METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

METODE TANYA JAWAB MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GQGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

Ira Budayani Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

Yusra Guru Matematika SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP

OLEH. : Nurdin Dunggio. Nim : : Pendidikan Ekonomi. : Meyko Panigoro, S.Pd, M.Pd ABSTRAK

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TEMA PERISTIWA DALAM KEHIDUPAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH PADA KELAS V BIARO BARU ARTIKEL

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Emilidar Zulkarnaini Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 29 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan

Volume 17, Nomor 2, Hal ISSN: Juli Desember 2015

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Syafrida Ali Kepala Sekolah dan Guru IPS SMP Negeri 29 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

J. Kebidanan Adila Bandar Lampung Volume...13 Edisi 2 Tahun 2015 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

DENGAN MATERI PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

Mufarizuddin,M.Pd. 1 ABSTRAK. Keyword : Hasil belajar Matematika, Strategi Mathematical Investigation

MENINGKATKAN HASIL DAN PROSES BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

PROSIDING ISBN :

PENERAPAN THE LEARNING CELL PADA POKOK BAHASAN PETA DAN BENTUK POLA POLA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (IPS) SISWA SMP

Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDA ACEH ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN TIPE MAKE A MATCH

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNEMENTS (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII B di MTs Muhammadiyah 1 Ponorogo

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH

MENINGKATKANN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI PECAHAN KELAS IV SD NEGERI 129/I SIMPANG RANTAU GEDANG

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

Luwis Subi Widyaningsih, S.Pd, MM* ABSTRAKSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri

Kata Kunci: model STAD, pembelajaran, IPA

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on the Draw dalam Perkuliahan Kalkulus Integral

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran matematika di kelas IIIa MI Daarul Aitam Palembang

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

Bintang Zaura 1 dan Sulastri 2. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 2 Guru SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

Ewisahrani Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB III METODEI PENELITIAN

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

Imam Hanafi, Muh. Hasbi, dan Akina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

: Pembelajaran Kooperatif tipe TAI, Keaktifan dan Hasil Belajar.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif, Make A Match, pretasi belajar.

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

PENGGUNAAN METODE INDEX CARD MATCH PADA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN MENGENAL SEJARAH UANG

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat perkembangan (Trianto,2013:1).

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Penerapan Strategi I-Care berbantuan E-Modul untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MENCARI PASANGAN (MAKE A MATCH) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN PASINAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian penerapan metode

PUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

Transkripsi:

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA WANDY Guru SMP Negeri 3 Tapung wandy6779@gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Tapung tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang berjumlah 26 orang kelas VIII-A SMP Negeri 3 Tapung tahun pelajaran 2014/2015. Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah dengan melaksanakan tes dan melakukan observasi aktivitas guru serta observasi aktivitas siswa pada setiap siklus. Analisis data dalam penelitian ini adalah secara statistik dan deskriptif. Hasil dari penerapan metode pembelajaran make a match yaitu sebelum PTK hanya 66.7% siswa yang mencapai KKM dengan rata-rata kelas 75, pada siklus meningkat menjadi 88.9% dengan rata-rata kelas 83.1 dan pada siklus II mencapai 97.2% siswa yang mencapai KKM dengan rata-rata kelas 88.1. Kata kunci : Make a Match, Hasil Belajar. PENDAHULUAN Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Perubahanperubahan itu menunjukkan suatu proses yang harus dilalui. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri (Sardiman, 2009). Menurut Djamarah dan Zain (2010) bahwa proses belajar mengajar adalah suatu proses yang sengaja diciptakan untuk kepentingan anak didik. Agar anak didik senang dan bergairah belajar, guru berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada. Di dalam kegiatan belajar mengajar guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 1, Maret 2017 109

