BAB I PENDAHULUAN. terhadap beberapa segi kehidupan di Indonesia baik di bidang. sosial,ekonomi,budaya,dan lain-lain.khususnya di bidang

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS MEDAN AREA BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis keluar dari pasar. Apabila pelaku bisnis sudah tidak mampu lagi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dapat dijatuhi

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang yang. mewajibkan seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. meminjam maupun utang piutang. Salah satu kewajiban dari debitur adalah

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan ekonomi tersebut. Modal yang dimiliki oleh para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan sekarang tidak terlepas dari suatu krisis moneter yang melanda hampir

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. tumbangnya perusahaan-perusahaan skala kecil, menengah, besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan. meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional.

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. hukumnya. Oleh karena itu, sewajarnya kita berbenah diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 negara negara Asia dilanda krisis moneter yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban debitor untuk membayar kembali utang sesuai jangka waktu yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 37 tahun 2004,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melakukan tindakan-tindakan keperdataan, dalam arti lain, debitor

I. PENDAHULUAN. membutuhkan modal karena keberadaan modal sangat penting sebagai suatu sarana

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA MENURUT UNDANG-UNDANG No. 37 TAHUN 2004 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam utang-piutang, kreditor bersedia menyerahkan sejumlah uang

BAB I PENDAHULUAN. utang-utangnya pada umumnya dapat dilakukan dengan cara dua hal, yaitu:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

BAB I PENDAHULUAN. dapat diharapkan terwujud sesuai dengan perencanaannya. 1 Kebutuhan dana,

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

PELAKSANAAN TUGAS KURATOR DALAM MENGURUS HARTA PAILIT BERDASARKAN PASAL 72 UNDANG UNDANG NO

BAB I PENDAHULUAN. kepada kreditor (si berpiutang)). Berdasarkan Hukum Positif Indonesia,

BAB V KESIMPULAN, KETERBATAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan Hasil Penelitian dan Pembahasan yang telah penulis

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Pada awal

Indikator Insolvensi Sebagai Syarat Kepailitan Menurut Hukum Kepailitan Indonesia. Oleh : Lili Naili Hidayah 1. Abstrak

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan

ANALISIS YURIDIS HAMBATAN PELAKSANAAN PUTUSAN KEPAILITAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 NOVALDI / D

TANGGUNG JAWAB PENANGUNG TERHADAP DEBITOR YANG DINYATAKAN PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang menyokong pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kendatipun

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

BAB I PENDAHULUAN. krisis pada tahun Krisis moneter yang terjadi di Indonesia yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. dengan pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Adapun PKPU ini berkaitan dengan

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. dirinya mampu untuk ikut serta berkompetisi dalam pasar global,

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan oleh perbankan syari ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penundaan kewajiban pembayaran utang

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

BAB I PENDAHULUAN. Secara historis, istilah hukum perusahaan berasal dari hukum dagang dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan melakukan barter, yaitu menukarkan barang yang. usaha dibagi menjadi 4 bentuk, yaitu : Perusahaan Perorangan (sole

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan perekonomian dan perdagangan yang pesat di dunia serta

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : RIANITA REHULINA TARIGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP KREDITOR PREFEREN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIJAMINKAN DENGAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang melanda dunia usaha dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan sejumlah uang misalnya, dapat meminjam dari orang

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR. 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit

BAB I PENDAHULUAN. restrukturisasi dengan musyawarah dan mufakat, atau

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan usahanya, bahkan untuk mempertahankan. kelangsungan kegiatan usaha tidak mudah. Kesulitan tersebut sangat

BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU. Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya era globalisasi di dunia,sangat membawa dampak terhadap beberapa segi kehidupan di Indonesia baik di bidang sosial,ekonomi,budaya,dan lain-lain.khususnya di bidang ekonomi,berkembangnya era globalisasi semakin mendongkrak daya pikir manusia untuk melakukan suatu usaha ataupun pengembangan di bidang usaha.berbagai cara ditempuh oleh pelaku usaha untuk melakukan pengembangan usahanya agar usahanya tidak tertinggal dengan pelaku usaha yang lain.hal itu dilakukan dengan melakukan besar-besaran,membuka jalur-jalur investasi baik untuk investor dalam negeri maupun investor luar negeri,membuka berbagai cabang perusahaan dan yang paling sering dilakukan adalah melakukan suatu pengembangan usaha tidak membutuhkan biaya yang ringan. Utang bagi pelaku usaha bukan suatu proses yang menunjukan bahwa perusahaan mempunyai neraca keuangan yang buruk,utang dalam dunia usaha merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan suntikan modal agar dapat melakukan pengembangan usaha.namun konsep tersebut berlaku apabila di masa jatuh tempo penagihan,perusahaan tersebut mampu mengembalikan utang tersebut. 9

