I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak

Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dari lahir sampai mati, cenderung memerlukan bantuan dari orang lain

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dari

BAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang ekonomi

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

Risalah Kebijakan (POLICY BRIEF)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

Sekapur Sirih. Bandar Lampung, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Drs. Mohamad Razif, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016

I. PENDAHULUAN. berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia. merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembangunan nasional, berkiprah

Pemerintah Harus Berhenti Mengabaikan atau Menyangkal Adanya Eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. di kota-kota maupun di desa-desa. Banyak keluarga mempunyai Pembantu Rumah

I. PENDAHULUAN. kepribadiaannya sesuai dengan nilai - nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97%

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26%

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

INDEKS KEBAHAGIAAN JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pengembangan sumber daya manusia. Meskipun

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang banyak. Hal tersebut

I. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara

RESUME. Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak. ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

BAB I PENDAHULUAN. kasih sayang, dan perlindungan oleh orangtuanya. Sebagai makhluk sosial, anakanak

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, yang berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk individu, sosial dan religius sehingga dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk. Dengan demikian, dalam ruang pembangunan manusia dianggap sebagai objek atau sasaran pembangunan. Sebagai sasaran pembangunan, manusia harus mampu memanfaatkan, mengembangkan, menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi guna mewujudkan pembangunan kearah yang lebih maju. Untuk itu diperlukan suatu pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang potensial dan produktif. Melalui pendidikan seseorang diberikan pengetahuan agar dapat memahami gejala-gejala yang terjadi dan juga diberikan keahlian yang berguna untuk kemajuan manusia. Selain itu, pendidikan juga diarahkan untuk mengarahkan, mendidik, mengembangkan dan menggali potensi dari calon-calon dari generasi penerus bangsa sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang handal dan dapat berkembang sesuai tuntutan zaman. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kehidupan manusia yang dapat berlangsung dalam ruang lingkup keluarga dan masyarakat. Menurut Redja Mudyahardjo (2001:11)

pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan yang telah berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. Dari uraian di atas, pendidikan merupakan salah satu elemen penting bagi kehidupan manusia. Untuk itu, selain keluarga dan masyarakat, pemerintah juga dituntut berperan aktif dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa yang cerdas, yang nantinya akan berguna bagi pembangunan pada masa yang akan datang sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Di dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah mengusahakan pelayanan pendidikan secara merata bagi warga masyarakat Indonesia baik itu melalui jenjang pendidikan formal dan non formal. Pelayanan pemerintah mengenai pendidikan secara merata pada jenjang pendidikan formal terlihat dari upaya pemerintah dalam merumuskan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar, yang menetapkan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun yang diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar dan 3 tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Adapun implementasi dari peraturan pemerintah tersebut adalah telah didirikannya bangunan sekolah dasar berdasarkan Instruksi Presiden (SD

INPRES), program bantuan beasiswa, bantuan operasional sekolah, dan juga pengadaan buku-buku sekolah secara gratis. Dalam kenyataannya, program pemerintah untuk mensukseskan pendidikan formal di Indonesia belum dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan, karena sampai saat ini fenomena-fenomena anak yang mengalami putus sekolah atau droup out dari tingkat Sekolah Dasar ke tingkat SLTP masih saja ada. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Selain itu, keadaan krisis ekonomi yang melanda Indonesia selama sepuluh tahun belakangan ini juga ikut berperan penting terhadap terpuruknya sosial ekonomi di dalam keluarga terutama pada keluarga yang keadaan ekonominya di bawah standar karena krisis tersebut berdampak pada pemenuhan kebutuhan anak akan pendidikan, baik itu berupa anggaran biaya pendidikan maupun fasilitas-fasilitas pendukung yang menunjang keberhasilan anak dalam melaksanakan pendidikan seperti makanan yang bergizi dan suasana belajar yang kondusif. Dalam situs http://hizbut-tahrir.or.id, di ungkapkan bahwa dari aspek pendidikan 1,8 juta anak SD berusia 7-12 tahun dan 4,8 juta anak usia 13-15 tahun tidak bersekolah, dan sebanyak 26 juta anak usia SD putus sekolah, selain itu 16 juta anak diatas usia 10 tahun tergolong buta huruf. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2008 Provinsi Lampung, jumlah penduduk Provinsi Lampung adalah 7.391.128 jiwa, dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 945.492 jiwa dan jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 443.124 jiwa. Adapun komposisi penduduk menurut jenis usia sekolah dari 11