membosankan tetapi menarik perhatian anak didik. Pada intinya belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sikap mental, serta nilai-nilai (Sardiman, 2009). Dalam proses pembelajaran, guru sebagai fasilitator atau motivator memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Guru harus bisa menciptakan kondisi yang dinamis dan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, untuk itu guru harus memilih salah satu model-model pembelajaran yang bisa meningkatkan semangat siswa untuk belajar agar siswa tidak merasa bosan berada didalam kelas. Dalam kelas metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar (Sudjana,2012). Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas VIII-A SMP Negeri 3 Tapung bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia siswa masih tergolong rendah. Hanya 66.7% siswa yang tuntas atau 24 orang siswa dari 36 orang siswa. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan selama ini di kelas cenderung monoton sehingga siswa Menurut Sanjaya (200 9) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda ( heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial LANDASAN TEORI menjadi cepat cepat bosan di dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan penerapan metode make a match. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini menempatkan siswa pada posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dimana semua siswa dalam setiap kelompok diharuskan untuk berusaha memahami dan menguasai materi yang sedang diajarkan dan selalu aktif ketika kerja kelompok sehingga saat di tunjuk untuk mempresentasikan jawabannya, mereka dapat menyumbangkan skor bagi kelompoknya. Metode pembelajaran ini dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif sehingga akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan metode pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Tapung tahun pelajaran 2014/2015. (Trianto, 2011). Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan konstribusi (Slavin, 2010). Model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) yang diperkenalkan oleh Curran yang menyatakan make a match adalah kegiatan siswa untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya, siswa yang 110 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 1, Maret 2017

dapat mencocokkan kartunya akan diberi point dan yang tidak berhasil mencocokkan kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan ruangan kelas juga perlu ditata sedemikian rupa, sehingga menunjang pembelajaran kooperatif. Keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Make a match adalah suatu model pembelajaran dengan cara siswa mendapat sepotong kartu yang berisi soal dan siswa tersebut mencari kartu lain yang berisi jawaban yang sesuai dengan soal yang diperolehnya (Yatim,2009). Penerapan metode make a match dimulai dari siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditentukan Penelitian ini telah dilakukan di kelas VIII-A SMP Negeri 3 Tapung Tahun Pelajaran 2014/2015 pada bulan Oktober-November 2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Tapung tahun pelajaran 2014/2015, yang berjumlah 36 orang yang terdiri dari 27 orang siswa perempuan dan 9 orang siswa laki-laki yang mempunyai kemampuan heterogen. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini digunakan penerapan metode pembelajaran make a match. Berikut diuraikan prosedur METODE PENELITIAN oleh guru, siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktunya akan diberi poin (Yamin, 2012). Menurut Suprijono (2009) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melinkan komperehensif. Slameto (2010) menya takan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus pada penelitian ini: 1. Tahap Perencanaan a) Pengembangan silabus b) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) c) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa d) Menyiapkan evaluasi siswa. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini hal-hal yang akan dilakukan antara lain adalah sebagai berikut : Kegiatan Awal Menyapa / memberi salam, kemudian mengabsen kehadiran siswa serta memberi motovasi dan apersepsi kepada siswa Kegiatan Inti Guru meminta siswa duduk dalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 6 orang siswa yang heterogen. Guru menyampaikan materi awal secara Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 1, Maret 2017 111

garis besar. Meminta siswa untuk membaca materi yang telah di bagikan. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Guru menyuruh setiap siswa mengambil sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. Guru menyuruh setiap siswa untuk memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Guru menyuruh setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Guru menyuruh setiap siswa yang mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Guru memberikan siswa hukuman berdasarkan kesepakatan bersama bagi siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan mulai dari bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan November 2015. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIII-A SMP Negeri 3 tapung yang dilakukan dengan dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Oktober 2014 dan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 November 2014. Pelaksanaan pembelajaran make a match secara garis besar adalah sebagai berikut: pada kegiatan awal atau pendahuluan guru mengucapkan salam dan melaksanakan berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masingmasing. Selanjutnya guru memotivasi dan melakukan apersepsi. Setelah itu guru memperkenalkan metode pembelajaran make a match. Selanjutnya menulis topik pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban). Setelah satu babak, guru mengkocok kartu agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Kegiatan Akhir Guru memberikan kuis untuk mengetahui pemahaman siswa. Guru mengumpulkan semua lembar jawaban dan soal yang baru saja diberikan. Diakhiri dengan salam penutup 3. Tahap Observasi Hal-hal yang diamati adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa. 4. Tahap Refleksi. Tahap refleksi meliputi proses analisis hasil pembelajaran dan penyusunan rencana perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. Pada kegiatan inti guru meminta siswa duduk dalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 6 orang siswa yang heterogen yang telah dibentuk sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan materi awal secara garis besar. Kemudian guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Selanjutnya guru membagikan kartukartu tersebut kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok akan mencari pasangan kartu dengan cepat dan tepat. Pada kegiatan akhir guru memberikan penghargaan kelompok kepada kelompok yang dengan cepat dan tepat menemukan pasangan kartu yang cocok. Selanjutnya membuat kesimpulan. Kemudian guru memberikan evaluasi berupa soal test individu dalam waktu yang di tentukan 112 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 1, Maret 2017