Permasalahan adalah ketikaperusahaan sebagai debitor atau pihak yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di Pengadilan,tidak mampu mengembalikan utang dari kreditor atau pihak yang mempunyai piutang utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di Pengadilan.Oleh karena itu,dalam menjamin keadilan untuk masing-masing pihak,pemerintah mengeluarkan peraturan tentang kepailitan. Pengaturan kepailitan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda,yaitu S.1905-217 juncto S.1906-348.Untuk menjamin kepastian hukum yang lebih pasti maka tanggal 22 april 1998 dikeluarkan Perpu Nomor 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998.Undang- Undang No 1 Tahun 1998 tersebut diperbaiki dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang.kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang.undang-undang ini semakin menjawab berbagi permasalahan kredit macet yang ada di Indonesia pada waktu itu. 1 Pasal 2 Undang-Undang Kepailitan mengecualikan beberapa harta kekayaan debitor dari harta pailit. Selain itu,dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga menerangkan tentang jaminan pembayaran harta seorang debitor kepada kreditor.dalam Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa segala kebendaan si hlm.3 1 Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, (Malang: UPT Penerbitan Muhamadiyah, 2008), 10

berutang,baik yang bergerak maupun tak bergerak,baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari,menjadi tanggungan perikatan perseorangan.hal ini sangat memperjelas tentang objek dari harta pailit. Dalam perkembangannya, banyak debitor yang berusaha menghindari berlakunya Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut dengan melakukan berbagai perbuatan hukum untuk memindahkan berbagai asetnya sebelum dijatuhkannya putusan pailit oleh Pengadilan Niaga,misalnya menjual barang-barangnya sehingga barang tersebut tidak lagi dapat dijaminkan oleh kreditur.hal ini sangat merugikan kreditur karena semakin bekurangnya harta yang dipailitkan maka pelunasan utang kepada kreditor menjadi tidak maksimal.undang-undang telah melakukan berbagai cara untuk melindungi kreditor dengan pasal 1341 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Pasal 41-49 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepalitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 2 Revisi atas undang-undang kepailitan yang hendak dilakukan oleh Pemerintah sebenarnya timbul sebagai akibat dari adanya tekanan dari dana moneter internasional/internasional monetery fund yang mendesak agar Indonesia segera menyempurnakan sarana hukum yang mengatur permasalahan pemenuhan kewajiban oleh debitor kepada kreditor.akhirnya dana moneter internasional ini berpendapat untuk mengatasi krisis dan menyelesaikan utang-piutang di Indonesia dilakukan dengan cara memberikan bantuan dana,adanya keharusan penyelesaian utang-utang luar negeri di kalangan dunia usaha dan upaya penyelesaian kredit macet perbankan Indonesia dengan mensyaratkan agar pemerintah Indonesia 2 Sunarmi, Hukum Kepailitan, Edisi 2 (Jakarta:PT Sofmedia,2010) hlm.19 11

segera mengganti atau mengubah peraturan tentang kepailitan yang berlaku di Indonesia,karena peraturan-peraturan tentangkepailitan yang ada di anggap tidakefektif lagi sebagai sarana penyelesaian utang-piutang pengusaha Indonesia kepada kreditornya. Akibat krisis moneter tahun 1997 perekonomian dalam negeri tidak stabil sehingga menyulitkan para pengusaha untuk melakukan pengembangan dan pada saat itu pengusaha cenderung rugi sehingga dalam menyelesaikan utang piutangnya para pengusaha menempuh berbagai alternatif penyelesaian.mereka dapat pula menjadikan pinjaman tersebut menjadi pernyataan saham.para kreditor dapat mengugat berdasarkan perundang-undangan hukum perdata yaitu mengenai wanprestasi atau ingkar janji bila debitor mempunyai keuangan atau harta yang cukup untuk membayar utang-utangnya. Selain kemungkinan di atas, bila debitor tidak mempunyai keuangan,harta atau aset yang cukup sebagai jalan terakhir,barulah para kreditor menempuh pemecahan melalui peraturan kepailitan yaitu melalui Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Nomor 37 tahun 2004 atau yang sering disebut dengan UUK PKPU dengan cara mengajukan permohonan pailit kepada Pengadilan Niaga di daerah wilayah hukumnya. 3 Pada umumnya perusahaan yang akan pailit dikenal dua macam biaya yang akan terjadi pada perusahaan tersebut,yaitu direct costdan indirect cost. Direct cost merupakan biaya langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut untuk membayar pengacara,akuntan dan tenaga profesional lain untuk merestrukrisasi keuangannya yang kemudian akan dilaporkan kepada kreditor.selain itu,bunga yang dibayar perusahaan untuk pinjaman selanjutnya yang biasanya jauh lebih mahal juga merupakan direct cost dari kepailitan,sedangkan indirect cost merupakan potensial yang dihadapi perusahaan 3 Sutan Remy Sjahdeni, Hukum Kepailitan Memahami Failissements Veroerdening, (Jakarta Pustaka Utama Grafiti,2002), hlm. 8 12

