BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terjadi pada 2-3% anak di seluruh dunia. 4 Angka kejadian ASS di. mengenai topik ini belum begitu banyak dilakukan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terutama pada anak, karena alergi membebani pertumbuhan dan perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN FORMULA HIDROLISA EKSTENSIF DAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN ANAK DENGAN ALERGI SUSU SAPI DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. imun. Antibodi yang biasanya berperan dalam reaksi alergi adalah IgE ( IgEmediated

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli mengatakan bahwa periode anak usia bawah tiga tahun (Batita)

PENGARUH PEMBERIAN FORMULA HIDROLISAT EKSTENSIF DAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP STATUS PERTUMBUHAN ANAK DENGAN ALERGI SUSU SAPI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK ASI EKSKLUSIF TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-12 BULAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). SDM yang baik dapat diperoleh dengan mengoptimalkan. <3 tahun atau 0-35 bulan atau belum mengalami ulang tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Untuk menjadi seseorang yang dewasa dengan motorik yang baik,

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alergi merupakan respon imun yang abnormal dari tubuh. Reaksi alergi

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. Tinjauan Pustaka

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR, RIWAYAT PEMBERIAN AIR SUSU IBU DAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 3-5 TAHUN

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus sumberdaya manusia untuk. bagi anak sejak lahir hingga usia dua tahun (Depkes RI, 2011).

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan anak saat ini. Akan tetapi pelaksanaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

Eat Your Vegetables! 6 Cara. for Kids. pada Anak. Untuk Balita, Gangguan Makan. Lebih Baik Sufor atau UHT ya? Macam-macam

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

TENTANG KATEGORI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

ABSTRAK HUBUNGAN ASUPAN KALORI 24 JAM DENGAN KADAR LEMAK ASI PADA IBU MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekurangan stimulasi pada usia ini akan membawa dampak negatif yang menetap

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

1

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. mandibula baik kanan maupun kiri, pada anak umur 6-16 bulan adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi secara simbolik baik visual maupun auditorik. 1 Pola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3 BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan

225 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014,

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar mammae ibu dan merupakan makanan bagi bayi (Siregar, 2004).

GAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada kehamilan masih merupakan masalah utama di dunia hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya

BAB III METODE PENELITIAN. Mojosongo, Jebres, Surakarta. Pelaksanaan penelitian bulan April 2014.

BAB 1 PENDAHULUAN. dermatitis yang paling umum pada bayi dan anak. 2 Nama lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANGSARI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme alergi tersebut akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen

BAB II TINJAUAN TEORITIS

ABSTRAK. Diella Natasha Wijaya, 2016, Pembimbing I: Grace Puspasari,dr.,M.Gizi Pembimbing II: Penny Setyawati M,dr.,SpPK.MKes

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK ASI EKSKLUSIF TERHADAPPERKEMBANGAN ANAK USIA 3-12 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kembang. Semarang. : Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada. bulan April-Mei 2015

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi ADB di Indonesia sekitar %. Prevalensi ADB di

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN STATUS GIZI ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI DENGAN BAYI YANG DIBERI PASI PADA BAYI KURANG DARI 6 BULAN DI DESA KATEGUHAN KECAMATAN SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan dan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.

76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA ALERGI SUSU SAPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. makanan yang terbaik bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain

Studi Observasional Pasca-Pemasaran Formula Isolat Protein Kedelai pada Bayi dengan Gejala Sugestif Alergi Terhadap Protein Susu Sapi

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak,

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

S K R I P S I. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran KUSUMA ZIDNI ARIFA LUTHFI J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Susu Sapi Perbedaan yang penting antara susu sapi dan ASI: - Protein & mineral lebih tinggi - Laktosa lebih rendah - Rasio protein whey dan casein leb

