BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kejadiannya sekitar 3-5% pada perempuan dan 1% pada laki-laki sampai usia 5

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme di dalam saluran kemih. angka prevalensi ISK sebesar 20% (Paul Bukitwetan, 2004).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang sering terjadi. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit umum yang

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden

BAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

BAB I PENDAHULUAN. mengalami dispepsia (Djojoningrat, 2009). 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari penderita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan perawatan yang lebih menekankan pada perawatan kulit, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11

BAB 1 PENDAHULUAN. kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

I. PENDAHULUAN. Air susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan, hal

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

Complication of Foley Catheter Is Infection the Greatest Risk. Oleh : dr. M. Gunthar A. Rangkuti

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB 6. PEMBAHASAN. Penelitian adalah penelitian case control yang melibatkan 52 penderita

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita merupakan masa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka mencapai tujuan Bangsa Indonesia. yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 perlu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR RISIKO INFEKSI SALURAN KEMIH DI BAGIAN RAWAT INAP RSU MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN Hermiyanty

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID :

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN KEMIH AKIBAT KATETER Diane K. Newman, Robyn Strauss

lingkungan sosial meliputi lama pendidikan, jenis pekerjaan dan kondisi tempat bekerja (Sudarsono, 2002).

PEMENTASAN WAYANG SEBAGAI MEDIA INFORMASI DALAM UPAYA PREVENTIF PENYEBARAN HEPATITIS B DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2004).Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lozano et al dengan

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. besar di Indonesia bersifat sporadic endemic dan timbul sepanjang tahun. Kasus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ISK merupakan infeksi yang serius dan penting pada anak. Angka kejadiannya sekitar 3-5% pada perempuan dan 1% pada laki-laki sampai usia 5 tahun dan mencapai puncaknya selama masa bayi dan periode toilet training. Penelitian oleh Naseri et al. (2007) menyebutkan kejadian ISK tertinggi pada usia 2 bulan sampai 24 bulan. Gejala ISK pada anak tidak khas. Demam ( 38 C) tanpa disertai gejala lain merupakan gejala ISK yang sering muncul pada anak usia 2 bulan hingga 2 tahun. Gejala lain yang bisa menyertai antara lain muntah, nyeri perut, buang air kecil sering, nyeri saat buang air kecil, failure to thrive, prolonged jaundice dan hematuria (AAP, 1999). Daerah periuretra merupakan area yang penuh dengan kolonisasi kuman anaerob maupun aerob dari traktus gastrointestinalis yang berfungsi sebagai pertahanan normal melawan mikroorganisme patogen. Faktor risiko utama terjadinya ISK adalah stasis urin yang dapat merusak keseimbangan tersebut (Fahimzad et al., 2010). Penggunaan popok sekali pakai (diaper) saat ini menjadi trend pada anak usia di bawah 3 tahun, hal ini karena diaper dinilai praktis dan mudah menggunakannya namun harganya relatif mahal dibandingkan dengan popok kain. Indonesia merupakan negara pengguna diaper terbesar ke empat setelah Cina, India dan Amerika Serikat (Richer, 2005). 1

Ada beberapa tipe diaper yaitu tipe standar dan daya serap tinggi. Diaper tipe standar menggunakan fiber cellulose saja sebagai penyerap air sedangkan diaper daya serap tinggi menggunakan SAP sebagai bahan penyerap air. Polimer daya serap tinggi berasal dari asam akrilik dan ikatan silang yang dipolimerisasi. Polimer ini mampu menyerap dan mempertahankan cairan dalam jumlah yang banyak dalam satu tempat (Buchholz and Peppas, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh Fahimzad et al. (2010) menyebutkan bahwa penggunaan diaper daya serap tinggi merupakan faktor risiko ISK pada anak perempuan. Penelitian ini membandingkan tipe diaper yang berbeda dengan angka kejadian ISK pada anak perempuan. Hasilnya menyebutkan bahwa anak yang menggunakan diaper daya serap tinggi lebih berisiko menderita ISK secara signifikan dibandingkan dengan tipe standar. Hal ini diduga karena pada penggunaan diaper daya serap tinggi ventilasi di daerah genital kurang dibanding tipe diaper lain dan ISK muncul melalui mekanisme ascenden akibat kolonisasi kuman virulen di daerah periuretra. Penelitian serupa oleh Nuutinen et al. (1996) menyebutkan hal sebaliknya yaitu perbedaan tipe diaper (daya serap tinggi, standar dan popok kain) serta perbedaan nursing habits bukanlah faktor risiko yang signifikan untuk menimbulkan ISK pada anak. Penelitian ini menggunakan design kasus kontrol; anak yang dirawat dengan ISK pertama kali dianggap sebagai kasus dan anak yang dirawat karena alasan lain, terutama infeksi saluran nafas akut dan pembedahan elektif dianggap sebagai kontrol. Nilai ORnya adalah 0,95 (95%CI 2