yang sedang mengalami kesulitan keuangan tersebut,seperti kehilangan pelanggan dan suplier. 4 Lahirnya UUK PKPU ini telah menimbulkan resonasi yang kuat dalam dunia bisnis di Indonesia, kepailitan yang sebelumnya merupakan suatu proses yang cenderungtertutup,tidak menjadi fokus publik,serta tidak menarik untuk di konsumsi media menjadi proses yang gemerlap. 5 Dalam perkembangannya sekarang ini mengatasi kepailitan sebuah perusahaan memberikan suatu garansi atau jaminan kepada pihak kreditor dalam pelunasan utangnya.jaminan ini dapat berupa jaminan kebendaan dan jaminan perseorangan yang memberikan garansi atau yang disebut dengan guarantee kepada perusahaan yang akan pailit sebagai penanggung jaminan utangnya. Berkaitan dengan pemberian guarantee yang biasanya diminta oleh perbankan dalampemberian kredit bank,dengan undang-undang ini seorang penjamin atau penanggung yang memberikan personal guarantee atau corporate guaranteeselama ini sering tidak disadari oleh personal guarantee dimana mempunyai konsekuensi hukum yang jauh apabila personalguarantee tidak melaksanakan kewajibannya.konsekuensi adalah saat dinyatakan pailit. 6 Pada dasarnya penjaminan pribadi merupakan bagian dari skema perjanjian penanggungan yang diatur pada KUH Perdata Bab XVII.Inti dari perjanjian penangungan adalah adanya pihak ketiga yang setuju untuk kepentingan debitor mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitor, apabila ada waktunya debitor sendiri tidak berhasil memenuhi kewajibannya. Berbeda dengan skema jaminan lainnya,yaitu jaminan kebendaan yang memberikan hak penuh kepada kreditor atas suatu hak kebendaan spesifik apabila terjadi kegagalan pemenuhan prestasi,misalnya gadai dan fidusia.perjanjian 4 Sunami, Op.Cit, hlm.25 5 Aria Suyudi, Eryanto Nugroho,dan Hemi Sri Nurbayanti,Kepailitan Di Negeri Pailit,Cetakan II (Jakarta; Penerbit Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia,2004), hlm.21 6 Sutan Reny Sjahdeni, Op.Cit, hlm.84 13

penangguhan hanya memberikan kreditor hak umum untuk menagih kepada pihak-pihak yang telah mengikatkan diri sebagai penanggung dalam hal kegagalan pembayaran, sehingga kedudukan kreditor yang dijamin oleh penanggung masih berada di bawah kreditor yang dijamin oleh hak jaminan kebendaan. Perjanjian penanggungan sendiri dibagi menjadi dua bagian,yaitu penangguhan yang dilakukan oleh pribadi dan penangguhan yang dilakukan oleh badan hukum(personalguarantee dan coorporate guarantee).pada dasarnya keduanya memiliki prinsip yang sama karena baik hak maupun kewajiban yang dimiliki penanggung pada kedua jenispenanggung tersebut identik,hanya saja subjek pelakunya berbeda.pengajuan permohonan pailit terhadap penanggung merupakan hal yang lumrah khususnya apabila penanggung adalah penanggung perusahaan.pengadilan Niaga pernah menerima dan memutus pailit berbagai permohonan pailit yang diajukan terhadap penjamin pribadi.dalam kenyataanya hanya sedikit sekali permohonan pailit yang diajukan dalam penjamin pribadi,begitu juga kasus dipailitkannya penjamin pribadi oleh Majelis Hakim Niaga.Tidak ada penjelasan mengenai hal itu,tapi secara umum ada kecenderungan bahwa kreditor tidak berurusan dengan debitor pribadi untuk alasan praktis. Sistem yang dipergunakan dalam perubahan undang-undang kepailitan adalah tidak melakukan perubahan secara total, tetapi hanya mengubah pasalpasal tertentu yang perlu diubah dan menambah berbagai ketentuan baru ke dalam undang-undang yang sudah ada. 14

