KUALITAS BAKTERIOLOGI SUMBER AIR BERSIH MASYARAKAT PESISIR MINAHASA UTARA (Studi Kasus di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur) Tiara Eunike Kalalo*, Oksfriani Jufri Sumampouw*, Sri Seprianto Maddusa* *Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Air merupakan zat yang sangat diperlukan manusia untuk kehidupannya demi mencukupi keperluan rumah tangga yaitu untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan membersihkan rumah. Ditinjau dari prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat, kebutuhan masyarakat terhadap air bersih harus terpenuhi sebab rendahnya kualitas dan kuantitas air bersih dapat menimbulkan penyakit di masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas bakteriologis air bersih masyarakat pesisir di Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif. Sampel penelitian ini diambil dari 12 sumber air di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur. Parameter yang diamati yaitu Total Coliform. Pemeriksaan sampel di Laboratorium Balai Penunjang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Metode yang digunakan yaitu metode Most Probable Number (MPN). Hasil pemeriksaan laboratorium dibandingkan dengan Permenkes No. 416 Tahun 1990. Hasil pengukuran laboratorium menunjukan bahwa total koliform terendah adalah 0 MPN/100 ml air dan tertinggi adalah >2.400 MPN/100 ml air. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa sebagian besar sumber air bersih di daerah pesisir Kabupaten Minahasa Utara tidak memenuhi syarat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat harus melakukan tindakan sterilisasi seperti pemasakan air sebelum dikonsumsi. Kata Kunci: Daerah Pesisir, Sumber Air Bersih, Total Koliform, Most Probable Number ABSTRACT Water was an important substance for human life to gratified the household needs that were to drink, cook, bathe, and clean the house. Viewed from the principles of public health, the public needs of clean water must be gratified because the low quality and quantity of clean water could cause illness to human. The purpose of this research was to known the bacteriological quality of public clean water in coastal areas of North Sulawesi Regency. This research was exploration research. The samples of this research was 12 water sources in Marinsow Village of East Likupang. The parameters obeserved were Total Coliform used Most Probable Number (MPN) method. The samples would be examined in Laboratory at Health Service Support Center,North Sulawesi Departement of Health. The laboratory results would be compared with Permenkes Number 416 of 1990. The laboratory results based on Total Coliform showed that the lowest was 0 MPN/100 ml and the highest was >2.400 MPN/100 ml water. The result of this examination showed that most of the clean water sources in coastal areas of North Minahasa Regency was unqualified. This situation indicated that the public must boiled the water as an strerilization before consumption. Keywords: Coastal Areas, Clean Water Source, Total Coliform, Most Probable Number 1
PENDAHULUAN Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan baku mutu air dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan yaitu penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Menurut Slamet (2002) beberapa penyakit bawaan air antara lain kolera, tipus, hepatitis a, dan disentri. Mikroorganisme penyebab penyakit ini antara lain virus, bakteri, protozoa, dan metazoa. Air yang aman untuk digunakan menurut Peraturan Pemerintah R.I No. 82 tahun 2001 harus memenuhi persyaratan baku mutu air secara parameter fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioktivitas. Parameter fisika yaitu pengukuran tempratur air, kadar residu terlarut dan kadar residu tersuspensi dalam air. Parameter kimia yaitu pengukuran zat kimia anorganik dan organik dalam air. Parameter mikrobiologi yaitu pengukuran total koliform dan koliform tinja dalam air. Parameter radioaktivitas yaitu pengukuran gross-a dan gross-b dalam air (Mulia, 2005). Bakteri koliform merupakan indikator dalam pemeriksaan kualitas air berdasarkan parameter mikroorganisme. Keberadaan bakteri koliform dalam air menunjukan kemungkinan keberadaan mikroorganisme patogen penyakit lainnya seperti protozoa, virus, dan cacing. Keberadaan beberapa jenis dari bakteri koliform dalam air dapat diartikan bahwa air tercemar limbah tinja atau feces. Limbah tinja atau feces pada umumnya merupakan penyebab penyakit oleh organisme. Penyakit yang di sebabkan oleh organisme antara lain diare, muntaber, dan disentri (North California Departement of Health and Human Services Division of Public Health, 2009). Data dari Puskesmas Likupang juga menunjukkan bahwa, akses penduduk terhadap air minum berkualitas hanya 9.791 penduduk atau 48. 