Food Science and Culinary Education Journal

dokumen-dokumen yang mirip
Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

PENGARUH PENGGUNAAN GUMPALAN PROTEIN SUSU (CURD) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN GIZI STICK CURD

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

Food Science and Culinary Education Journal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

METODE. Waktu dan Tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

Food Science and Culinary Education Journal

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu :

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU DALAM PEMBUATAN NUGGET TERHADAP KADAR PROTEIN DAN DAYA TERIMA KONSUMEN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

Food Science and Culinary Education Journal

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SEREAL UNTUK PRODUK DODOL DAN BAKSO SEHAT. H. Jalil Genisa

PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

PENGARUH PROPORSI BANDENG (Chanos chanos)-menjes TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET BANDENG PROPOSAL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TAHU PADA PEMBUATAN NUGGET Nyi Mas Indang 1, Parlin Dwiyana 2

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

Food Science and Culinary Education Journal

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK KULIT PISANG

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

PENGARUH SUBSTITUSI JAMUR KUPING PUTIH DAN JENIS PATI TERHADAP KUALITAS BAKSO SAPI DENGAN ISIAN SAUS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

ANALISIS SIFAT FISIKO KIMIA NUGGET RAJUNGAN (PORTUNUSPELAGICUS) DENGAN BERBAGAI JENIS TEPUNG SEBAGAI BAHAN PENGISI

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SISKA SANITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

KUALITAS DAN DAYA TERIMA NAGASARI PADAT GIZI SEBAGAI MAKANAN ANAK BALITA

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BONGGOL. PISANG ( Musa paradisiaca ) TERHADAP DAYA SERAP AIR DAN DAYA TERIMA BROWNIES

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG

UJI ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING DADA ITIK AFKIR DENGAN JENISDAN DOSIS TEPUNG YANG BERBEDA. Nurina Rahmawati dan Agung Budiyanto

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

Food Science and Culinary Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EKSPERIMEN PEMBUATAN SUGAR PASTRY DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU (Experiments on Making Sugar Pastry Tofu Flour Substitution) Erma Handarsari

ANALISIS KADAR ZAT GIZI, UJI CEMARAN LOGAM DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO DENGAN SUBSTITUEN AMPAS TAHU

Transkripsi:

FSCEJ 3 (1) (2014) Food Science and Culinary Education Journal http://journalunnesacid/sju/indexphp/fsce EKSPERIMEN PENGGUNAAN FILLER TEPUNG KULIT PISANG DALAM PEMBUATAN NUGGET TEMPE Triyuni Hikmatun Jurusan Teknik Jasa Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima April 2014 Disetujui Mei 2014 Dipublikasikan Juni 2014 Keywords: filler, tepung kulit pisang, nugget tempe Abstrak Kulit pisang merupakan limbah dari buah pisang yang sering dijumpai Kulit pisang jarang dimanfaatkan sebagai bahan makanan oleh masyarakat setempat padahal kandungan karbohidrat dalam kulit pisang tinggi Kandungan karbohidat pada kulit pisang sebesar 18,50%, menyebabkan kulit pisang berpotensi sebagai sumber pati untuk pembuatan tepung kulit pisang Tepung kulit pisang dapat digunakan sebagai alternatif filler karena kandungan karbohidrat yang tinggi Tepung kulit pisang akan digunakan menjadi filler dalam pembuatan nugget tempe, karena tempe memiliki kandungan protein yang tinggi Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan kualitas inderawi yang berbeda berdasarkan indikator warna, aroma, tekstur kekompakan, tekstur kepadatan, rasa, mutu kimiawi yaitu kandungan protein, dan tingkat kesukaan masyarakat Obyek penelitian ini adalah tepung kulit pisang raja, tepung kulit pisang kepok dan tepung kulit pisang ambon dengan kriteria tepung berwarna kecoklatan, bagian kulit pisang yang digunakan adalah daging kulit pisang yang berwarna putih, tepung diayak dengan ukuran 80 mesh, yang didapat di daerah Sekaran, Gunung Pati, Semarang Hasil penelitian yaitu ada perbedaan kualitas inderawi nugget tempe ditianjau dari indikator warna, tekstur (kepadatan dan kekompakan) dan rasa Sedangkan pada indikator aroma tidak ada perbedaan yang nyata Sampel eksperimen yang disukai oleh masyarakat adalah sampel A yaitu nugget tempe dengan filler tepung kulit pisang kepok dengan presentase 86,1% Kandungan protein dari sampel K (10,6187%), sampel A (13,1435%), sampel B (12,5972%), sampel C (15,6447%) Abstract The banana peel is a waste of bananas are often encountered Banana peel is rarely used as food by local people when the carbohydrate content in banana peel high Carbohydrate content of banana peel at 1850 %, causing potential banana peel as a source of starch for flour banana peel Flour banana peels can be used as an alternative filler because of the high carbohydrate content Banana peel flour filler will be used in the manufacture of tempe nuggets, because tempe has a high protein content The purpose of this study was to look for differences in sensory quality tempe nuggets with different types of indicators based on color, scent, texture compactness, density texture, flavor, namely chemical quality protein, and the level of community preferences Object of this study is flour raja banana peel, flour ambon banana peel and flour kepok banana peel, banana peel with brownish white flour criteria, used banana peel is flesh colored banana peel white, flour sifted with a mesh size of 80, which had in the area have now, Mount Pati, Semarang Results of the study is that there is a difference in quality sensuous observed tempe nuggets of indicator color, texture ( density and compactness ) and flavor While the indicator scent no real difference Sample experiments are favored by the public is a sample that tempe nuggets with a banana peel flour filler with a percentage of 861 % kepok Protein content of the sample K ( 106187 % ), sample A ( 131435 % ), sample B ( 125972 % ), sample C ( 156447 % ) 2014 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung E7 Lantai 2 FT Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: thy_cune@yahoocoid ISSN 2252-6587 1

