I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keanekaragaman sumberdaya alam, salah satunya adalah dalam bidang

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

BAB I PENDAHULUAN. energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Tidak perlu di ragukan lagi

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Suplemen 2. tahun. Pergerakan. masih. beras. sebesar 1%, lebih. masih per hektar 4. P200 yaitu. Badan. Pusat Statistik 3

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa. Menurut data RENSTRA KEMENTAN (2015) dalam lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian dilaksanakan melalui 2 (dua) program. Program peningkatan ketahanan pangan dan (2) Program

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. salah satu negara berkembang yang mayoritas. penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian.

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

Peran Bank Jateng Dalam Implementasi Program. Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi (KKP-E)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Perkembangan suatu usaha tani dipengaruhi ketersediaan modal. Modal

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN JANGKA PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

KREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA DAN PELUANG PERBANKAN 1 )

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Palawija dan hortikultura merupakan bagian dari tanaman pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEYNOTE SPEECH. Pada Seminar Nasional MENUJU PENDIRIAN BANK PERTANIAN (IPB International Convention Center, Bogor, 11 Mei 2009)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2013

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kabupaten Pringsewu terletak pada posisi

STABILISASI HARGA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

REVITALISASI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

Keynote Speech. Menteri Pertanian Republik Indonesia PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN

Ketahanan Pangan. Laporan Komisi ke Menko Perekonomian KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DAN PEMBIAYAAN PERBANKAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional.walaupun demikian, sektor pertanian masih dihadapkan pada beberapa permasalahan, diantaranya adalah kurangnya permodalan bagi petani dan pelaku usaha pertanian (Ashari, 2009) Perbankan nasional, secara teori memiliki potensi besar sebagai pendukung pembiayaan pertanian karena secara legal dan formal merupakan lembaga intermediasi keuangan. Kebutuhan modal diperkirakan akan semakin meningkat dimasa datang, seiring dengan semakin melonjaknya harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja. Dengan kecenderungan seperti ini, maka peran lembaga keuangan seharusnya akan signifikan. Karena pembiayaan sektor pertanian dari anggaran pemerintah, sangatlah tidak memadai serta bukan pilihan yang bijaksana mengingat semakin besar beban anggaran yang harus ditanggung pemerintah untuk pembiayaan pembangunan keseluruhan sektor. Kontribusi kredit perbankan terhadap sektor pertanian masih sangat rendah meskipun bidang tersebut sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi.tingginya persepsi risiko menjadi penyebab rendahnya ekspansi kredit pada sektor pertanian. Kondisi minimnya pembiayaan perbankan untuk sektor pertanian disebabkan oleh 3 (tiga) hal, yaitu : (1) pengalaman dan trauma beberapa bank menghadapi kredit bernasalah sewaktu mengucurkan kredit pertanian. (2) aturan BI yang cukup ketat agar bank prudent (kehati-hatian) dalam penyaluran dana, serta (3) banyak bank khususnya bank besar yang tidak memiliki pengalaman menyalurkan kredit mikro (Indiastuti, 2005). Menurut Kuncoro (2011) dalam penyaluran kredit atau pemberian kredit, harus dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent), dimana prinsip tersebut tercermin dalam kebijakan pokok perkreditan, tata cara dan prosedur penilaian kualitas kredit, profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan. Dengan melihat hasil sub sektor pertanian sebagai pemasok utama kebutuhan hidup, maka sub sektor pertanian ini sangat strategis kedudukannya dari pada sub sektor lainnya.indonesia merupakan negara yang mempunyai luas areal pertanian yang begitu dominan, sehingga Indonesiapun mempunyai predikat sebagai negara agraris. Maka strategi pembangunan ekonomi 1