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius yaitu mendapat nutrisi yang baik (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi susu sapi (ASS) didefinisikan sebagai reaksi hipersensitivitas akibat respon imunologis spesifik yang berulang setiap mengonsumsi protein susu sapi atau derivatnya. 1 ASS merupakan jenis alergi makanan terbanyak yang diderita anak usia di bawah tiga tahun dengan prevalensi tertinggi pada tahun pertama kehidupan. 2,3 Angka kejadian ASS di berbagai negara bervariasi, namun diperkirakan terjadi pada 2-3% anak di seluruh dunia. 4 Angka kejadian ASS di Indonesia sendiri belum diketahui secara pasti karena studi komprehensif mengenai topik ini belum begitu banyak dilakukan. 5 Prevalensi global ASS di dunia hanya 2-3%, namun alergi merupakan masalah yang problematik bagi seorang anak dan dapat mempengaruhi kualitas pertumbuhan serta perkembangannya. 4,6 Alergi juga mempengaruhi kualitas hidup keluarga secara ekonomi karena anak dengan ASS memerlukan pemeriksaan kesehatan tertentu dan pengelolaan nutrisi sehari-hari yang harus disesuaikan dengan alergi yang dideritanya. 7,8 85% anak dengan ASS membentuk toleransi terhadap protein susu sapi seiring dengan bertambahnya usia, namun sebelum 1

2 toleransi terjadi, eliminasi protein susu sapi dan makanan-makanan yang mengandung protein susu sapi dari diet sehari-hari harus dilakukan untuk mencegah timbulnya reaksi alergi yang lebih parah. 9,10 Eliminasi diet ini dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya perkembangan otak yang sedang berlangsung sangat pesat di tahun-tahun awal pertumbuhan. Perkembangan merupakan proses yang kompleks dimana progesivitasnya dipengaruhi oleh maturitas sistem saraf pusat (khususnya otak) dan organ-organ yang dipengaruhinya. Berbeda dengan orang dewasa, lima tahun pertama kehidupan anak sering disebut sebagai golden period dimana otak memiliki plastisitas yang besar sehingga sangat sensitif terhadap lingkungan sekitarnya yang mencakup aspek nutrisi, stimulasi dan pelayanan kesehatan yang memadai. 11 Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) merupakan instrumen yang saat ini direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan RI untuk digunakan di pelayanan kesehatan primer karena penggunaannya yang mudah dan tidak memakan waktu yang lama. 12,13 Penelitian-penelitian yang menggunakan KPSP untuk menilai tingkat perkembangan telah banyak dilakukan, sebagai contoh adalah penelitian Kusumanegara pada tahun 2015 di Semarang yang menganalisis hubungan antara stimulasi keluarga dengan perkembangan anak. Pada penelitian tersebut, perkembangan dinilai dengan KPSP sedangkan stimulasi keluarga dinilai dengan HOME Inventory Score. 14 Pengelolaan nutrisi untuk anak dengan ASS sangat krusial mengingat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Eliminasi bahan

3 makanan yang mengandung protein susu sapi harus dilakukan untuk mencegah timbulnya reaksi alergi yang lebih parah. 15 Jika anak masih mendapat ASI eksklusif, ibu dapat terus memberikan ASI dengan menghindari konsumsi bahan makanan yang mengandung protein susu sapi dalam diet sehari-hari. Formula pengganti susu sapi standar seperti formula hidrolisa ekstensif/extensive hydrolyzed formula (ehf), formula asam amino dan isolat protein kedelai juga sering digunakan sebagai upaya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak 5. Penelitian mengenai penggunaan formula pengganti susu sapi pada anak dengan ASS pernah dilakukan oleh Seppo di Finlandia pada tahun 2005 dimana peneliti membandingkan tingkat pertumbuhan anak yang diberi ehf dan isolat protein kedelai. Diperoleh hasil pertumbuhan yang normal pada kedua kelompok studi. 16 Berdasarkan rekomendasi World Allergy Organization (WAO), ehf dan formula asam amino merupakan pilihan terbaik untuk anak dengan alergi susu sapi dilihat dari alergenisitas dan kandungan nutrisinya, namun karena harga yang relatif mahal dan rasa yang pahit, formula isolat protein kedelai menjadi alternatif ketiga selain ehf dan formula asam amino. 17 Penggunaan isolat protein kedelai sebagai formula tambahan perlu mendapat rekomendasi dari dokter dan dipantau secara berkala karena tidak menutup kemungkinan anak mengalami sensitisasi terhadap protein kedelai dan berkembang menjadi alergi. 2 Perbandingan tingkat perkembangan anak yang diberi ASI, susu formula berbahan dasar protein sapi dan isolat protein kedelai pernah diteliti oleh Andres et. al di Amerika Serikat pada tahun 2010 dengan pendekatan kohort prospektif. Tingkat perkembangan anak diukur menggunakan Bayley Scales of Infant Development dan Preschool