guru. Setelah selesai melaksanakan kuis guru mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuaan berikutnya. Hasil belajar siswa sebelum PTK dapat diketahui dari daya serap dan Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Sebelum PTK ketuntasan belajar siswa yang terdiri dari ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal dapat dilihat pada Tabel 1. No Interval nilai Jumlah 1 94 100 Sangat Baik - 2 87 93 Baik 2 3 80 86 Cukup 22 4 73 79 Kurang - 5 72 Sangat Kurang 12 Jumlah 36 Rata-Rata Kelas 75 Ketuntasan Individu Kurang 24 orang Ketuntasan Klasikal 66.7% Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan interval 94-100 siswa. Interval nilai 87-93 sebanyak 2 orang siswa. Interval nilai 80-86 sebanyak 22 orang siswa. Interval nilai 72 sebanyak 12 orang. Pada sebelum PTK rata-rata kelas yang diperoleh Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Siklus I Tidak Tuntas adalah 75 dengan kategori kurang. Ketuntasan individu sebanyak 24 orang siswa dari 36 siswa. Ketuntasan klasikal sebesar 66.7% dengan kategori tidak tuntas. Dikatakan tuntas karena tidak mencapai > 85% siswa yang mencapai KKM. No Interval nilai Jumlah 1 94 100 Sangat Baik 4 2 87 93 Baik 7 3 80 86 Cukup 21 4 73 79 Kurang - 5 72 Sangat Kurang 4 Jumlah 36 Rata-Rata Kelas 83.1 Ketuntasan Individu Cukup 32 orang Ketuntasan Klasikal 88.9% Tuntas Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 1, Maret 2017 113

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai dengan interval 94-100 sebanyak 4 orang siswa. Interval nilai 87-93 sebanyak 7 orang siswa. Interval nilai 80-86 sebanyak 21 orang siswa. Interval nilai 72 sebanyak 4 orang. Pada siklus I rata-rata kelas yang diperoleh adalah 83.1 dengan kategori cukup. Ketuntasan individu sebanyak 32 orang siswa dari 39 siswa. Ketuntasan klasikal sebesar 88.9% dengan kategori tuntas. Dikatakan tuntas karena telah mencapai > 85% siswa yang mencapai KKM. Berdasarkan pengamatan selama melakukan tindakan di siklus I, terdapat beberapa permasalahan untuk dilakukan refleksi yaitu: 1) Masih terdapat siswa yang bermainmain dan kurang serius di dalam mencari pasangan kartu yang diberikan oleh guru. 2) Guru kurang maksimal di dalam membimbing setiap kelompok sehingga masih terdapat kelompok yang tidak dapat bimbingan dari guru, sehingga kelompok tersebut maish bingung di dalam mencari pasangan kartu. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka disunsunlah suatu upaya perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya yang dilaksanakan pada siklus I. Rencana yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki tindakan selanjutnya adalah: 1) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar dapat lebih serius di dalam mencari pasangan kartu yang diberikan kepadanya. 2) Guru akan lebih optimal dan lebih dapat mengatur waktu agar setiap kelompok mendapat bimbingan dari guru. Tindakan dilanjutkan pada siklus II karena pada siklus I masih terdapat beberapa masalah sehingga pembelajaran belum berlangsung secara efektif. Hasil belajar pada siklus II dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Siklus II No Interval nilai Jumlah 1 94 100 Sangat Baik 9 2 87 93 Baik 12 3 80 86 Cukup 14 4 73 79 Kurang - 5 72 Sangat Kurang 1 Jumlah 36 Rata-Rata Kelas 88.1 Ketuntasan Individu Baik 35 orang Ketuntasan Klasikal 97.2% Tuntas Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai dengan interval 94-100 sebanyak 9 orang siswa. Interval nilai 87-93 sebanyak 12 orang siswa. Interval nilai 80-86 sebanyak 14 orang siswa. Interval nilai 72 sebanyak 1 orang. Pada siklus II rata-rata kelas yang diperoleh adalah 88.1 dengan kategori baik. Ketuntasan individu 114 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 1, Maret 2017

