilakukan dengan menggunakan LINGO dan menunjukkan hasil yang cukup memuaskan karena sesuai dengan standar diet. Kata kunci: diabetes nefropati, program gol 1. PENDAHULUAN Penyakit diabetes mellitus yang tidak terkendali dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi atau penyulit, salah satunya adalah penyakit gagal ginjal kronik yang dikenal dengan diabetes nefropati. Diabetes nefropati apabila tidak ditangani dengan baik dapat berkembang bertahap mulai dari tahap awal dimana terjadi ekskresi albumin yang abnormal sampai dengan gagal ginjal terminal (GGT). Tujuan penatalaksanaan diet pada pasien diabetes nefropati adalah mencegah progresivitas Repository FMIPA 1

kerusakan ginjal, mempertahankan status gizi optimal, mengendalikan kadar glukosa darah, mengendalikan kadar lipida darah, mengendalikan tekanan darah, serta mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit [4, h. 77]. Di dalam kehidupan nyata untuk meningkatkan status gizi penduduk, perlu ditingkatkan penyediaan beraneka ragam pangan dalam jumlah mencukupi, di samping peningkatan daya beli masyarakat. Sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun 1995 Direktorat Gizi Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) [1, h. 290]. Artikel ini menyajikan penggunaan teknik program gol untuk perencanaan diet diabetes nefropati. 2. MASALAH PERENCENAAN DIET DIABETES NEFROPATI DENGAN PROGRAM GOL Pola makan dan aktivitas yang tak seimbang memiliki kontribusi yang besar penyebab diabetes nefropati, sehingga pengaturan pola makan seperti diet perlu dilakukan guna untuk mengontrol tekanan darah dengan memodifikasi gaya hidup. Diet adalah pilihan makanan yang lazim dimakan seseorang atau suatu populasi penduduk [2, h. 1]. Oleh karena itu, seorang pasien dianjurkan untuk menurunkan berat badan dengan cara diet rendah energi. Salah satu teknik yang bisa digunakan dalam penyusunan diet ini adalah program gol. Program gol (goal programming) merupakan perluasan dari model pemrograman linear, sehingga seluruh asumsi, notasi, formulasi model matematis, prosedur perumusan model dan penyelesaiannya tidak berbeda. Perbedaan hanya terletak pada kehadiran sepasang variabel deviasional yang akan muncul di fungsi tujuan dan fungsi-fungsi kendala [6, h. 341]. Terminologi program gol menurut Ignizio [3, h. 8] meliputi beberapa hal berikut : 1. Variabel Struktural Variabel struktural disebut sebagai variabel keputusan yang belum diketahui dan akan dicari nilainya. 2. Objektif Objektif adalah sebuah fungsi untuk mengoptimalkan variabel struktural. Bentuk objektif yang biasa adalah memaksimumkan atau meminimumkan. 3. Gol (tujuan) Tujuan adalah suatu fungsi yang harus dicapai sesuai dengan tingkat aspirasi yang terdiri dari fungsi tujuan keras dan lemah. Repository FMIPA 2

Perbedaan mendasar program linear dan program gol adalah, dalam program gol terdapat sepasang variabel deviasional yang harus diminimumkan. Tabel 1 merupakan tabel konversi model program linear menjadi program gol [3, h. 24]. Tabel 1: Formulasi Model Program Gol Bentuk dasar Formulasi model Variabel deviasi gol program gol yang diminimumkan f i (x) g i f i (x) + d i d + i = g i d + i f i (x) g i f i (x) + d i d + i = g i d i f i (x) = g i f i (x) + d i d + i = g i d i + d + i Di dalam artikel ini program gol yang digunakan adalah program gol preemptif. Bentuk umum model program gol preemtive [5, h. 3]yaitu: min z = l P k (d i, d+ i ), k dengan kendala m a ij x j + d i d + i = b i, i n a ij x j b i, j x ij, d i, d+ i 0, untuk i = 1, 2,, m; j = 1, 2,, n dengan a ij := konstanta dari variabel struktural, x j := variabel struktural j dengan (j = 1, 2,, n), b i := tingkat aspirasi dari kendala (i = 1, 2,, m), p k := tingkat prioritas ke- k (k = 1, 2,, l), d + i := deviasi positif, d i := deviasi negatif. Langkah awal pemodelan perencanaan diet diabetes nefropati ini adalah mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan diet diabetes nefropati, seperti standar diet diabetes nefropati, jadwal menu bahan makanan yang dipilih, batasan nilai gizi diabetes nefropati, kandungan gizi bahan makanan terpilih, serta ukuran bahan pangan dalam satuan penukar. Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel keputusan, penentuan prioritas dan kendalanya, serta formulasi dalam program gol. Indeks utama yang digunakan adalah i yang mewakili nama bahan pangan pada hari tertentu dengan tingkat ener gi tertentu pula. Misalkan pada hari Senin dengan tingkat energi 1100 kalori, Repository FMIPA 3

