BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millenium Development Goal (MDG) sudah dicanangkan pada September Upaya memperbaiki kesehatan ibu dan anak ditargetkan tercapai pada tahun Berapa negara sudah mendekati target tersebut, tetapi banyak negara di Asia dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya memperbaiki sistem kesehatannya terutama jika menyangkut kelompok rentan malnutrisi, seperti ibu hamil dan balita. Pada kenyataannya angka penderita malnutrisi pada ibu hamil dan balita masih tetap tinggi. Banyaknya bencana alam di berbagai daerah turut membuat pemerintah sulit memperbaiki kelompok rentan ini. Upaya memperbaiki kemiskinan dengan berbagai program bantuan/ stimulasi belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Pada anak-anak, 3 (tiga) indikator yang paling umum digunakan untuk menilai status pertumbuhan adalah berat badan/umur, panjang badan/umur, dan berat badan/ panjang badan. Di antara indikator tersebut panjang badan/umur dan berat badan/ panjang badan lebih dapat menunjukkan perbedaan pendek (stunted), kurus (wasted), dan kelebihan berat badan (overweight). Pendek (stunting) sering terjadi tanpa disadari oleh keluarga di masyarakat yang banyak bertubuh pendek sehingga terlihat normal. Bahkan di antara tenaga kesehatan stunting umumnya tidak mendapat perhatian yang sama seperti underweight atau kurus (wasting), sehingga tidak dianggap sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat.

2 2 Meskipun banyak upaya yang berakar dari masyarakat (community-based) telah dilaksanakan hanya sedikit perbaikan yang terjadi. Menurut de Onis et al. (2006) ada lebih dari 200 juta balita di negara berkembang yang pendek (stunted), dan 72% diantaranya terdapat di Asia dan angka itu terus bertambah setiap tahunnya. Menurut Kemenkes RI (2011) untuk kelompok umur sampai 5 bulan prevalensi kependekan (stunting) Indonesia masih sebesar 28,1%. Dari data tersebut secara regional propinsi NTB memiliki prevalensi balita pendek (stunting) mencapai 48,9% dan termasuk propinsi yang menempati urutan ke 3 terburuk di Indonesia. Sementara itu untuk mencapai kesehatan maternal pencapaian pelayanan kesehatan ibu hamil dinilai dari jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan (minimal 4 kali). Terdapat 92,7% ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 1 kali untuk anak terakhir. Pemeriksaan K1 pada trimester 1 adalah 72,3%. Selama pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care) setiap ibu akan diberikan suplemen tablet tambah darah dari pemerintah selama 90 hari yang diberikan setiap bulan sebanyak 30 tablet dalam 1 (satu) kemasan. Pada tahun 2010 terdapat 71,2% ibu hamil yang menerima suplemen sebanyak 90 tablet sedangkan cakupan kunjungan K4 sebesar 85,56%. Hal ini menunjukkan jumlah suplemen yang dikonsumsi ternyata lebih kecil dari yang memeriksakan kehamilannya. Ibu yang minum tablet Fe pada kehamilan balita terakhir 90 tablet sebesar 18%, 1-30 tablet sebesar 36,3% dan yang tidak minum tablet sebesar 19,3%. Jumlah paritas yang tercatat: 56,1% memiliki 1-2 anak dan 29,9% memiliki 3-4 anak (Kemenkes RI, 2010). Tofail et al. (2008)

3 3 menemukan bahwa ternyata jumlah suplemen yang dikonsumsi ibu hamil masih dibawah 80% untuk zat besi maupun zat gizi mikro. Nusa Tenggara Barat adalah salah satu propinsi yang memiliki infrastruktur kesehatan yang baik, akses jalan yang mencapai setiap desa dan mobilitas penduduk keluar pulau Lombok yang tidak tinggi. Tetapi angka morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan bayi masih cukup tinggi. Program pemerintah dalam memberikan tablet tambah darah bagi ibu hamil sudah dilaksanakan di posyandu, Hanya sejauh ini belum banyak ditentukan berapa banyak suplemen yang secara ideal perlu dikonsumsi untuk mengetahui kebutuhan minimalnya. Selain itu, pemberian multivitamin di praktek swasta maupun rumah sakit juga memberi pemikiran akan manfaat dan jumlah minimum yang harus dikonsumsi ibu hamil dan menyusui untuk memberi status gizi yang baik kepada ibu dan bayinya. Status gizi bayi, dalam hal ini perubahan panjang badan (PB) bisa dijadikan salah satu indikator perkembangan status gizi walaupun keadaan stunting umumnya baru dapat ditetapkan setelah usia 6 bulan. Menyadari bahwa masih sedikit data tentang perkembangan panjang badan bayi usia 3 bulan penulis mengangkat isu hubungan antara pengaruh jumlah konsumsi suplemen mikronutrien pada ibu hamil dan menyusui terhadap perubahan panjang badan bayi usia 3 bulan di Pulau Lombok.