sebanyak 35 orang siswa dari 36 siswa. Ketuntasan klasikal sebesar 97.2% dengan kategori tuntas. Dikatakan tuntas karena telah mencapai > 85% siswa yang mencapai KKM. Hasil refleksi pada siklus II, guru atau peneliti tidak mengalami banyak kesulitan dalam membimbing siswa karena siswa telah terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan penerapan metode make a match. Banyak siswa yang aktif dalam mencari pasangan kartu dengan cepat dan tepat Hasil belajar siswa mengalami peningkatan seperti yang diharapkan. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II ini adalah 88.1 dengan ketuntasan klasikal 97.2%. Berdasarkan hasil refleksi PTK siklus II di atas, peneliti tidak melanjutkan PTK pada siklus selanjutnya karena masalah-masalah yang timbul pada latar belakang masalah dan masalah yang timbul pada saat siklus I telah terselesaikan. Dengan demikian penerapan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VIII-A SMPN 3 Tapung. hasil belajar siswa sebelum PTK memperoleh rata-rata kelas hanya 75 dengan kategori kurang. Ketuntasan individu hanya 24 orang siswa dari 36 orang siswa. Ketuntasan klasikal sebesar 66.7%. Sebelum PTK hasil belajar siswa tidak ada siswa yang memperoleh kategori sangat baik. Hasil belajar siswa sebelum PTK yang rendah disebabkan karena sebagian besar A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I dan II, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan metode pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada KESIMPULAN DAN SARAN proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas didominasi oleh metode ceramah. Metode ceramah kadangkadang dapat menimbulkan kebosanan dan kejenuhan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Metode ceramah ini membuat proses pembelajaran menjadi monoton dan membosankan sehingga siswa menjadi jenuh di dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa kelas VIII-A memperoleh ratarata kelas 83.1 dengan kategori cukup. Ketuntasan individu sebanyak 32 orang siswa dari 36 orang siswa. Ketuntasan klasikalnya sebesar 88.9% dengan kategori tuntas. Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa kelas VIII-A memperoleh ratarata kelas 88.1 dengan kategori baik. Ketuntasan individu sebanyak 35 orang siswa dari 36 orang siswa. Ketuntasan klasikalnya sebesar 97.2% dengan kategori tuntas. Penerapan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar dapat dilihat dari pelaksanaannya. Pembelajaran make a match membuat siswa bekerja dalam tim dan semua siswa harus menguasai pelajaran tersebut, sehingga siswa dituntut untuk aktif. Apabila siswa menguasai pelajaran, maka hasil belajar juga akan meningkat. siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Tapung tahun pelajaran 2014/2015. 2. Hasil belajar siswa sebelum PTK yaitu rata-rata kelas 75 dengan kategori kurang. Pada siklus I ratarata kelas adalah 83.1 dengan kategori baik dan pada siklus II rata- Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 1, Maret 2017 115

rata kelas adalah 88.1 dengan kategori baik. 3. Ketuntasan individu sebelum PTK adalah 24 orang. Pada siklus I sebanyak 32 orang dan pada siklus II sebanyak 35 orang. 4. Ketuntasan klasikal sebelum PTK adalah 66.7% dengan kategori tidak tuntas. Pada siklus I sebesar 88.9% dengan kategori tuntas. Pada siklus II sebesar 97.2% dengan kategori tuntas. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyampaikan saransaran sebagai berikut : 1. Untuk para guru khususnya guru Bahasa Indonesia, penerapan metode make a match dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan media pembelajaran yang seperti media visual. Ucapan terima kasih kepada semua pihak SMP Negeri 3 Tapung Arikunto, S. Suhardjono dan Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful B. dan Azwan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Sardiman. 2009. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning. Bandung. Nusa Media. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA yang telah membantu dalam kesuksesan penelitian ini. Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: CV Wacana Prima. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif (Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Yamin, Martinis. 2012. Teknik Pengembangan Kemampuan Induvidual Siswa. Jakarta: Gaung Persada. Yatim, Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya. Kencana. 116 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 1, Maret 2017