x 1 mewakili nasi, x 2 := daging, x 3 := bayam, dan seterusnya. Notasi yang digunakan dalam model adalah x i := Variabel keputusan kuantitas bahan pangan ke-i. Ce i := Kandungan energi dalam bahan pangan ke-i. Cp i := Kandungan protein dalam bahan pangan ke-i. Cl i := Kandungan lemak dalam bahan pangan ke-i. Ck i := Kandungan karbohidrat dalam bahan pangan ke-i. a p := Batas bawah protein. b p := Batas atas protein. a l := Batas bawah lemak. b l := Batas atas lemak. a k := Batas bawah karbohidrat. b k := Batas atas karbohidrat. b e := Tingkat kebutuhan energi. Penentuan model matematis pada perencanaan diet diabetes nefropati ini juga memperhatikan beberapa hal dalam menentukan tingkat energi, batas atas dan batas bawah nilai gizi, serta kandungan bahan pangan yang dipilih sebagai berikut : 1. Perencanaan diet ini disusun sebanyak tujuh hari dalam satu minggu yakni Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu dengan masing-masing mempertimbangkan tingkat energi 1100, 1300, dan 1500 kalori dalam satu hari. 2. Tingkat energi dari setiap individu berbeda-beda, hal ini didasarkan pada berat badan seseorang. Ada beberapa tingkat energi yang diketahui dan biasa digunakan sebagai acuan yakni tingkat energi sebesar 1100, 1300, 1500, 1700, 1900, 2100, 00, dan 2500 kalori. Tingkat energi tersebut pada kenyataannya jika dilakukan penghitungan menyeluruh tidak mencapai 1100, 1300 kalori, dan seterusnya namun dalam penuntun diet tingkat energi yang dicapai berkisar antara 1075, 1275, 1475, 1700, 1887, 2075, 2250, dan 2475 kalori. Sesuai dengan penuntun diet tersebut, maka tingkat energi yang digunakan pada pemodelan matematis perencanaan diet ini disesuaikan dengan tingakt energi pada penuntun diet. 3. Nilai sasaran protein yang ingin dicapai berkisar antara 15%-20% dari total energi. Nilai batas atas diperoleh dengan mengalikan 20% dengan total energi kemudian dibagi 4 karena 1 gram protein setara dengan 4 kalori, sedangkan nilai batas bawah diperoleh dengan mengalikan 15% dengan total energi kemudian dibagi 4. 4. Nilai sasaran lemak yang ingin dicapai berkisar antara 20%-25% dari total energi. Nilai batas atas diperoleh dengan mengalikan 25% dengan total energi kemudian dibagi 9 karena 1 gram lemak setara dengan 9 kalori, sedangkan nilai batas bawah diperoleh dengan mengalikan 20% dengan total energi kemudian dibagi 9. Repository FMIPA 4