PENDAHULUAN Kulit pisang merupakan limbah dari buah pisang yang sering dijumpai Kulit pisang jarang dimanfaatkan sebagai bahan makanan oleh masyarakat setempat padahal kandungan karbohidrat dalam kulit pisang tinggi Pemanfaatan kulit pisang masing sangat rendah, karena kebanyakan masyarakat memanfaatkan kulit pisang sebagai pakan ternak atau membiarkannya menumpuk menjadi sampah sehingga mencemari lingkungan Secara umum kandungan gizi kulit pisang sangat banyak terdiri dari mineral, vitamin, karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain Berdasarkan penelitian hasil analisis kimia komposisi kulit pisang adalah air 69,8%, karbohidrat 18,5%, lemak 2,11%, protein 0,32%, kalsium 715 mg/100g, fosfor 117 mg/100g, besi 1,6 mg/100g, vitamin B 0,12 mg/100g, vitamin C 17,5 mg/100g (Munadjim, 1998) Kandungan karbohidat pada kulit pisang sebesar 18,50%, menyebabkan kulit pisang berpotensi sebagai sumber pati untuk pembuatan tepung kulit pisang Bagian kulit pisang yang digunakan dalam pembuatan tepung kulit pisang adalah bagian dalam dari kulit pisang yang berwarna putih Tepung kulit pisang dapat digunakan sebagai alternatif filler karena kandungan karbohidrat yang tinggi Di dalam pembuatan nugget diperlukan bahan pengisi atau filler yang berfungsi untuk meningkatkan tekstur dan sebagai bahan pengikat Jenis kulit pisang yang sering dijumpai dimasyarakat adalah kulit pisang raja, kulit pisang kepok dan kulit pisang ambon karena ketiga jenis pisang tersebut sering dikonsumsi oleh masyarakat Peneliti mencoba membuat tepung kulit pisang dari ketiga jenis kulit pisang tersebut Tepung kulit pisang akan digunakan menjadi filler dalam pembuatan nugget tempe, karena tempe memiliki kandungan protein yang tinggi Selain itu, masalah utama pada tempe segar adalah daya simpannya yang rendah akibat kadar airnya yang cukup tinggi (yaitu 55-65%), serta adanya mikroba yang terus tumbuh dan berkembang biak (Made Astawan 2008 : 05) Oleh karena itu, diperlukan berbagai proses pengolahan tempe untuk memperpanjang daya simpan dan daya gunanya salah satunya dengan dibuat nugget tempe Dengan memanfaatkan kulit pisang dapat mengurangi limbah kulit pisang dan dapat membuat produk dari kulit pisang yang dapat diterima oleh masyarakat Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti berkeinginan menyusun skripsi dengan judul EKSPERIMEN PENGGUNAAN FILLER TEPUNG KULIT PISANG DALAM PEMBUATAN NUGGET TEMPE Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui kualitas inderawi nugget tempe dengan filler tepung kulit pisang yang berbeda ditinjau dari aspek rasa, aroma, tekstur dan warnauntuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap nugget tempe dengan filler tepung kulit pisang dengan jenis yang berbeda ditinjau dari aspek, rasa, aroma, tekstur dan warnauntuk mengetahui kandungan protein pada nugget tempe dengan filler tepung kulit pisang yang berbeda METODE PENELITIAN Obyek dalam penelitian ini adalah tepung kulit pisang yang didapat didaerah Sekaran, Gunung Pati Semarang, dengan kriteria tepung berwarna kecoklatan, bagian kulit pisang yang digunakan adalah daging kulit pisang yang berwarna putih, tepung diayak dengan ukuran 80 mesh Tempe yang digunakan adalah tempe yang berumur dua hari Tempe yang didapat didaerah Sekaran, Gunung Pati Semarang Teknik pengambilan sampling dilakukan dengan Sampling purposive Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis filler pada tepung kulit pisang yang berbeda yaitu tepung kulit pisang raja, tepung kulit pisang kepok kuning dan tepung kulit pisang ambon kuning Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas inderawi, tingkat kesukaan masyarakat kandungan protein yang terkandung dalam nugget tempe hasil eksperimen Kualitas indrawi dan kesukaan nugget tempe dilihat dari aspek warna, aroma, rasa dan tekstur Variabel 2