4 Language Scale-3. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat beda tingkat perkembangan yang signifikan antara ketiga kelompok studi, namun anak yang diberi ASI memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dibanding anak yang diberi susu formula. 18 Penelitian penelitian mengenai pengunaan ehf, formula asam amino dan isolat protein kedelai sebagai nutrisi tambahan untuk anak dengan alergi telah banyak dilakukan, namun belum ada penelitian yang membandingkan efek konsumsi formula tersebut terhadap tingkat perkembangan anak dengan alergi susu sapi. Hal ini penting dilakukan untuk memberikan rekomendasi formula pendamping yang cocok untuk anak dengan mempertimbangkan pula keterjangkauan harga masing-masing formula. 1.2 Rumusan masalah Apakah terdapat perbedaan pengaruh formula hidrolisa ekstensif dan isolat protein kedelai terhadap perkembangan anak dengan alergi susu sapi? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan pengaruh formula hidrolisa ekstensif dan isolat protein kedelai terhadap perkembangan anak dengan alergi susu sapi. 1.3.2 Tujuan khusus 1) Menganalisis dan membandingkan pengaruh formula hidrolisa ekstensif dan isolat protein kedelai terhadap perkembangan motorik kasar anak dengan alergi susu sapi

5 2) Menganalisis dan membandingkan pengaruh formula hidrolisa ekstensif dan isolat protein kedelai terhadap perkembangan motorik halus anak dengan alergi susu sapi 3) Menganalisis dan membandingkan pengaruh formula hidrolisa ekstensif dan isolat protein kedelai terhadap perkembangan bahasa anak dengan alergi susu sapi 4) Menganalisis dan membandingkan pengaruh formula hidrolisa ekstensif dan isolat protein kedelai terhadap perkembangan personal sosial anak dengan alergi susu sapi 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat untuk pendidikan dan keilmuan Memberikan landasan ilmiah mengenai pemilihan jenis susu formula pengganti susu sapi yang diberikan pada anak dengan alergi susu sapi berusia 3 72 bulan dan pengaruhnya terhadap perkembangan. 1.4.2 Manfaat untuk pelayanan kesehatan dan masyarakat Memberikan rekomendasi pemilihan jenis susu formula yang tepat guna bagi anak dengan alergi susu sapi. 1.4.3 Manfaat untuk pengembangan penelitian Penelitian diharapkan dapat memperkaya pustaka dan menjadi salah satu landasan bagi perkembangan penelitian selanjutnya.

6 1.5 Keaslian penelitian Berdasarkan penelusuran pada database penelitian PubMed (www.ncbi.nlm.nih/pubmed), belum didapatkan penelitian yang menjawab permasalahan penelitian. Namun, peneliti mendapatkan beberapa penelitian yang berkaitan dan dalam beberapa hal memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut antara lain : Tabel 1. Penelitian yang berhubungan dengan pengaruh formula hidrolisa ekstensif dan soya terhadap perkembangan anak dengan alergi susu sapi No. Peneliti Metode Penelitian Hasil 1. Andres A., et. al. Jenis penelitian: Tidak terdapat Developmental Kohort prospektif perbedaan tingkat Status of 1-year-old Infants Fed Breast Milk, Cow s Milk Variabel bebas: Konsumsi ASI, susu formula sapi dan susu soya perkembangan anak yang mengonsumsi susu formula sapi Formula, or Soy Variabel terikat: dan susu formula Formula. Pediatrics. 2012;129(6):1134-40. 18 Tingkat perkembangan Subjek penelitian: 391 anak berusia 1-2 bulan soya. Namun anak yang diberi ASI memilki yang terdaftar dalam perkembangan Beginning Study di Arkansas, Amerika Serikat pada tahun kognitif yang lebih baik dibanding anak 2002-2010 yang diberi susu Metode pengukuran tingkat formula. perkembangan : Menggunakan kuesioner Bayley Scales of Infant Development and the Preschool Language Scale-3

