BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum TK Purwanida I

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

LAMPIRAN. Cumulative Percent Valid di bawah lidah di ketiak Total

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-

LAMPIRAN 1 : Tabel. Usia Anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan. berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial dan

OLEH: IMA PUSPITA NIM:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sangat berlebihan dan juga tidak realistik, seperti selalu memanggil petugas kesehatan walaupun demamnya tidak tinggi (Youssef et al, 2002).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KUISIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN LEDENG RW 01 KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2009

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

TEKNIK PERAWATAN METODE KANGURU. Tim Penyusun

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PERBEDAA EFEKTIVITAS KOMPRES AIR HA GAT DA KOMPRES AIR BIASA TERHADAP PE URU A SUHU TUBUH PADA A AK DE GA DEMAM DI RSUD TUGUREJO SEMARA G

Manfaat Minum Air Putih

Lampiran 1. Panduan wawancara. Perilaku kesehatan ibu hamil yang menderita malaria pada suku Amungme di Timika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU- ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ini sering dihadapi oleh tenaga kesehatan. Secara tradisional, demm diartikan

2

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

: Permohonan Wawancara. Cirebon, Juli Kepada Yth. Bapak/Ibu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

LAMPIRAN 1 Tabel Karakteristik contoh Usia

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

7. Penghasilan per bulan : a. < Rp b. > Rp PENGETAHUAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan kedokteran

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

BAB III METODE PENELITIAN

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. I. Data Pribadi : Tami Fediani Tempat/ Tanggal Lahir : Pekanbaru/ 15 Februari 1991

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

1. FAUZI DWI SEPTIAN I4B YULIA NUR CAHYANI I4B INTAN NURDIANA

Wawancara Partisipan 1

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

TEKNIK PERAWATAN METODE KANGURU. Tim Penyusun

: Indah Triana Sari Pohan Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 25 September 1989

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

EFEKTIFITAS KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK DEMAM USIA 1-3 TAHUN DI SMC RS TELOGOREJO SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 (Rekapan Jawaban Kuesioner dari Pasien Penderita TBC)

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

BAB I PENDAHULUAN. jamur, atau parasit (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani M; 2013).

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan cluster. random sampling, observasi lingkungan serta melihat penderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum RSUD Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. A DENGAN HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR

Lampiran 1. Informed Consent. Penjelasan prosedur

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

PENJELASAN PENELITIAN. : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor

riwayat personal-sosial

KARAKTERISTIK INFORMAN

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

STRATEGI PELAKSANAAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA, PEMENUHAN NUTRISI

MATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum TK Purwanida I TK Purwanida I terletak di Jalan Srikandi No 12 Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Berikut adalah peta lokasi dari TK Purwanida I. Gambar 4.1 Peta lokasi TK Purwanida I Sumber : (Web Pemkot Salatiga, 2016) (http://salatigakota.go.id/tentangpeta.php) 34

35 Lingkaran merah pada gambar menunjukkan lokasi daerah TK Purwanida I. Tiga dari lima orang partisipan mengatakan bahwa letak rumah mereka tidak terlalu jauh dengan pusat pelayanan kesehatan. Namun, kejadian demam pada anak masih cukup sering terjadi. Menurut pernyataan semua partisipan, dalam satu tahun terakhir anak mereka sudah terkena demam sebanyak 3-4 kali. Di TK Purwanida I ada sebanyak 72 orang anak yang bersekolah di TK tersebut, dengan usia rata-rata murid yaitu 4-6 tahun. Tenaga pengajar di TK Purwanida I adalah sebanyak 5 orang guru. Data ini digunakan oleh peneliti sebagai dasar pengambilan sampel. 35