kabupaten yang ada di provinsi Lampung, akan dijelaskan pada tabel sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah penduduk dan penduduk usia sekolah provinsi lampung tahun 2008-2009 No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk seluruhnya Penduduk usia 7-12 tahun Penduduk usia 13-15 tahun 1 Bandar Lampung 822.880 98.880 39.120 2 Lampung Selatan 1.089.358 112.076 56.062 3 Lampung Tengah 1.177.967 142.830 70.340 4 Lampung Utara 567.164 80.437 39.131 5 Lampung Barat 383.818 51.415 23.675 6 Tulang Bawang 787.673 110.391 47.607 7 Tanggamus 830.777 109.218 54.347 8 Lampung Timur 947.193 117.768 55.934 9 Metro 134.162 14.602 8.489 10 Way Kanan 364.778 51.403 25.828 11 Pesawaran 285.358 56.472 22.591 Jumlah 7.391.128 945.492 443.124 Sumber:Rangkuman Data Penduduk Usia Sekolah Tahun 2008(RPdd-04) atau data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung Adapun data mengenai anak putus sekolah atau droup out berdasarkan tingkat SD dan Tingkat SLTP menurut Departemen Pendidikan Provinsi Lampung Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Putus Sekolah atau Droup Out Tingkat SD dan SLTP Provinsi Lampung tahun 2008-2009 No Kabupaten/Kota Putus Sekolah SD Putus Sekolah SLTP SD MI Jumlah SLTP MTS Jumlah 1 Bandar Lampung 82 18 100 292 5 297 2 Lampung Selatan 273 215 488 354 73 427 3 Lampung Tengah 275 35 310 275 518 793 4 Lampung Utara 38 14 52 156 169 325 5 Lampung Barat 190 17 207 154 57 211 6 Tulang Bawang 932 42 974 309 126 435 7 Tanggamus 212 75 287 213 26 239 8 Lampung Timur 263 109 372 389 197 586 9 Metro 5 5 10 26 3 29 10 Way Kanan 290 39 329 52 87 139 11 Pesawaran 185 34 219 22 16 38 Jumlah 2.745 603 3.348 2.242 1.277 3.519 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Berdasarkan kedua tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 11 Kabupaten yang ada di Provinsi Lampung, jumlah penduduk usia sekolah antara usia 7-12 tahun yang harus mengalami droup out sebesar 3.348 jiwa atau 0,4% dan pada usia 13-15 tahun sebesar 3.519 atau 0,8% dari jumlah penduduk usia sekolah pada usia tersebut. Dari persentase tersebut jumlah anak putus sekolah di Provinsi Lampung memang masi cenderung sedikit namun tetap dibutuhkan perhatian yang kompleks dalam menangani permasalahan tersebut. Melihat masih adanya anak yang mengalami putus sekolah atau droup out yang yang kemungkinan disebabkan oleh faktor ekonomi, dan faktor sosial membuat pemerintah menyadari bahwa dunia pendidikan saat ini tidak terlepas dari peranan uang. Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah terutama Departemen Pendidikan Nasional memusatkan perhatiannya pada jenjang pendidikan non formal atau

informal, dengan menyelenggarakan program kesetaraan paket A (setara dengan Sekolah Dasar), paket B (setara dengan SLTP), dan paket C (setara dengan SLTA). Program kesetaraan merupakan langkah yang sangat strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan dan program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dimana penyelenggaraan program ini ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah perbatasan, daerah besncana, dan derah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang memmadai bahkan juga bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri dan calon TKI. Meskipun pemerintah telah memberikan jalan keluar dengan diadakannya program kesetaraan, permasalahan muncul dari sikap orangtua yang kurang memiliki kesadaran untuk memberikan kesempatan bagi anak untuk bersekolah atau melanjutkan sekolah padahal mereka merupakan pihak yang paling bertanggungjawab atas perkembangan anak baik fisik maupun psikis. Dari fenomena yang ada, keadaan ekonomilah yang lebih dominan dalam mempengaruhi minimnya tingkat kesadaran orangtua mengenai pemenuhan hak anak dalam memperoleh pendidikan terutama pendidikan formal di sekolah dan juga adanya persepesi negatif orangtua dalam melihat pendidikan. Mereka menganggap pendidikan tidak penting karena banyak kasus yang muncul, dalam memperoleh pekerjaan ternyata seseorang yang tamatan SD mempunyai pekerjaan yang tidak terlalu berbeda dengan yang tamat SMA.