5. Nilai sasaran karbohidrat yang ingin dicapai berkisar antara 45%-65% dari total energi. Nilai batas atas diperoleh dengan mengalikan 65% dengan total energi kemudian dibagi 4 karena 1 gram karbohidrat setara dengan 4 kalori, sedangkan nilai batas bawah diperoleh dengan mengalikan 45% dengan total energi kemudian dibagi 4. 6. Jumlah atau berat bahan pangan dibuat dengan menggunakan interval, dengan mengambil 25% batas atas dan 25% batas bawah yang disesuaikan dengan standar diet diabetes nefropati. Hal ini dimaksudkan agar jumlah bahan pangan yang diperoleh bisa diterima dengan kebiasaan makan pasien dan diharapkan solusi yang diperoleh fisibel (layak). 7. Penghitungan jumlah atau berat bahan pangan disesuaikan dengan standar diet diabetes nefropati dan ukuran bahan pangan dalam satuan penukar. Contoh penghitungan yakni, misalkan nasi dalam standar diet diabetes nefropati dengan tingkat energi 1100 kalori boleh dikonsumsi pada pagi hari dengan takaran 1 gls, dalam ukuran bahan pangan dengan satu satuan penukar 1 gls setara dengan 125 gram, sehingga bisa ditentukan batas atas dan batas bawah bahan pangan nasi dengan mengambil interval 25% dari 125 gram nasi untuk masing-masing batas. 3. MODEL PERENCANAAN DIET DIABETES NEFROPATI Pemodelan program gol untuk perencanaan diet diabetes nefropati dengan mempertimbangkan beberapa hal yang disebutkan sebelumnya serta dengan 3 prioritas yang ditentukan dapat ditulis sebagai berikut: 1. Mencapai nilai sasaran energi b e dengan mempertimbangkan tingkat energi dari bahan pangan, secara metematis dapat ditulis sebagai berikut: Ce i x i + d 1 d + 1 = b e. (1) 2. Mencapai nilai sasaran protein a p, lemak a l, dan karbohidrat a k pada batas bawah dengan mempertimbangkan bahan pangan, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Cp i x i + d 2 d + 2 = a p. (2) Cl i x i + d 3 d + 3 = a l. (3) Ck i x i + d 4 d + 4 = a k. (4) Repository FMIPA 5

Mencapai nilai sasaran protein b p, lemak b l, dan karbohidrat b k pada batas atas dengan mempertimbangkan bahan pangan, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Cp i x i + d 5 d + 5 = b p. (5) Cl i x i + d 6 d + 6 = b l. (6) Ck i x i + d 7 d + 7 = b k. (7) 3. Mencapai nilai batas bawah a i terhadap bahan pangan x i. Variabel deviasi dinotasikan dengan d n, dengan n = 8, 9,, 30 yang disesuaikan urutan dari variabel deviasi sebelumnya. x i + d n d + n = a i ; n = 8, 9,, 30. (8) Mencapai nilai batas atas b i terhadap bahan pangan x i. Variabel deviasi dinotasikan dengan d n, dengan n = 31, 32,, 53 yang disesuaikan urutan dari variabel deviasi sebelumnya. x i + d n d + n = b i ; n = 31, 32,, 53. (9) Pada persoalan diet ini variabel deviasi yang ingin diminimumkan disesuaikan dengan tingkat prioritas yang telah ditentukan oleh pembuat keputusan, sehingga permasalahan tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut: P1 : min ( d 1 + d + 1 ), P2 : min ( d 2 + d 3 + d 4 + d + 5 + d + 6 + d + 7 ), P3 : min ( 30 n=8 d n + 53 n=31 d+ n ). Secara keseluruhan model umum persoalan diet diabetes nefropati dapat ditulis sebagai berikut: ( 30 min z = P 1 (d 1 + d + 1 ) + P 2 (d 2 + d 3 + d 4 + d + 5 + d + 6 + d + 7 ) + P 3 d n + n=8 53 n=31 d + n ), Repository FMIPA 6