45% penduduk yang memiliki akses untuk Kecamatan Likupang Timur bulan Januari tahun 2017. Sumber air bersih masyarakat di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara adalah sumur bor umum dan sumur gali. Hasil observasi awal menunjukan bahwa, sumur gali dan sumur bor berdekatan dengan saluran pembuangan air limbah (SPAL), jamban, septik tank, kandang ternak dan banyak binatang (Babi, Anjing, dan Ayam) yang berkeliaran bebas di sekitar sumber air bersih. Hal tersebut merupakan indikator adanya kemungkinan pencemaran sumber air bersih di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengukur kualitas bakteriologis sumber air bersih masyarakat pesisir Kabupaten Minahasa Utara. 2
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksploratif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2017 di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara (Gambar 1). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 sampel yang terdiri dari 8 sumur gali, 2 sumur bor, dan 2 kran air umum yang berasal dari sumur bor. Lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 2. 3
Gambar 2. Lokasipengambilansampel Pemeriksaan dilakukan berdasarkan parameter Total Coliform di laboratorium Balai Penunjang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar baku mutu air bersih berdasarkan Permenkes No.416 Tahun 1990 tentang Syarat- Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. laboratorium dilakukan oleh peneliti dan petugas laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan berlangsung selama 1 minggu. Standar Total Coliform menurut Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu 50 MPN/100 ml air untuk air non-perpipaan dan 10 MPN/100 ml air untuk air perpipaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan sampel dilakukan pada hari Sabtu, 27 Mei 2017 pukul 11.00-12.45 WITA. Pengambilan sampel dilakukan oleh peneliti dan didampingi oleh petugas lapangan dari laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Sampel yang telah di ambil segera di bawa ke laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara untuk di periksa. Pemeriksaan Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Total Koliform No. Sampel Total Koliform (MPN/100 ml air) Ket Kadar Maksimal Hasil Pemeriksaan 1 50 1.100 TMS 2 10 0 MS 4
3 50 460 TMS 4 50 1.100 TMS 5 50 >2.400 TMS 6 50 1.100 TMS 7 10 0 MS 8 50 >2.400 TMS 9 50 >2.400 TMS 10 10 >2.400 TMS 11 50 >2.400 TMS 12 10 >2.400 TMS Hasil laboratorium menunjukan bahwa dari 12 sampel yang diperiksa terdapat 10 sampel yang tidak memenuhi syarat (TMS). Angka total koliform untuk 10 sampel air yang tidak memenuhi syarat (TMS) antara lain 8 sumur gali dengan total koliform 460 MPN/100 ml air sampai >2.400 MPN/100 ml air, 1 kran umum dengan total koliform >2.400 MPN/100 ml air dan 1 sumur bor dengan total koliform >2.400 MPN/100 ml air. Angka total koliform untuk sampel air yang memenuhi syarat (MS) yaitu 1 sumur bor umum dan 1 kran air umum dengan angka total koliform 0 MPN/100 ml air. Hasil pengukuran menunjukan hasil yang beragam. Sampel yang memenuhi syarat yaitu sampel 2 dan sampel 7. Sampel 2 adalah kran air sumber air minum masyarakat yang berasal dari sampel 7 sebagai sumbernya. Hal ini juga menjelaskan bahwa Sampel 7 memenuhi syarat parameter total koliform. Hasil ini disebakan karena kedalam sumur bor sekitar 100 m dan konstruksi sumur bor kedap air sehingga tidak memungkinkan ada rembesan air, dan jarak dengan sumber pencemar seperti jamban dan kandang ternak adalah >10 m. Sampel 2 memenuhi syarat parameter total koliform karena kondisi pipa distribusi masih baik walaupun melewati sumber pencemar, namun tidak terjadi cemaran dilihat dari hasil laboratorium. Sampel yang tidak memenuhi syarat terdiri dari sampel 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11 dan 12. Sampel ini bersumber dari sumur gali masyarakat. Angka total koliform di sumur gali yang tinggi dapat dipengaruhi oleh konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu tidak ada lantai sumur, dinding sumur yang kurang baik, dan sumur terbuka. Cemaran koliform pada sumur gali juga dipengaruhi oleh adanya sumber pencemar antara lain jamban dan kandang ternak, dan keberadaan binatang seperti Babi dan Anjing yang dibiarkan bebas berkeliaran di sekitar sumur. Cemaran total koliform pada sampel 12 yaitu sampel sumur bor dapat diakibatkan oleh jarak dengan sumber pencemar yaitu jamban dan kandang ternak <10 m. Penyebab lainnya yaitu pipa distribusi dari bak penampung ke kran air melewati jamban dan kandang 5