pada sektor pertanian dan industri pertanian hendaknya dapat menjadi tonggak pembangunan karena sumber daya alam di Indonesia sangat melimpah, selain itu juga ketersedian sumber daya manusia yang banyak, dan tradisi bertani yang mendarah daging dengan sendirinya mengandung konsekuensi untuk membangun infrastruktur yang memadai, teknologi dan industri yang tepat guna serta pemasaran hasil pertanian yang kompetitif. Makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras, karena sebagian besar penduduk Indonesia belum dapat menggantikan peran beras dengan makanan yang bersumber karbohidrat lainnya, sedangkan kemampuan petani Indonesia dalam menyediakan kebutuhan pokok pangan rakyat selama ini tidak bisa mencukupi sehingga guna menjamin stok cadangan beras secara nasional pemerintah setiap tahun selalu mengimpor beras. Hal ini sangat ironi, karena mengingat begitu luasnya areal pertanian yang dimiliki oleh Indonesia, juga jumlah sumberdaya manusia (petani) yang banyak, maka harusnya swasembada pangan dapat dilakukan dengan optimal bagi Indonesia, sehingga kebijakan untuk impor beras tidak perlu lagi dilaksanakan. Karena pengadaan beras selalu terkait dengan aspek ketahanan pangan yang merupakan konsep multidemensial yang tidak terpaku pada masalah produksi dan distribusi saja tetapi juga terkait dengan harga gabah, kebijakan impor, kebijakan perkreditan, penyelundupan dan lain-lain.pembangunan pertanian diharapkan dapat memperbaiki pendapatan penduduk secara merata dan berkelanjutan, karena sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian disektor pertanian. Karena hal ini sejalan dengan target utama Kementrian Pertanian 2010-2014 yang meliputi : (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta (4) peningkatan kesejahteraan petani. Untuk keberhasilan peningkatan produksi dalam pencapaian swasembada pangan, tidak terlepas dari peran Pemerintah melalui penyediaan program kredit dengan suku bunga rendah.pada umumnya, jika ditinjau dari aspek pendanaan kredit, kredit dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : (a) Kredit bersubsidi (kredit program), yakni kredit yang disediakan pemerintah dalam membiayai berbagai program sektor ekonomi dengan bunga yang rendah dan persyaratan yang ringan dan (b) Kredit komersial, yakni kredit yang di berikan oleh perbankan dengan persyaratan-persyaratan yang berlaku umum atau yang berlaku di pasar. 2

Kredit pertanian termasuk kredit salah satu kredit program, karena yang menghasilkan barang berupa bahan makanan apalagi bahan pokok kebutuhan penduduk, sehingga sangatlah penting jika perbankan dan pemerintah untuk mengutamakan kredit tersebut. Kredit sektor pertanian ini secara teknis perkreditan dan sosial ekonomi memerlukan suatu kajian secara khusus, hal ini tidak terlepas faktor-faktor kehidupan petani, pedesaan, kepadatan penduduk, semakin sempitnya tanah garapan, adat istiadat dan tata kehidupan yang tidak berubah, serta kemampuan SDM petani itu sendiri. Kredit pada sektor pertanian ini pada umumnya adalah kredit program yang merupakan kredit masal dan sering bersifat politis, kredit yang bersifat masal seringkali memberikan beban berat kepada bank BUMN khususnya bank pemerintah yang lebih dominan memberikan kredit pada sektor ini. Kebijakan dibidang perkreditan yang ditempuh pemerintah sebagai bagian integral dari kebijakan pembangunan ekonomi nasional bersifat pragmatis dan senantiasa disesuaikan dengan perkembangan permasalahan pokok yang dihadapi perekonomian nasional.guna meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerintah berupaya memberikan bantuan modal dana murah melalui kredit perbankan yang bersifat masal antara lain dengan mengeluarkan kebijakan kredit di sektor pertanian berupa Kredit Usaha Tani (KUT). KUT inimerupakan kredit program merujuk pada ekonomi kerakyatan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu pertanian sehingga pendapatan dansekaligus meningkatkan taraf hidup petani, yaitu dengan memberikan kredit secara masal pada para petani. Sejak berlakunya UU No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, maka Fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), tidak tersedia lagi sumber dana dari LKBI dan Pemerintah bekerjasama dengan perbankan pada tahun 2000 menerbitkan Skim Kredit Ketahan Pangan (KKP), dengan sumber dana kredit berasal dari perbankan dan subsidi bunga bagi petani dan peternak disediakan oleh Pemerintah, hal ini sejalan dengan tujuan perbankan Indonesia yaitu untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Kedaulatan pangan merupakan prasyarat untuk mewujudkan ketahanan pangan. Dari prespekif inilah, pangan dan pertanian harusnya tidak diletakkan pada pasar yang rentan, tetapi ditumpukkan pada kemampuan sendiri. Untuk mewujudkan kedaulatan pangan, peran serta pemerintah sangat diperlukan. Melalui penjaminan akses pada setiap petani atas tanah, air, bibit dan kredit pada sektor pertanian. 3