kontrol pada penelitian ini adalah jenis peralatan yang digunakan, pemilihan bahan, penimbangan bahan-bahan, proses pembuatan nugget, suhu penggorengan dan lamanya penggorengan, dimana semua variabel ini dikondisikan sama Metode penelitian menggunaan metode eksperimen Metode dan alat pengumpul data yang digunakan ada 2 yaitu penilaian subyektif dengan uji inderawi menggunakan panelis agak terlatih yang berjumlah 23 orang dan uji kesukaan menggunakan panelis tidak terlatih dengan jumlah 80 orang yang telah dikelompokan sesuai usia Penilaian obyektif yaitu dengan penilaian kandungan gizi yaitu kandungan protein Untuk hasil uji inderawi data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan mrnggunakan analisis klasifikasi tunggal dengan lanjutan uji tukey sedangkan untuk uji kesukaan menggunakan analisis deskriptif presentase HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji inderawi Dari hasil uji inderawi menunjukan bahwa rerata skor uji inderawi menunjukan bahwa rerata skor tertinggi berdasarkan indikator warna adalah pada sampel A yaitu kepok dengan rerata skor 4,3 dengan kriteria kuning keemasan Warna diperoleh dari hasil penggorenganwarna muncul disebabkan karena reaksi pencoklatan (Maillard) (Ketaren, 1986) Reaksi Maillard terjadi antara protein, asam amino, dan amin dengan gula aldehida dan keton, yang merupakan penyebab terjadinya pencoklatan selama pemanasan atau penyimpanan dalam waktu yang lama pada bahan pangan berprotein Selain pada warna tepung kulit pisang, warna pada bahan dasar yaitu tempe juga berpengaruh pada warna nugget Berdasarkan hasil pengamatan, warna tempe setelah dikukus berbubah menjadi putih kekuningan Penggorengan pada nugget dilakukan dengan dua proses yaitu penggorengan awal (Pre Frying) dan penggorengan akhir Proses penggorengan nugget tempe hasil eksperimen dilakukan dengan suhu dan waktu yang sama yaitu penggorengan awal dengan suhu 195 C selama 30 detik dan penggorengan akhir dengan suhu 170 C selama 3 menit Intensitas warna tergantung dari lama, suhu menggoreng, dan komposisi kimia pada permukaan bahan Hasil uji inderawi pada indikator aroma menunjukan bahwa nilai rerata skor tertingi adalah pada sampel K yaitu nugget tempe dengan filler tepung tapioka dengan nilai rerata skor 3,6 dengan kriteria harum khas nugget Berdasarkan hasil perhitungan anava masingmasing sampel menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata Hal ini tidak dipengaruhi oleh jenis filler kemungkinan dipengaruhi oleh bumbubumbu yang ditambahakan Hasil uji inderawi pada indikator tekstur (kekompakan) sampel dengan nilai rerata skor tertinggi adalah sampel K yaitu nugget tempe dengan filler tepung tapioka dengan rerata 4 dengan kriteria kompak Ditinjau dari jenis filler, tepung tapioka lebih kompak, hal ini disebabkan karena tepung tapioka memiliki suhu gelatinasi lebih rendah yaitu 52-64 C Suhu gelatinasi merupakan suhu pada saat granula pati pecah Granula pati akan menyerap air dan mencapai pembengkakan sesungguhnya pada suhu 55-65 Tepung tapioka memiliki fungsi sebagai pengikat formula dengan kandungan pati 85%-87% di mana pati bila dicampurkan dengan bahan lain akan mengikat menjadi adonan (Winarno, 2004: 30) Tepung tapioka mengandung 17% amilosa dan 83% amilopektin (Rosiana, 2011) Hasil uji inderawi pada indikator tekstur kepadatan sampel yang memiliki nilai rerata skor tertinggi adalah sampel A yaitu nugget tempe dengan filler tepung kulit pisang kepok dengan kriteria cukup padat Jumlah pati yang besar menyebabkan tekstur menjadi lebih padat dan cenderung keras Tekstur akan berubah dengan berubahnya kandungan air (Rospati,2007) Jadi dapat disimpulkan tepung kulit pisang kepok memiliki kandungan pati yang tinggi dibandingkan dengan dengan tepung kulit pisang raja dan ambon karena membuat tekstur nugget tempe menjadi lebih padat 3