36 4.1.2 Proses Pelaksanaan Penelitian 4.1.2.1 Sebelum Penelitian Pertama-tama, peneliti menyiapkan beberapa hal yang menunjang pelaksanaan penelitian dan terlebih dahulu menentukan karakteristik partisipan berdasarkan metode pemilihan sampling. Peneliti mulai mempersiapkan surat ijin untuk penelitian pada tanggal 18 April 2016. 4.1.2.2 Saat Penelitian Wawancara penelitian ini mulai dilakukan pada bulan April dan Juni 2016. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (In depth interview) dan sebelumnya peneliti sudah menyiapkan panduan wawancara dengan menentukan indikatorindikator yang akan diukur seperti ketepatan ibu menangani demam pada anak. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada partisipan mengenai tujuan dan maksud dari penelitian ini. Setelah partisipan menyetujui dan menandatangani informed consent, kemudian peneliti akan melakukan kontrak waktu untuk wawancara. 4.1.2.3 Sesudah Penelitian Setelah peneliti selesai melakukan wawancara kemudian peneliti melakukan member check dengan partisipan. 36

37 Berikut adalah tabel dari kegiatan penelitian yang sudah dilakukan. Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian Partisipan Waktu Tanggal 1 09.10-10.15 18 April- 09.00-10.20 09 Juni 2 10.15-11.30 18 April- 09.00-10.20 03 Juni 3 09.00-10.25 19 April- 10.20-11.30 9 Juni 4 10.25-11.30 19 April- 09.00-10.30 10 Juni 5 09.00-1025 20 April- 09.00-10.25 11 Juni Kegiatan Setiap Pertemuan Mengucapkan salam pada partisipan. Memberikan penjelasan penelitian. Tanda tangan pada informed consent. Melakukan wawancara Mengucapkan terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk wawancara. Sumber : (Data Primer, 2016) Kegiatan dalam tabel merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti setiap mengadakan pertemuan dengan partisipan. 37

38 Pada saat melakukan wawancara penelitian, ada kemudahan dan kendala yang dialami oleh peneliti. Kemudahan dalam penelitian ini adalah semua yang menjadi partisipan dalam penelitian ini bisa berbahasa Indonesia dengan baik, sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan partisipan dan komunikasi yang terjalin dapat dipahami dan dimengerti oleh kedua belah pihak. Sedangkan, kendala yang dialami peneliti adalah kesulitan untuk melakukan wawancara selanjutnya dikarenakan partisipan yang sibuk dengan pekerjaan, untuk mengatasi kendala tersebut peneliti membuat kontrak waktu untuk mengadakan wawancara kedua kali dengan partisipan yang bertujuan untuk melengkapi data-data yang masih kurang atau belum lengkap. 38

39 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Gambaran Umum Partisipan Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah lima orang ibu yang anaknya bersekolah di TK Purwanida I, Kecamatan Sidomukti Salatiga yang sebelumnya sudah dipilih oleh peneliti berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. 4.2.1.1 Identitas Partisipan 1 (P1) Nama Jenis Kelamin Usia : Ny. H : Perempuan : 29 Tahun Ny. H adalah seorang ibu yang pernah merawat demam pada anaknya. Menurut Ny. H demam yang dialami anaknya dalam satu tahun terkhir adalah 3-4 kali. Menurut keterangan Ny. H rumahnya cukup dekat dengan Pusat Pelayanan Kesehatan. Pekerjaan Ny. H disini adalah sebagai Ibu Rumah Tangga. Keseharian Ny. H yaitu mengantar anaknya sekolah, memasak, dan mengurus keperluan rumah tangga lainnya. Pendidikan terakhir yang sudah ditempuh Ny. H adalah SMA. 39

40 4.2.1.2 Identitas Partisipan 2 (P2) Nama Jenis Kelamin Usia : Ny. R : Perempuan : 30 Tahun Ny. R adalah seorang ibu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan terakhir yaitu lulusan SMK. Ny. R memiliki anak yang bersekolah di TK Purwanida I. Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan, diketahui bahwa anak Ny. R pernah mengalami demam. Adapun dalam 1 tahun terakhir, anak tersebut mengalami demam sebanyak 3 kali. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh Ny.R adalah mengantar anak sekolah, memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Menurut keterangan Ny.R, tempat tinggalnya tidak jauh dari Pusat Pelayanan Kesehatan. 4.2.1.3 Identitas Partisipan 3 (P3) Nama Jenis Kelamin Usia : Ny. W : Perempuan : 42 Tahun Ny. W adalah seorang ibu dengan usia 42 tahun. Ny.W memiliki anak yang bersekolah di TK 40