ternak, sehingga kondisi pipa yang tidak baik seperi adanya kebocoran pipa atau pipa yang retak memungkinkan pencemar masuk dalam aliran pipa. Perubahan angka total koliform sampel 7 sebagai sumber dan disalurkan ke sampel 10 sebagai kran air umum terjauh, diakibatkan oleh kemungkinan terjadinya cemaran bakteri karena kebocoran pipa atau pipa yang retak saat air mengalir dari sumur bor ke kran air. Pipa distribusi sumur bor ke kran air juga melewati MCK umum dan SPAL. Penelitian dari Sumampouw dan Risjani (2014), bakteri Coliform khususnya Escherichia coli merupakan salah satu bakteri indikator pencemaran tinja di lingkungan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas I Manado (2014) terhadap kualitas air bersih di Minahasa Utara menunjukkan bahwa 88% kualitas air tidak memenuhi syarat dan 12% memenuhi syarat. Faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain kondisi penutup pada sarana air bersih tidak bersih/tidak ada (58 % ), cara meletakkan timba/ember yang salah pada sarana air bersih (50%), kondisi dinding semen sedalam 3 meter dari permukaan tanah tidak sempurna (38%), jarak lantai yang mengitari sarana air bersih kurang dari 1 meter (38%), genangan air radius 2 meter dari sarana air bersih (33%), adanya genangan air/ sewaktu waktu di atas lantai sekeliling sarana air bersih(29 %), kondisi cincin / bibir sarana air bersih tidak sempurna (25%), keberadaan jamban pada jarak 10 meter dari sarana air bersih (23%), keberadaan pencemar lain pada jarak 10 meter dari sarana air bersih (17%), kondisi sarana pembuangan air limbah yang buruk pada sarana air bersih(17%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2016) tentang Kualitas Mikrobiologi Air Sumur Berdasarkan Total Koliform Di Kabupaten Trenggalek menunjukan bahwa kualitas air secara mikrobiologik air sumur didapatkan nilai yang melebihi standar PERMENKES RI/492/MENKES/ Per/IV tahun 2010. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologik air sumur di Kabupaten Trenggalek rata-rata kualitasnya tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan tidak layak konsumsi. Kontruksi dan jarak dari sumber pencemar pada sumber air sangat mempengaruhi banyak atau tidaknya total bakteri koliform yang ada pada air sumur. Penelitian dari Sumampouw et al (2015) menunjukkan bahwa factor lingkungan seperti adanya 6
bakteri Coliform pada sumber air minum merupakan salah satu faktor penyebab diare pada anak balita di daerah pesisir. KESIMPULAN Kualitas bakteriologis sumber air bersih masyarakat pesisir Kabupaten Minahasa Utara ditemukan sebanyak 83,3% sumber air bersih masyarakat tidak memenuhi syarat. Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan kepada masyarakat agar meningkatkan pengawasan dan pemeliharan terhadap sumber air bersih umum maupun pribadi agar tidak menimbulkan resiko penyakit dalam keluarga maupun masyarakat. Selain itu, air yang akan dikonsumsi harus dilakukan tindakan sterilisasi seperti pemasakan. DAFTAR PUSTAKA Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit. 2014. Laporan Minahasa Utara. Centers for Disease Control and Preventation. 2015. Diarrhea: Common Illness, Global Killer. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2013. Jakarta Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu. North California Departement of Health and Human Services Division of Public Health. 2009. Protect Yourself from Koliform Bacteria in Your Well Water Fact Sheet. Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416. 1990. Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. Rahmawati, dkk. 2016. Kualitas Mikrobiologi Air Sumur Berdasarkan Total Koliform Di Kabupaten Trenggalek. Sumampouw, O. J., & Risjani, Y. 2014. Bacteria as Indicators of Environmental Pollution. International Journal of Ecosystem, 4(6), 251-258. Sumampouw, O. J., Andarini, S., &Sriwahyuni, E. 2015. Environment Risk Factors of Diarrhea Incidence in the Manado City. Public Health Research, 5(5), 139-143. United Nations Internasional Children s Emergency Fund Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian, Air Bersih, Sanitasi dan Kebersihan. 7