BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Periode anak adalah masa yang sangat penting dalam hal tumbuh dan kembang. Kesehatan anak merupakan syarat penting bagi kelangsungan tumbuh kembang yang optimal. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014), upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak adalah hal penting guna mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas. Menurut definisi anak, upaya ini dilakukan sesuai periodenya, yaitu sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. Usia ini sangat rentan terhadap infeksi, terkait dengan proses kematuran sistem imun anak yang belum dapat bekerja secara sempurna saat lahir. Periode yang paling rentan adalah 3-4 bulan pertama kehidupan, karena kadar imunoglobulin total yang sangat rendah, sedangan tingkat imunitas humoral mulai terbentuk dengan baik pada usia 6-9 tahun (Meadow dan Newell, 2005). Penyakit infeksi pada anak menyebabkan angka morbititas dan mortalitas yang cukup tinggi di indonesia. Salah satunya adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada anak yang merupakan penyebab morbiditas kedua setelah Infeksi Saluran Napas (Rusdidjas dan Ramayati, 2010). Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan bakteri di sepanjang saluran kemih dalam jumlah yang bermakna. Jumlah tersebut didapatkan dari kultur urin dan dianggap bermakna jika jumlah kuman mencapai 10 5 cfu (colony forming unit) atau lebih dalam setiap mililiter urin segar % kuman penyebab infeksi saluran kemih ini adalah Escherichia coli (E. Coli). Kuman lain penyebab infeksi ini adalah Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter aerogenes, dan Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus. Prevalensi ISK pada neonatus berkisar antara 0,1% sampai 0,4%, dan pada bayi meningkat menjadi 5,3%. 1

2 2 Risiko ISK pada anak perempuan sebelum pubertas mencapai 3-5%, sedangkan pada anak laki-laki berkisar 1-2% dan prevalensi untuk anak-anak dibawah usia 2 tahun berkisar 3-5% (UKK Nefrologi IDAI, 2011). Pada neonatus, laki-laki lebih sering terkena ISK daripada perempuan, tetapi setelah masa neonatus berakhir, perempuan lebih sering terkena ISK (kemungkinan 25 kali lipat). Sebanyak 5% anak perempuan usia 2 tahun mengalami ISK (Newell dan Meadow, 2005). Sebuah penelitian meta-analysis dari 14 studi, prevalensi dari ISK adalah 7% di antara anak-anak demam usia 0-24 bulan, dari kedua jenis kelamin, dengan atau tanpa gejala tambahan ISK. Pada kelompok usia 6-12 bulan, prevalensinya adalah 5,4% dan pada kelompok usia bulan, prevalensi adalah 4,5% (Finnell, 2011). Manifestasi klinis bervariasi bergantung usia, jenis kelamin dan ras. Sekitar 7% dari anak-anak yang berusia 2 hingga 24 bulan mengalami demam tanpa penyebab yang jelas dan 8% dari anak-anak usia 2 hingga 19 tahun yang mengalami gejala positif ISK berupa disuria, frekuensi kencing, hematuria, nyeri perut, dan nyeri punggung (Robinson et al., 2014). Pada kelompok anak usia sekolah, insidensi bakteriuria pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding laki-laki (masing-masing 1,2% dan 0,04%). Sebanyak 5-6% dari semua perempuan akan mengalami episode bakteriuria bermakna sekurang-kurangnya satu kali episode pada usia 6-18 tahun (Rudolph A et al., 2006). Pada anak-anak dan remaja dengan ISK pertama kali, risiko jaringan parut pada ginjal meningkat dua kali lipat pada mereka dengan temuan ultrasonografi ginjal normal, demam 39 C atau keduanya. Studi ini merupakan sebuah metaanalisis dari 9 studi cohort, dan termasuk pasien berusia 18 tahun atau lebih muda. Setidaknya 3% dari anak perempuan dan 1% dari anak laki-laki mengalami gejala ISK pada usia 11 tahun.