41 Purwanida I dan anaknya tersebut pernah mengalami demam. Dalam 1 tahun belakangan ini kejadian demam yang dialami oleh anaknya sudah sebanyak 3 kali. Ny. W tinggal di daerah yang cukup jauh dengan Pusat Pelayanan Kesehatan. Ny. W sebagai Ibu Rumah Tangga memiliki keseharian diantaranya mengantar anaknya sekolah, memasak, mencuci, dan mengurus berbagai keperluan rumah tangga lainnya. Pendidikan terakhir yang sudah ditempuh oleh Ny. W adalah SD. 4.2.1.4 Identitas Partisipan 4 (P4) Nama Jenis Kelamin Usia : Ny. P : Perempuan : 31 Tahun Ny. P sama seperti partisipan lainnya, Ny. P juga pernah merawat anaknya saat demam. Menurut Ny. P demam yang dialami anak dalam satu tahun terakhir adalah sebanyak 3-4 kali. Ny. P mengatakan bahwa tempat tinggalnya cukup jauh dari Pusat Pelayanan Kesehatan. Pekerjaan Ny. P adalah sebagai Buruh yang pekerjaannya tidak menentu. Keseharian Ny. P 41

42 adalah mengantar anak sekolah, memasak, lalu pergi bekerja. Pendidikan terakhir Ny. P adalah SLTP. 4.2.1.5 Identitas Partisipan 5 (P5) Nama Jenis Kelamin Usia : Ny. N : Perempuan : 45 Tahun Ny. N merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 45 tahun dengan latar belakang pendidikan terakhir yakni SLTP. Ny.N memiliki anak yang pernah mengalami sakit, diataranya adalah demam. Ny. N mengatakan dalam satu tahun terakhir anak sudah mengalami demam sebanyak 3-4 kali. Menurut Ny. N tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dengan Pusat Pelayanan Kesehatan. Pekerjaan Ny. N adalah sebagai Ibu Rumah Tangga. Kesehariannya yaitu mengantar anak sekolah, memasak, mencuci, membersihkan rumah dan mengurus berbagai keperluan dalam rumah tangga. 42

43 4.2.2 Hasil Penelitian Berdasarkan analisis data dari hasil wawancara kepada kelima partisipan, diperoleh hasil penanganan demam yang dilakukan oleh para ibu terhadap anaknya sebagai berikut : I. Memberikan Istirahat Penanganan pertama yang diberikan oleh 5 orang partisipan adalah memberikan anak waktu yang cukup untuk beristirahat. Menurut 5 partisipan, istirahat berupa tidur siang ini akan diberikan jika anak mereka sedang sakit, karena biasanya anak mereka tidak tidur siang jika anak dalam keadaan sehat. Ketika badan anak sedang panas, kelima partisipan mengusahakan agar anak bisa istirahat cukup yaitu tidur siang 1-2 jam. Hal ini dapat dilihat pada pernyataan keempat partisipan sebagai berikut: P1 (baris 45) : Kalau anak saya demam, biasa saya suruh istirahat tidur siang 1-2 jam. P2 (baris 54) : Iya mbak, paling satu jam setengah atau lebih, yang penting istirahat mbak dari pada anaknya main terus. P3 (baris 59) : Ya paling tidur satu sampai dua jam. P4 (baris 62 dan 64) : Tidur siang mbak. 1 jam sampai 2 jam mbak. P5 (baris 55) : Iya mbak saya suruh tidur 1-2 jam 43