7 No. Peneliti Metode Penelitian Hasil 2. Seppo L., et. al. Jenis penelitian: Tidak terdapat A Follow-up Study Kohort prospektif perbedaan yang of Nutrient Intake, Variabel bebas: signifikan antara Nutritional Status, Konsumsi susu soya dan kedua kelompok and Growth in formula hidrolisa ekstensif studi. Status gizi dan Infants with Cow Variabel terikat: pertumbuhan pada Milk Allergy Fed Status gizi dan pertumbuhan kedua kelompok Either a Soy Subjek penelitian: tergolong dalam Formula or an 168 anak dengan ASS di batas normal Extensively Hydrolyzed Whey Helsinski, Finlandia Metode pengukuran tingkat Formula. 16 pertumbuhan : Am J Clin Nutr. Asupan nutrisi diukur dengan 2005;82:140-5. 16 metode food recall menggunakan aplikasi NUTRICA. Kadar mikronutrien diukur dengan pemeriksaan laboratorium. Berat badan diukur dengan timbangan elektronik sedangkan pengukuran panjang badan dilakukan dengan stadiometer.

8 No. Peneliti Metode Penelitian Hasil 3. Fledderman M, et. Jenis penelitian: Tingkat al. Infant formula Eksperimental (randomized composition affects energetic efficiency controlled, double blind trial) Variabel bebas: for growth: The Konsumsi susu formula BeMIM study, a intervensional (susu berbasis randomized protein sapi yang diperkaya controlled trial. AA, DHA, triptofan dan Clinical Nutrition. fenilalanin) 2014;33;588-95 19 Variabel terikat: Tingkat pertumbuhan Subjek penelitian: 213 anak cukup bulan yang diberi susu formula intervensional mulai usia 28 hari hingga usia 120 hari Metode pengukuran tingkat pertumbuhan : Evaluasi tingkat pertumbuhan meliputi berat dan panjang badan serta lingkar kepala dilakukan dengan metode antropometri standar. pertumbuhan anak dalam kelompok studi tergolong dalam batas yang normal. Dapat disimpulkan bahwa susu formula intervensional yang telah dimodifikasi kandungannya tersebut memenuhi syarat kecukupan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal

9 Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dipaparkan dalam tabel, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Perbedaan penelitian terletak pada: 1. Subjek penelitian Pada penelitian ini, subjek yang diteliti adalah anak usia 3 sampai 72 bulan yang menderita alergi susu sapi. Penelitian pertama meneliti anak sehat (tidak didiagnosis alergi susu sapi) berusia 1-2 bulan, penelitian kedua meneliti anak dengan ASS berusia 7-8 bulan sedangkan penelitian ketiga meneliti anak berusia 1 bulan. 2. Metode penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan desain penelitian cross-sectional, sedangkan penelitian-penelitian yang dipaparkan dalam tabel menggunakan desain kohort prospektif (penelitian pertama dan kedua) serta eksperimental (penelitian ketiga). 3. Variabel penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat perkembangan anak yang akan diukur dengan menggunakan KPSP. Penelitian pertama juga menilai tingkat perkembangan anak, namun instrumen yang digunakan adalah kuesioner Bayley Scales of Infant Development dan Preschool Language Scale-3. Sedangkan untuk penelitian kedua dan ketiga, variabel yang dinilai adalah tingkat pertumbuhan anak.