0,62-1,46) untuk diaper daya serap tinggi, 1,04 (95%CI 0,69-1,57) untuk diaper tipe standar dan 1,00 (95%CI 0,46-2,16) untuk popok kain. Pada kesempatan kali ini, peneliti ingin meneliti lebih lanjut hubungan antara penggunaan diaper daya serap tinggi dengan angka kejadian ISK pada anak karena penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Peneliti lebih khusus meneliti mengenai lama atau durasi penggunaan diaper tipe ini dengan kejadian ISK karena diaper daya serap tinggi merupakan tipe popok sekali pakai yang saat ini banyak digunakan di Indonesia, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat diaplikasikan secara luas pada masyarakat Indonesia. B. Rumusan Masalah Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat kontroversi hasil penelitianpenelitian sebelumnya. Penelitian oleh Fahimzad et al. (2010) menyebutkan bahwa penggunaan diaper daya serap tinggi meningkatkan risiko ISK pada anak perempuan, namun penelitian lain oleh Nuutinen et al. (1996) menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan diaper daya serap tinggi, standar dan popok kain dengan angka kejadian ISK. Pada kesempatan ini, penulis ingin meneliti lebih lanjut hubungan antara lama penggunaan diaper daya serap tinggi dengan angka kejadian ISK pada anak, sehingga dapat disimpulkan luaran yang diteliti dalam penelitian ini adalah: apakah anak yang menggunakan diaper daya serap tinggi > 4 jam sehari akan lebih berisiko terkena ISK dibanding anak yang menggunakan diaper 4 jam sehari? 3

C. Pertanyaan Penelitian Apakah anak yang menggunakan diaper daya serap tinggi > 4 jam memiliki risiko menderita ISK yang lebih tinggi dibanding anak yang menggunakan diaper 4 jam? D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara lama penggunaan diaper daya serap tinggi dengan angka kejadian ISK pada anak. E. Manfaat Penelitian Bagi kepentingan akademik dan ilmiah, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko ISK pada anak yang menggunakan diaper daya serap tinggi. Penelitian ini bermanfaat bagi tenaga medis untuk memberikan edukasi kepada orang tua mengenai penggunaan diaper daya serap tinggi kepada orang tua pasien. Bagi pemerintah dan produsen diaper, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk melihat tingkat keamanan penggunaan diaper daya serap tinggi dalam menimbulkan ISK sehingga bermanfaat dalam pembuatan kebijakan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat. Bagi kepentingan penelitian, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. F. Keaslian Penelitian Adapun beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai infeksi saluran kemih dan diaper adalah sebagai berikut: 4

Tabel 1. Penelitian-penelitian mengenai ISK dan diaper Nama pengarang No dan penerbit 1 Fahimzad et al. (2010) 2 Sugimura et al. (2009) 3 Nuutinen et al. (1996) Judul jurnal Diaper type as a risk factor in infection in children Association between the frequency of disposable diaper changing and infection in infants Type of nappy and nursing habits in acquiring acute infection Hasil Anak perempuan di bawah 2 tahun yang menggunakan diaper daya serap tinggi lebih sering menderita ISK dibandingkan yang memakai popok biasa (OR 3,29) Anak yang penggantian popok sekali pakai 4x sehari lebih sering terkena ISK dibanding anak yang penggantian popok sekali pakai 7x dalam sehari (P<0,0001) Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara penggunaan tipe diaper (daya serap tinggi, standar dan popok kain) dan nursing habits yang berbeda terhadap angka kejadian ISK pada anak (OR 0,95;95%CI 0,62-1,46 untuk diaper daya serap tinggi, OR 1,04;95%CI 0,62-1,46 untuk diaper standar dan OR 1,00; 95%CI 0,46-2,16 untuk popok kain) Perbedaan penelitian ini dibanding ketiga penelitian sebelumnya adalah peneliti menggunakan design penelitian yang berbeda dan meneliti lebih lanjut mengenai lama penggunaan diaper daya serap tinggi terhadap angka kejadian ISK. Peneliti memilih penggunaan diaper tipe daya serap tinggi karena saat ini diaper tipe ini yang mayoritas digunakan oleh masyarakat Indonesia dan hasil penelitian sebelumnya masih tidak konsisten dalam menimbulkan ISK. 5