3 3 Data lainnya, menyatakan bahwa 8% dari perempuan memiliki gejala ISK selama masa kanak-kanak dan kejadian ISK pertama kali pada anak laki-laki yang lebih dari 2 tahun kurang dari 0,5%. Pada anak perempuan remaja yang aktif secara seksual, kejadian ISK mendekati 10% (Shaikh et al, 2008). Infeksi saluran kemih pada anak perlu mendapat perhatian karena jika tidak ditangani dengan baik maka akan menyebabkan komplikasi berupa gagal ginjal terminal (UKK Nefrologi IDAI, 2011). Dengan mengetahui faktor risiko ISK anak, dapat dijadikan sebagai suatu upaya untuk mencegah penyakit dan kemungkinan komplikasi. Selain infeksi bakteri, ada beberapa faktor risiko yang ikut berperan dalam terjadinya ISK. Selain usia dan jenis kelamin yang mempengaruhi terjadinya ISK pada anak, status sirkumsisi anak juga merupakan faktor risiko yang sering dikaitkan. Banyak penelitian yang menemukan korelasi yang signifikan terhadap keduanya. Pada anak laki-laki yang tidak di sirkumsisi prevalensi ISK berkisar 20,7 %, sedangkan pada anak yang di sirkumsisi menurun hingga 7,3% dan anak perempuan usia <3 bulan berkisar 7,5 %, 5,7% pada usia 3-6 bulan, 8,3% pada usia 6-12 bulan. Prevalensi tahun 2008 secara keseluruhan, sekitar 7,3% anak-anak usia 2-24 bulan mengalami ISK asimtomatis dan 8% dari anak 2-19 tahun dengan demam dan gejala isk lainnya (Robinson et al, 2014). Dari data yang didapatkan tersebut, maka perlu untuk dilakukan penelitian yang akan melihat lebih lanjut mengenai faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian infeksi saluran kemih pada anak khususnya usia 0-18 tahun di RS PKU Muhammadiyah Bantul, Yogyakarta. 1.1 Perumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa yang menjadi faktor risiko Infeksi Saluran Kemih pada anak usia 0-18 tahun di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tahun ?

4 4 1.2 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi angka kejadian Infeksi Saluran Kemih berdasarkan usia dan jenis kelamin. 2. Mengetahui faktor apa yang paling berpengaruh terhadap kejadian Infeksi Saluran Kemih pada anak usia 0-18 tahun di RS PKU Muhammadiyah Bantul tahun Manfaat penelitian 1. Dapat menambah pengalaman serta wawasan peneliti mengenai faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih pada anak. 2. Dapat menjadi perhatian masyarakat luas mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih pada anak. 3. Dapat memberikan pengetahuan baru kepada para dokter dalam menegakkan diagnosis dini dari ISK anak. 4. Dapat digunakan untuk kemajuan dunia pendidikan dan memicu penelitian baru tentang Infeksi Saluran Kemih anak.

5 5 1.4 Keaslian penelitian Penelitian mengenai faktor risiko Infeksi Saluran Kemih pada anak adalah asli karya peneliti dan belum pernah dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tahun Tabel 1. Keaslian Penelitian Tahun Peneliti Judul Linda Elianora Sinaga Faktor Klinis dan Demografi yang Berhubungan dengan Infeksi Saluran Kemih pada Anak Usia Muda dengan Demam Arya Purba Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Sleman Yogyakarta Alexander Sasha Dubrovsky MDCM MSc, Bethany J. Foster MD MSCE, Roman Jednak MDCM, Elise Mok PDt PhD, David McGillivray MD Visibility of the urethral meatus and risk of urinary tract infections in uncircumcised boys Desain Penelitian Jumlah sampel Hasil Case Control Case Control Cross-Sectional 171 sampel (P1=0,65;P2=0,25) Bayi < 6 bulan, demam > 2 hari dan jenis kelamin perempuan memiliki risiko ISK yang lebih tinggi pada anak usia < 2 tahun dengan demam tanpa penyebab yang jelas 91 sampel minimal 440 sampel Risiko ISK meningkat 8 kali pada anak laki-laki yang tidak disirkumsisi, anak dengan higiene yang kurang lebih berisiko 4 kali dibanding dengan higiene baik, dan sanitasi lingkungan memiliki risiko 2 kali lipat. Pertumbuhan bakteri pada kultur sampel urin dari anak yang tidak disirkumsisi 30%, dan dari anak yang disirkumsisi 23,8% (P=0,4). tidak ada variasi dalam visibilitas meatus uretra antara anak laki-laki yang disunat.