Bagi keluarga yang ekonominya di bawah standar, ketika mereka memiliki uang maka mereka akan lebih mendahulukan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dibandingkan harus menyekolahkan anaknya karena dalam implementasinya, meskipun program pemerintah telah memihak bagi keluarga miskin, ternyata pendidikan selalu saja berkaitan dengan uang. Ketika sosial ekonomi menjadi faktor utama anak tidak memiliki kesempatan dalam memperoleh pendidikan, maka anak dipandang sebagai faktor produksi yang harus berperan aktif untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga dengan cara masuk angkatan kerja, sebagaiman yang diungkapkan Bellamy dalam Ananta (2004:149) bahwa kekuatan yang paling kuat mendorong anak -anak ke dalam lingkungan pekerjaan yang membahayakan dan melemahkan adalah eksploitasi terhadap kemiskinan. Dengan adanya faktor ini, mau tidak mau anak terpaksa ikut serta bekerja. Salah satu kesempatan untuk menambah penghasilan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, modal, keahlian, dan keterampilan yang terbatas adalah bekerja di sektor informal. Pekerjaan ini tidak hanya dilakukan oleh penduduk usia kerja saja melainkan anak-anak di bawah usia kerja yang terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan sektor informal yang banyak diminati pekerja anak adalah menjadi pekerja rumah tangga, karena merupakan lapangan pekerjaan yang mudah ditemukan dan tidak membutuhkan persyaratan formal. Banyak orang yang percaya bahwa bekerja sebagai pekerja rumah tangga merupakan jalan yang

mudah bagi anak untuk keluar dari kemiskinan. Pekerja anak yang bekerja di sektor rumah tangga disebut pekerja rumah tangga anak (PRTA). Bekerja sebagai pekerja rumah tangga merupakan jenis pekerjaan yang tidak terlalu mudah untuk dikerjakan pada usia anak karena membutuhkan energi yang cukup untuk mengerjakan kegiatannya. Biasanya pekerjaan sehari-hari yang dilakukan PRTA adalah melakukan pekerjan domestik, seperti mencuci, mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah. Kehadiran pekerja rumah tangga anak biasanya direkrut melalui jalur resmi seperti agen dan yayasan atau melalui jalur informal seperti melalui keluarga, kerabat, tetangga dan lain-lain. Eksistensi pekerja rumah tangga anak cukup besar dan tersebar pada hampir seluruh keluarga kelas menengah di Indonesia bahkan cenderung meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan hasil Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Jurnal Perempuan (2005:51), menyatakan bahwa Survei Modul Kependudukan tahun 2001 mencatat bahwa jumlah Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Indonesia mencapai 570.059 jiwa dan 26,7 persen di antaranya (154.184 jiwa) adal ah pekerja rumah tangga anak. Pada tahun 2003, International Labour Organization (ILO) bekerjasama dengan Jurusan Kesejahteraan Sosial Fisip UI mengungkapkan bahwa jumlah PRTA mencapai 688.132 jiwa atau 34,84 persen dari jumlah total 2.593.399 jiwa PRT yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun data jumlah pekerja rumah tangga di Sumatera menurut ILO pada tahun 2003 dalam jurnal perempuan yaitu:

Tabel 3. Hasil International Labour Organization (ILO) Jumlah PRT di Sumatera Provinsi Jumlah Rumah Tangga Jumlah PRT Persentase PRT terhadap rumah tangga(%) Jumlah PRTA Persentase PRTA terhadap PRT (%) Sumatera Utara 2.480.267 36.129 1.46 4.202 15.27 Sumatera Barat 949.721 22.911 2.42 9.471 54.29 Riau 1.066.060 37.819 3.55 9.756 33.88 Jambi 553.470 4.040 0.73 692 22.50 Sumatera Selatan 1.516.105 38.416 2.53 14.293 48.87 Bengkulu 321.591 17.559 5.46 9.185 68.70 Lampung 1.518.256 60.491 3.98 16.968 36.86 Bangka Belitung 215.012 783 0.36 0 0.00 Jumlah 8.620.482 218.148 2.56 64.567 35.04 Sumber: Survei ILO IPEC tahun 2003 Dari data diatas dapat dilihat bahwa Provinsi Lampung termasuk pada urutan pertama di Wilayah Sumatera yang memiliki jumlah pekerja rumah tangga terbanyak, dimana terdapat 60.491 jiwa pekerja rumah tangga usia dewasa dan 16.968 jiwa pekerja rumah tangga usia anak. Sungguh miris melihat banyaknya usia anak yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga anak karena ketika mereka terpaksa memilih untuk bekerja maka kesempatan bermain, tumbuh kembang dan akses kesehatan, komunikasi dan informasi, istirahat dan rekreasi, berpartisipasi secara aktif dalam mengemukakan pendapatnya, bahkan kesempatan untuk belajar, pelatihan dan memperoleh pendidikan akan berkurang bahkan hilang padahal pendidikan sangat berguna untuk masa depan anak.