44 Dari hasil tersebut di atas, diketahui bahwa menurut kelima partisispan, istirahat di siang hari diperlukan oleh anaknya. Mereka mengusahakan agar anak beristirahat dengan cukup supaya anak tidak terlalu banyak bermain (beraktivitas) yang dapat menjadikan anak mereka kelelahan. II. Kompres Air Hangat Suam-Suam Kuku Selain memberikan penanganan demam berupa istirahat, ketiga orang partisipan juga memberikan penangan demam dengan menggunakan kompres air hangat, yaitu dilakukan oleh P1, P2 dan P5. Berikut pernyataan ketiga partisipan terkait dengan penggunaan kompres air hangat : P1 (baris 57) : Iya mbak saya pakai kompres air hangat soalnya tadi kalau pakai air dingin anak saya bisa menggigil, kalau pakai air hangat bisa menurunkan demam anak saya mbak. P2 (baris 69) : Saya pakainya cuma air hangat atau suam-suam kuku tok mbak. P5 (baris 71) : Saya cuma pakai air hangat saja mbak. Pertimbangan ketiga partisipan dalam pemilihan kompres air hangat ini adalah karena kompres air 44

45 hangat tidak menyebabkan anak menjadi menggigil. Berikut pendapat dari ketiga partisipan : P1 (baris 57) :...soalnya kalau pakai air dingin anak saya bisa menggigil, kalau pakai air hangat bisa menurunkan demam anak saya mbak. P2 (baris 71) : Kalau pakai air dingin anaknya nanti malah kedinginan mbak. P5 (baris 73) : Karena air hangat bisa menurunkan demam, kalau pakai air dingin nanti anak saya bisa menggigil. Dari hasil tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa menurut ketiga partisipan, kompres air hangat tidak membuat anak menjadi menggigil dan kompres air hangat juga dapat menurunkan demam pada anak, sehingga mereka memberikan penanganan tersebut kepada anak mereka. III. Kompres Air Dingin Selain penanganan dengan memberikan kompres air hangat yang dilakukan oleh ketiga orang partisipan sebelumnya, terdapat pula 2 orang partisipan yang memberikan penanganan demam dengan menggunakan kompres air dingin. Penangan demam dengan menggunakan kompres air dingin ini dilakukan oleh dua orang partisipan yaitu P3 dan P5. 45

46 Berikut pernyataan dari P3 dan P5 mengenai penggunaan kompres air dingin : P3 (baris 57) : Pakai dua-duanya mbak (kompres hangat dan dingin). P4 (baris 69) : Dua-duanya mbak, kadang dingin kadang hangat suam-suam kuku Kedua partisipan tersebut tetap menggunakan kompres air dingin untuk mengompres anak, meskipun mereka tahu bahwa kompres air dingin bisa menyebabkan badan anak menggigil. P3 (baris 69) : Lebih sering air hangat sih mbak. P3 (baris 71) : Kalau dingin anaknya tambah menggigil. P4 (baris 71) : Seringnya antara penggunaan air hangat dan dingin untuk kompres sama saja mbak. P4 (baris 73) : Ndak sih mbak, cuma kadang-kadang menggigilnya Dari hasil diatas, dapat kita ketahui bahwa P3 dan P4 sudah mengetahui dampak negatif dari penggunaan kompres air dingin untuk mengompres anak mereka yang sedang demam, tetapi mereka tetap saja menggunakan kompres air dingin tersebut. 46

47 IV. Pemberian Air Mineral Penanganan lain yang diberikan oleh ketiga orang partisipan tersebut diatas, selain dengan kompres air hangat, mereka juga mengupayakan untuk mencukupi kebutuhan minum anak dengan cara memberikan tambahan air mineral yang cukup untuk anak mereka yaitu 4-5 gelas per hari. Menurut ketiga partisipan, saat anak sehat, anak minum air sekitar 6-8 gelas per hari, dan saat anak mengalami demam, maka mereka akan memberikan tambahan air minum untuk anak. Ketiga partisipan tersebut adalah P1, P2, dan P5. Berikut pernyataan dari ketiga partisipan : P1 (baris 45) : Kalau anak saya demam, biasanya saya suruh istirahat tidur siang 1-2 jam, dan tambahan minum air putih 4-5 gelas.... P2 (baris 59) : Iya saya suruh minum, sehari biasanya 6-8 gelas, dan kalau lagi demam saya beri tambahan minum 4-6 gelas/hari. P5 (baris 59) : Iya mbak. Saya beri air minum tambahan 5-6 gelas sehari untuk mencegah dehidrasi. Menurut ketiga partisipan tersebut, pemberian air mineral yang cukup diberikan untuk menghindari terjadinya dehidrasi pada anak. 47