Hasil uji inderawi pada indikator rasa, sampel yang memiliki nilai rerata tertinggi adalah sampel C yaitu nugget tempe dengan filler tepung kulit pisang raja dengan nilai rerat skor 4,3 dengan kriteria sangat gurih Rasa dipengaruhi oleh jumlah kandungan protein dan lemakasam glutamat yang terdapat dalam protein memiliki peranan penting dalam pengolahan makanan karena dapat menimbulkan rasa yang lezat Begitu juga dengan lemak yang berperan penting dalam gizi karena merupakan sumber energi, cita rasa, serta sumber vitamin A, D, E, dan K perubahanperubahan kimia atau penguraian lemak dapat mempengaruhi bau dan rasa suatu bahan makananan (Winarno, 2004) Hal ini didukung dengan hasil penilaian objektif yang menunjukan bahwa kandungan protein nugget tempe pada sampel A (13,3410%) dan sampel C (15,8105%) juga tinggi Selain itu, rasa juga dipengaruhi oleh bahan-bahan yang menyusun suatu makanan, sehingga selain jenis sumber protein berpengaruh, bumbu-bumbu yang digunakan seperti penggunaan garam dalam pembuatan nugget ampas tahu juga mempengaruhi rasa dari nugget hasil eksperimengaram merupakan komponen dalam bahan makanan yang ditambahkan dan digunakan sebagai penegas cita rasa dan bahan pengawet Penggunaan garam tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan terjadinya penggumpalan (saltingout) dan rasa produk menjadi asin Analisis klasifikasi tunggal Hasil perhitungan analisis varians klasifikasi tunggal terhadap nugget tempe dengan filler tepung kulit pisang dengan jenis yang berbeda meliputi indikator warna, aroma, tekstur (kepadatan dan kekompakan) dan rasa dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 1 rekapitulasi data ANOVA o Aspek hitung F tabel Keterangan (kepadatan),130,944 S ampel (kekompakan) Presentase Indikator Tekstur 7,059,944 Rasa 6,147,944 Berbeda nyata Berbeda nyata Berdasarkan analisis klasifikasi tunggal terhadap data karakteristik inderawi diperoleh hasil bahwa ada perbedaan yang nyata pada indikator warna, tekstur (kepadatan dan kekompakan) dan rasa Sedangkan pada indikator aroma menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata Uji kesukaan Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap nugget tempe filler tepung kulit pisang dengan jenis yang berbeda Berdasarkan hasil pengujian dari 80 orang panelis tidak terlatih dapat dilihat pada grafik radar berikut ini rasa kepad atan W O 100 warna 50 aroma 0 kekom pakan Tiap 9 K 3 3 6 6 3 8 A 4,5 3 7 7 8 B 6 5 0,8 2 2 5 4 C 3,3 9,8 9 8 2 P kor Total sampel K sampel A sampel B sampel C S 4 31 6,1 riteria angat Suka 3 89,5 7,8 uka 3 14,8 2,8 52,1 2 0,4 5 ukup Suka urang Suka Warna 1 Berbeda nyata 1,975,944 Aroma 2,097,944 nyata Tidak berbeda Tabel 2 data uji kesukaan Tekstur 8 Berbeda nyata Uji kandungan gizi Keterangan: 4