dengan kendala Ce i x i + d 1 d + 1 = b e, Cp i x i + d 2 d + 2 = a p, Cl i x i + d 3 d + 3 = a l, Ck i x i + d 4 d + 4 = a k, Cp i x i + d 5 d + 5 = b p, Cl i x i + d 6 d + 6 = b l, Ck i x i + d 7 d + 7 = b k, x i + d n d + n = a i ; n = 8, 9,, 30, x i + d n d + n = b i ; n = 31, 32,, 53. Dalam penyelesaian masalah ini terdapat 21 hasil komputasi yang diperoleh dengan model matematis yang sama. Perbedaan terletak pada nilai gizi pada masing-masing pemodelan yang disesuikan dengan setiap bahan pangan dengan mempertimbangkan standar penuntun diet, batasan nilai gizi, kandungan gizi bahan pangan seperti yang dijelaskan sebelumnya. Hasil yang diperoleh dengan menjalankan aplikasi LINGO dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil komputasi yang diperoleh ini merupakan hasil perencanaan diet yang masih dalam bentuk bahan mentah. Seorang pasien dapat menyusun menu kesukaannya sendiri yang takarannya disesuaikan berdasarkan tabel komputasi LINGO. Pada Tabel 2 diet 1100 kal, terlihat bahwa pada pagi hari seorang pasien dianjurkan mengkonsumsi nasi sebesar 75 gr. Dalam ukuran rumah tangga (URT) 75 gr nasi setara dengan 9/16 gls, begitu juga dengan bahan pangan lain dalam menu yang tingkat konsumsi disesuaikan dengan ukuran bahan pangan dalam satu satuan penukar atau dalam ukuran rumah tangga (URT). Repository FMIPA 7

Tabel 2: Perencanaan diet diabetes nefropati hari Senin menggunakan program gol Bahan Diet 1100 kal Diet 1300 kal Diet 1500 kal pangan (gram) (gram) (gram) Pagi Nasi 75 75 75 Daging 15 15 15 Bayam 15 15 15 Minyak 37.5 37.5 37.5 Selingan Pisang 37.5 37.5 37.5 Gula 0 75 75 Siang Nasi 75 75 75 Ikan mas 30 30 30 Sawi 557.4396 155.4573 178.3611 Pepaya 142.5 285 285 Minyak 37.5 37.5 37.5 Selingan Pisang 37.5 75 75 Gula 0 75 75 Malam Nasi 454.5749 436.6552 493.8683 daging 139.0941 58.99946 64.4818 Bayam 15 15 15 Pepaya 142.5 142.5 142.5 Minyak 104.44308 63.96407 68.00222 Kandungan Gizi Energi (kkal) 1075 1275 1475 Protein (gram) 40.31 47.81 55.31 Lemak (gram).89 35.42 40.97 Karbohidrat (gram) 120.94 207.29 9.68 Sumber: Hasil komputasi LINGO 4. KESIMPULAN Hasil komputasi ini menunjukkan hasil yang cukup memuaskan karena kandungan energi yang diperoleh sesuai dengan standar diet diabetes nefropati yang ada, walaupun dalam beberapa bahan pangan hasilnya ada yang melebihi atau kurang dari ketentuan standar penuntun diet yang dianjurkan. Oleh karena itu, hasil komputasi ini dapat didiskusikan kembali dengan seorang ahli gizi. Pengembangan lebih lanjut perlu dipikirkan tentang perencanaan diet suatu penyakit dengan fungsi gol (tujuan) yang berbeda. Repository FMIPA 8

DAFTAR PUSTAKA [1] Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta [2] Beck, M. E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet. Penerbit Andi. Yogyakarta. [3] Ignizio, J. P. 1985. Introduction to Linear Goal Programming. Sage Publication, California. [4] Kresnawan, T & Ferina D. 2004. Penatalaksanaan Diet pada Nefropati Diabetik. Gizi Indon 2004. 27(2): 77-81. [5] Orumie, U.C. & D.W Ebong. 2013. An Efficient Method of Solving Lexicographic Linear Goal Programming Problem. International Journal of Scientific and Research Publication. 3(10): 1-8. [6] Siswanto. 2007. Operations Research. Erlangga. Jakarta. Repository FMIPA 9