4 4 B. Rumusan Masalah Masalah yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah apakah jenis dan jumlah konsumsi suplemen mikronutrien pada ibu selama hamil dan menyusui akan mempengaruhi panjang badan bayi usia 3 bulan di Pulau Lombok. C. Tujuan penelitian Peneliti ingin mengetahui pengaruh jenis dan jumlah konsumsi suplemen mikronutrien oleh ibu selama kehamilan dan menyusui terhadap panjang badan bayi usia 3 bulan di Pulau Lombok. D. Manfaat Penelitian 1. Pemerintah daerah mendapat masukan tentang jumlah dan jenis suplemen mikronutrien yang dapat mempengaruhi panjang badan bayi, sehingga setiap daerah secara mandiri dapat membuat kebijakan tentang pemberian/ penyediaan suplemen mikronutrien untuk ibu hamil dan menyusui yang akan berdampak kepada perbaikan sumber daya manusia di daerah. 2. Untuk dunia pendidikan dan penelitian untuk mengidentifikasi jumlah suplemen mikronutrien yang dikonsumsi, baik berupa Tablet Tambah Darah maupun 15 jenis mikronutrien selama kehamilan/ menyusui dalam menimbulkan pengaruhnya terhadap perubahan panjang badan bayi. 3. Bagi masyarakat, khususnya ibu hamil dan keluarganya, dapat mengerti dan lebih leluasa memilih kebutuhan jenis maupun jumlah suplemen mikronutrien yang akan dikonsumsi selama kehamilan dan menyusui sesuai dengan kemampuannya dan memberi manfaat kepada bayinya

5 5 4. Bagi peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang jumlah pemberian suplemen mikronutrien kepada ibu hamil/ menyusui dan dampaknya terhadap status gizi bayi, terutama panjang badan bayi E. Keaslian Penelitian 1. Ramakrishnan et al. (2003) Multiple micronutrient supplementation during pregnancy does not lead to greater infant birth size than does iron-only supplementation: a randomized controlled trial in a semirural community in Mexico. Penelitian dilakukan pada rentang waktu yang hampir bersamaan dengan program SUMMIT. Perbedaannya adalah jumlah sampel, jenis mikronutrien, lokasi di Mexico, dan dampak yang diukur. Hasil : suplementasi yang mengandung Multiple micronutrien (MMN) selama kehamilan tidak menyebabkan ukuran bayi lahir lebih besar daripada yang mengandung zat besi saja. 2. Roberfroid et al. (2008) Effects of maternal multiple micronutrient supplementation on fetal growth: a double-blind randomized controlled trial in rural Burkina Faso. Penelitian ini dilakukan pada rentang periode, tehnik dan menggunakan komposisi suplemen Zat Gizi mikro yang sama dengan program SUMMIT. Perbedaannya dengan penelitian Penulis pada dampak yang diukur, subyek penelitian dan lokasinya di Burkina Faso. Hasil : suplemen MMN pada ibu hamil dapat meningkatkan pertumbuhan janin

6 6 3. Tofail et al. (2008) Effects of prenatal food and micronutrient supplementation on infant development: a randomized trial from the Maternal and Infant Nutrition Interventions, Matlab (MINIMat) study. Penelitian ini memiliki kemiripan dalam hal rancangan, yaitu Randomized Control Trial kepada ibu hamil sebagai subyeknya. Suplemen yang digunakan hanya berjenis zat besi dan asam folat (seperti tablet tambah darah) dengan perbedaan kadar zat besinya saja. Hasil yang ingin dilihat juga berbeda dimana penelitian ini lebih fokus kepada kemampuan motorik bayi. Lokasi juga berbeda karena penelitian dilakukan di Bangladesh. Hasil : Pemberian lebih awal suplemen makanan dan MMN memberi manfaat pada ibu hamil dengan IMT rendah daripada ibu yang memiliki IMT normal. 4. Brough et al. (2010) Effect of multiple-micronutrient supplementation on maternal nutrient status, infant birth weight and gestational age at birth in a low-income, multi-ethnic population. Penelitian ini memiliki kemirian dalam rancangan Randomized Control Trial. Perbedaannya dalam penggunaan supplemen plasebo, kadar zat besi yang berbeda dan lokasinya di London. Penelitian ini juga melihat efek zat gizi mikro terhadap usia kehamilan, berat badan lahir dan status gizi ibu. Subyek penelitian juga berbeda dari jumlah dan populasinya yang multi etnis. Hasil : Suplemen multi-mikronutrien meningkatkan status gizi ibu hamil 5. Eneroth et al. (2010) Maternal Multiple Micronutrient Supplementation Has Limited Impact on Micronutrient Status of Bangladeshi Infants Compared with Standard Iron and Folic Acid Supplementation

7 7 Penelitian ini mirip dalam penggunaan multivitamin dan rentang waktu pelaksanaan program SUMMIT. Perbedaannya pada dampak yang diukur, jumlah sampel dan lokasi di Bangladesh. Hasil : Suplemen multi-mikronutrien berhubungan dengan peningkatan kadar vitamin B12, tidak ditemukan perbedaan efek dari suplementasi makanan dan suplemen multilironutrien.