K = filler tepung tapioka A = tepung kulit pisang kepok B = tepung kulit pisang ambon C = tepung kulit pisang raja Dari data diatas dapat diketahui sampel K paling disukai masyarakat Panelis menyukai sampel K karena sempel tersebut merupakan sampel kontrol jadi sampel tersebut memiliki indikator yang disukai masyarakat Untuk sampel eksperimen yang disukai masyarakat adalah sampel A yaitu nugget tempe dengan S Uji protein o ampe l nugget tempe Ul angan 1 K 10,4871% A 12,9459% B 12 2610% C 15 4781% Ula ngan 2 10, 7504% 13, 3410% 12, 93331% 15, 8105% Ratarata 87% 35% 72% 43% Ket: Hasil Uji Laboratorium Oleh Chem- Mix Pratama Keterangan: K = filler tepung tapioka A = filler tepung kulit pisang kepok B = filler tepung kulit pisang ambon C = filler tepung kulit pisang raja Hasil analisis kandungan protein menunjukan bahwa protein yang terkandung pada nugget tempe dengan penggunaan jenis filler yang berbeda memenuhi ambang batas minimal yang terdapat dalam SNI-01-6683-2002 sebesar 12%, yaitu nugget tempe dengan filler tepung kulit pisang kepok sebesar 13,1435%, ambon sebesar 12,5972%, nugget tempe dengan filler tepung kulit pisang raja sebesar 15,6443% Sedangkan pada sampel nugget tempe dengan filler tepung tapioka tidak memenuhi nilai ambang batas SNI yaitu sebesar 10,6187% 10,61 13,14 12,59 15,64 filler tepung kulit pisang kepok karena sampel A memiliki warna kuning keemasan dan untuk indikator rasa sampel A memiliki rasa yang gurih, hal ini didukung juga oleh hasil uji kandungan gizi yaitu protein Kandungan protein sampel A cukup tinggi yaitu 13,3410% sehingga mempengaruhi tingkat rasa Hasil uji kandungan gizi pada sampel dengan jenis yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 hasil uji kandungan protein Pada artikel penelitian ini disampaikan dua hal yaitu (1) kebutuhan guru dan peserta didik terhadap model kooperatif tipe tongkat bicara berbantuan multimedia berdasarkan analisis kebutuhan melalui angket dan wawancara, dan (2) prinsip-prinsip model kooperatif tipe tongkat bicara berbantuan multimedia 5

DAFTAR PUSTAKA Aan W, 2012 20 Resep Kresi Nugget Pena Semesta Surabaya Arikunto, Suharsimi2006Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan PraktekJakarta:PT Rineka Cipta Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 2002 Nugget Ayam Bambang Kartika, 1998 Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan Yogyakarta Made Astawan, 2008 Sehat dengan Tempe Dian Rakyat Bogor Tarigan, Henry Guntur 1994 Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Bandung: Angkasa 6