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh human right watch dari 44 pekerja anak di Indonesia yang diwawancarai mengenai kesempatan pendidikan, hanya satu yang diperbolehkan menghadiri sekolah formal oleh majikannya (http://hrw.org/indonesian/docs/2005/). Dari uarian ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti apa saja faktor-faktor yang menghambat kesempatan pendidikan pekerja rumah tangga anak mengingat Pemerintah telah menyelenggarakan program kesetaraan paket A, paket B, dan paket C yang difokuskan pada masyarakat yang tidak mampu menyelesaikan pendidikan formal. Tabel. 4 Jumlah Penduduk Dan Penduduk Usia Sekolah Kelurahan Negeri Besar Tahun 2008-2009 No. Nama Desa Jumlah Penduduk Seluruhnya Penduduk Usia 7-12 tahun 1 Negeri Besar 2335 368 163 2 Tiuh Baru 1942 347 171 3 Kiling-Kiling 1554 352 159 4 Kali Awi 1201 312 184 Jumlah 7.032 1379 677 Penduduk Usia 13-15 Tahun Sumber: Rangkuman Data Penduduk Usia Sekolah Tahun 2008 Atau Data Dari Kelurahan Negeri Besar Adapun data mengenai pekerja rumah tangga anak (PRTA) menurut hasil observasi PKPA Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

Tabel. 5 Hasil Observasi PKPA (2008) Jumlah PRTA Di Negeri Besar No. Pendidikan Jumlah PRTA Seluruhnya Jumlah PRTA Usia 7-12 tahun Jumlah PRTA Usia 13-15 Tahun Persentase (%) 1 Masih Sekolah 11 3 8 9% 2 Tidak Bersekolah 43 10 33 83% 3 Tidak Tamat SD 10 4 6 8% Jumlah 64 17 47 100% Sumber: hasil observasi PKPA 2008 Berdasarkan hasil observasi PKPA (2008) dapat disimpulkan bahwa: 1. Adanya anak-anak perempuan dari berbagai Kecamatan Negeri Besar maupun dari luar Kecamtan Negeri Besar seperti dari Lampung Utara, bekerja sebagai pekerja rumah tangga anak (PRTA) untuk pekerjaan kerumah-tanggaan maupun mengasuh anak. 2. Selama 26 hari observasi, ditemukan 64 orang PRTA dengan variasi umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun. 3. Sebanyak 11 orang (9 persen) masih sekolah dan 43 orang (83 persen) tidak bersekolah, diantaranya 10 (8 persen) orang tidak menamatkan sekolah dasar. 4. Hanya sembilan orang dalam observasi yang ditemukan berasal dari Kecamatan Negeri Besar. Selebihnya berasal dari desa-desa di 13 kabupaten/kota di Way Kanan (53 orang), serta 8 orang berasal dari luar Kabupaten Way Kanan yaitu Lampung Utara (tujuh orang), Palembang (dua orang). (http://www.lbh-apik.or.id/fact-62%20prta.htm)

Dari fenomena diatas masih banyaknya pekerja rumah tangga anak (PRTA) yang memiliki tingkat pendidikan rendah sehingga menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam penelitian ini. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Apa saja faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak di kelurahan Negeri Besar? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak di kelurahan Negeri Besar. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu sosial pada khususnya sosiologi yang berkaitan dengan masalah sosial dan dapat dijadikan bahan masukan untuk proses penelitian yang akan datang berhubungan dengan masalah sosial khususnya masalah pekerja rumah tangga anak.

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan muncul beberapa rekomendasi solusi pemerintah, orangtua pekerja rumah tangga anak.