Dari sejarah hukum, undang-undang kepailitan pada mulanya bertujuan untuk melindungi para kreditor dengan memberikan jalan yang jelas dan pasti untuk menyelesaikan utang yang tidak dapat dibayar. Dalam perkembangannya kemudian, undang-undang kepailitan juga bertujuan untuk melindungi debitor dengan memberikan cara untuk menyelesaikan utangnya tanpa membayar secara penuh,sehingga usahanya dapat bangkit kembali tanpa beban utang. 7 Sedangkan, tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para kreditor atas kekayaan debitor oleh kurator. Kepailitan yang dimaksudkan untuk menghindari terjadinya atau eksekusi terpisah oleh kreditor dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitor dapat dibagikan kepada semua kreditor sesuai dengan hak masingmasing. 8 Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka Pengadilan. Sedangkan, debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka Pengadilan. Debitor wajib membayar utangnya kepada kreditor sebagaimana yang diperjanjikan. Apabila debitor ingkar janji, kreditor dapat mengajukan permohonan pailit sesuai dengan syarat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dengan segala akibat hukumnya. Sebaliknya debitor juga dapat mengajukan permohonan penundaankewajiban pembayaran utang kepada Pengadilan Niaga agar debitor diberi waktu untuk membayar utang-utangnya. Peranan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak terlepas dari ketentuan peraturan perundang-undangan lain di luar peraturan mengenai kepailitan.jika debitor adalah perusahaan berbentuk perseroan terbatas (pt),maka harus dilihat peraturan 7 Sunarmi,Op.Cit, hlm.29 8 Ibid, hlm.9. 15

yang mengatur tentang perseroan terbatas (pt). Sehingga yang menjadi sumber hukum kepailitan tidak hanya dari undang-undang kepailitan saja,akan tetapi harus diperhatikan pula peraturan lain yang masih berhubungan.dikarenakan pada dasarnya pengaturan masalah kepailitan di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari pada Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata),selain Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dalam hal ini, hukum harus dapat menjadi alat untuk menciptakan keadilan dan kepastian hukum bagi kreditor,yang pada akhirnya hukum dapat mendorong pemulihan ekonomi, dengan tujuan untuk menciptakan stabilitas,prektabilitas dan keadilan dalam hukum negara. Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan diatas,maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap penerapan hukum perdata yang akan dikemukakan dalam bentuk skripsi dengan judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Syarat Formil dan Syarat Materil Dari UU Nomor 37 Tahun 2004 Terhadap Perkara Kepailitan (Studi Kasus Putusan Nomor : 09/Pdt.Sus-PKPU/2015/PN. Niaga-Medan) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka akan dilakukan identifikasi masalah-masalah yang akan diteliti : 1. Akibat hukum atas pernyataan pailitnya debitor 2. Fungsi/pengaruh syarat formil dan syarat materil terhadap kepailitan 16

3. Syarat formil dan syarat materil dari UU No 37 Tahun 2004 dikaitkan dalam penyelesaianperkarakepalitan 4. Perlindungan hukum terhadap kreditor dalam kepailitan 5. Unsur-unsur syarat formil dan syarat materil dari putusan terhadap perkara kepailitan 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah,terfokus,dan tidak menyimpang dari sasaran pokok peneliti. Oleh karena itu,penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yaitu : 1. Adanya akibat hukum atas pernyataan pailitnya debitor 2. Adanya syarat formil dan syarat materil dari UU 37 Tahun 2004 dikaitkan dalam penyelesaian perkara kepailitan 1.4 Perumusan Masalah 1. Apa akibat hukum atas pernyataan pailitnya debitor 2. Apa syarat formil dan syarat materil dari UU 37 Tahun 2004 yang dikaitkan dalam penyelesaian perkara kepailitan Perumusan Masalah langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi keracuan dalam pelaksanaan penelitian.berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian,masalah pokok penelitian tersebut dirumuskan sebagai berikut. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian. 17

Pada dasarnya tujuan utama pada penelitian ini adalah memberikan pemahaman yang bener tentang permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan, kemudian untuk merumuskan jawaban-jawaban atas permasalahanpermasalahan tersebut. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini tentang kepailitan adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui apaakibat hukum atas pernyataan pailit debitor 2. Mengetahui apa syarat formil dan syarat materil dari UU No 37 Tahun 2004 yang dikaikan dalam penyelesaian perkara kepailitan 1.5.2 Manfaat Peneltian. Penelitian ini secara umum bermanfaat bagi para praktisi hukum dan akademisi hukum,baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis : Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan kajian bagi para akademisi maupun sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lanjutan,dan memperkaya khasanah kepustakaan. Secara praktisi : 1. Penelitian ini berguna sebagai bahan masukkan bagi pemerintah, khususnya untuk lebih menegaskan indikasi dan standar kepentingan umum dalam peraturan perundang-undangan terhadap permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang yang diajukan oleh para kreditor sehingga akan lebih menjamin rasa keadilan dan kepastian hukum. 2. Penelitian ini dapat berguna bahan masukkan bagi masyarakat umum yang mencari keadilan yang hak-haknya telah dirugikan oleh perorangan atau persoon maupun badan hukum, sehingga masyarakat mendapatkan 18