Pada tahun 2007, dikembangkan lagi dari Kredit Usaha Tani (KUT) menjadi Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang merupakankredit modal kerja dan atau investasi bagi petani/peternak yangdisediakan bank pelaksana, melalui syarat pelunasan kredit usaha tani (KUT) terlebih dahulu dan ditujukan untuk membantu memenuhi permodalan petani/peternak dengan suku bunga yang disubsidi oleh Pemerintah agar petani/peternak dapat menerapkan teknologi rekomendasi budidaya yang dianjurkan. Dalam perkembangannya KKP mengalami penyesuaian,mulai Oktober 2007 KKP disempurnakan menjadi KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi). Hal ini mengadopsipengembangan energi lain yang berbasis sumber energynabati. Energi alternatif lain dimaksud disini berbasis ubi kayu/singkong dan tebu yang diintegrasikan dengan Skema KKP yang telah ada sehingga berubah menjadi Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Pola penyaluran KKP-E yaitu executing. Untuk kelancaran pelaksanaan KKP-E dalam penyaluran danpengembalian kredit dapat berjalan dengan baik di tingkatlapangan, perlu disusun Pedoman Teknis Skema Kredit Ketahanan Pangan dan Energi yang disempurnakan sesuai perkembangan dan kebutuhan. KKP-E bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana kredit yang disediakan oleh perbankan untuk petani/peternak/pekebun yang memerlukan pembiayaan usahanya secara efektif, efisien dan berkelanjutan serta mendukung peningkatan produksi dalam peningkatan ketahanan pangan nasional dan ketahanan energi lain melalui pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati. Sasaran KKP-E adalah tersalurnya KKP-E kepada petani dan peternak yang membutuhkan pembiayaan/ kredit secara lancar dalam pengembalian kreditnya, dan peningkatan penerapan teknologi anjuran bagi petani/ peternak yang memanfaatkan pembiayaan/kredit yang akhirnya terjadi peningkatan produktivitas usaha. Realisasi penyaluran KKPE secara nasional pada Bank Umum yang tercatat sampai bulan Maret 2010 (secara komulatif) adalah sebesar Rp 8,77 trilyun, dan yang terbesar adalah dicapai oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) yaitu penyaluran secara komulatif sebesar Rp 4.64 trilyun. (Laporan Akhir Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan Pertanian, Kementan, 2010) Berikut ini adalah penyaluran KKPE pada tingkat Nasional yang telah disalurkan oleh Bank Umum maupun Bank Pembangunan Daerah dari masing-masing provinsi sampai pada bulan Maret 2010 adalah sebagai berikut : 4

Tabel 1.1 Realisasi Penyaluran KKPE Tingkat Nasional 2010 Bank Pelaksana Realisasi (Rp Juta) Bank Umum 8.774.621 BRI 4.635.056 BNI 455.499 Bank Mandiri 682.769 Bank Bukopin 935.086 BCA 40.508 Bank Agro Niaga 1.540.400 BII 70.875 Bank CIMB Niaga 354.780 Bank Danamon 59.648 Bank Artha Graha 0 Bank Pembangunan Daerah 631.177 BPD Jabar 64.048 BPD Jateng 29.341 BPD DIY 5.699 BPD Jatim 273.686 BPD Sumut 317 BPD Sumbar 2.405 BPD Sumsel 3.086 BPD Bali 236.724 BPD Kalsel 6.013 BPD Sulsel 440 BPD Papua 7.998 BPD Riau 150 9 BPD Ex KKP 2.270 Total 9.405.798 Sumber : Laporan Akhir Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan Pertanian, Kementan, 2010 Penyaluran KKPE oleh Bank Umum, lebih banyak disalurkan oleh BRI.Hal ini dikarenkan BRI mempunyai akses yang mudah dijangkau, karena unit-unit BRI sebagian besar ada di daerah pedesaan.berikut ini, merupakan penyaluran KKPE oleh Bank Umum (BRI) secara Nasional sampai pada bulan September 2014, adalah sebagai berikut : 5

Tabel 1.2 Nilai KKPE Yang di Salurkan Oleh BRI Secara Nasional (dalam trilyun Rp) Tahun Nilai Yang Disalurkan 2009 1.2 2010 1.6 2011 2.1 2012 2.5 2013 2.9 2014 (September) 3 Sumber : Kompas Edisi 28 November 2014 hal 47 Peran kredit perbankan sangat strategis dalam pengembangan sektor pertanian ini, sedangkan kredit sektor pertanian sampai saat ini perkembangannya terlalu rendah hanya 5,6 % dari portofolio kredit secara nasional. Sehingga hal tersebut sangat kecil bila dibandingkan dengan kredit konsumsi atau investasi pada perbankan, oleh karena itu, pencapaian kedaulatan pangan dan kemandirian pangan di Indonesia belum terlaksana secara optimal. Hal ini disebabkan karena factor persepsi risiko itu sehingga masalah musim yang tidak menentu berpotensi gagal bayar atau pengembalian tinggi. Kalangan perbankan pada umumnya berkilah, pembiayaan sektor pertanian tergolong berisiko tinggi karena banyaknya factor penyebab, diantaranya perbahan cuaca yang ekstrim, kegagalan panen, bencana alam, infrasuktur yang buruk, keterbatasan lahan untuk ekstensifikasi, kelangkaan pupuk, dan teknologi pertanian yang terbatas. Faktor tersebutlah yang menyebabkan perkembangan kredit untuk sektor pertanian masih rendah. Penelitian ini memiliki fokus penelitian di Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Kudus merupakan Kabupaten dengan luas wilayah terkecil di Jawa Tengah, yaitu sebesar 42.515 ha, yang terdiri atas 9 kecamatan, 123 desa,dan 9 kelurahan. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor industri pengolahan, yaitu 41,82%. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya industri pengolahan khususnya rokok, yang ada di Kabupaten Kudus. Sedangkan sektor kedua adalah sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan dengan presentase rata- rata sebesar 16,17%. Diikuti dengan sektor perdagangan dan bangunan (Kudus dalam angka 2012). 6

Sentra komoditas pertanian di Kabupaten Kudus meliputi sentra beras, holtikultura, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Sentra beras di Kabupaten Kudus berada di Kecamatan Undaan merupakan sentra pangan utama yang telah ditetapkan sebagai kawasan lumbung pangan Kudus, dan Kecamatan Mejobo. Program KKP-E di Kabupaten Kudus tergolong masih rendah, karena hanya sekitar 4% dari portopolio kredit yang tercatat dalam perbankan di Kabupaten Kudus. (Sumber dari laporan data realisasi KKP-E Tani BRI KCP Kudus, 2014) Petani di Kabupaten Kudus, cenderung lebih sering mengakses kredit dari pihak informal dengan bunga yang tinggi sebagai modal.petani sering merasa kesulitan dalam mengakses pinjaman yang dikeluarkan oleh lembaga pembiayaan formal karena persyaratan yang dinilai berbelit, memerlukan agunan, dan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, alokasi kredit untuk sektor pertanian cenderung kecil apabila dibandingkan dengan alokasi kredit untuk sektor perekonomian yang lain. Berdasarkan uraian diatas, maka kajian yang dilakukuan adalah untuk mengetahui pengembalian Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) padi di Kabupaten Kudus. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana macam penggunaan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) yang diambil oleh petani padi di Kabupaten Kudus dan berapa proporsi yang digunakan petani untuk usahatani padi? 2. Berapa tingkat pengembalian Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) yang sudah dibayarkan oleh petani padi di Kabupaten Kudus dan bagaimana tingkat kelancaran serta kemampuan pengembalian Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) oleh petani padi di Kabupaten Kudus? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini, adalah : 1. Untuk mengetahui macam penggunaan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) oleh petani di Kabupaten Kudus dan untuk mengetahui proporsi Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) yang digunakan usahatani padi. 7

2. Untuk mengetahui tingkat pengembalian Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP- E) yang sudah dibayarkan oleh petani padi dan untuk mengetahui tingkat kelancaran serta kemampuan pengembalian Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) oleh petani padi di Kabupaten Kudus. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Agribisnis khususnya : a. Dapat menambah kekayaan (perbendaharaan) kepustakaan mengenai analisis keberhasilan program kredit KKP-E b. Sebagai referensi penelitian lanjutan mengenai kredit perbankan khususnya di sektor pertanian (KKP-E). 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi (input) didalam penggunaan kredit perbankankhususnya pada sektor pertanian (KKP-E) dengan tepat sasaran yang diambil oleh petani, sehingga dapat digunakan sebagai refrensi untuk menilai keberhasilan dari program kredit (KKP-E). Selain itu juga dapat digunakan sebagai sumbangan informasi bagi perbankan di Kabupaten Kudus, dan Jawa Tengah pada umumnya serta Pemerintah dalam menetapkan kebijakan perkreditan pada sektor pertanian. 8