48 P1 (baris 53 ) : Mau mbak kalau minum air, kalau ndak mau biasanya saya bujuk sampai mau takutnya anak saya dehidrasi nanti. P1 (baris 41) : Dehidrasi itu kekurangan cairan,.... P1 (baris 43) : Kalau dehidrasi bisa dikarenakan anak kurang minum tetapi pengeluaran cairan dari dalam tubuhnya banyak misalnya lewat keringat. P2 (baris 63) : Mencegah anak saya supaya ga dehisrasi. Sementara itu dua orang partisipan lainnya yaitu P3 dan P4 mengatakan bahwa mereka hanya memberikan sedikit tambahan air minum untuk anak. Jika biasanya saat anak sehat anak minum 5-6 gelas, maka saat anak sakit, ibu hanya memberikan sedikit air tambahan untuk anak yaitu sekitar 1-2 gelas saja. Berikut pernyataan kedua partisipan terkait dengan pemberian air mineral : P3 (baris 27) : Iya biasa rewel mbak. P3 (baris 29) : Susah disuruh makan sama minum, kalau makan sih lumayan, minumnya yang susah. P3 (baris 31) : Ya minumnya sedikit mbak. P3 (baris 67) : Iya, tambahannya sekitar 2 gelas aja. P4 (baris 46) : Anaknya jadi rewel dan badannya panas. P4 (baris 48) : Rewelnya nangisan mbak terus badannya lemes, malas makan sama minum. 48

49 P4 (baris 52) : Makannya ya lumayan mbak, sehari tiga kali, kalau tambahan minum bisa 1 gelas lebih sampai 2 gelasan mbak.. Demikian pendapat dari kelima partisipan diatas yang dapat kita simpulkan bahwa P1, P2 dan P5 berusaha untuk memenuhi kebutuhan air mineral anaknya, dengan cara menambahkan asupan air minum 4-6 gelas per hari pada saat anak demam, hal tersebut mereka lakukan demi mencegah terjadinya dehidrasi pada anak. Jika anak mereka malas minum, mereka tetap berusaha untuk membujuk anaknya agar tetap mau minum air. Sedangkan menurut kedua partisipan lainnya, anak mereka menjadi rewel saat demam dan susah diberi makan dan minum, oleh karena itu ibu menjadi malas untuk membujuk anaknya supaya minum air lebih banyak. V. Penggunaan Selimut Tiga dari lima orang partisipan yaitu P1, P2, dan P5 mengatakan bahwa mereka tidak menggunakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal untuk menyelimuti anaknya. P1 (baris 55) : Saya cuma pakai satu selimut mbak dan ga terlalu tebal. 49

50 P2 (baris 65) : Ndak mbak, saya pakai selimutnya ga terlalu tebal P5 (baris 65) : Saya pakai selimut biasa mbak ndak terlalu tebal P1 (baris 43) : Kalau dehidrasi bisa dikarenakan anak kurang minum tapi pengeluaran cairan dari dalam tubuh banyak misalnya seperti lewat keringat. P2 (baris 67) : kalau terlalu tebal nanti anak saya mengeluarkan terlalu banyak keringat, kalau anak saya ndak mau minum malah nanti jadi kekurangan cairan mbak. P5 (baris 67) : Kalau terlalu tebal nanti anak saya terlalu banyak mengeluarkan keringat. P5 (baris 69) : Takutnya anak saya bisa dehidrasi mbak kalau mengeluarkan terlalu banyak keringat Sementara itu dua partisipan lainnya yaitu P3 dan P4 mengatakan bahwa mereka menggunakan selimut yang tebal untuk menyelimuti anak, karena menurut mereka badan anak menggigil saat demam sehingga mereka memberikan selimut yang tebal. P3 (baris 69) : Iya mbak pakai yang tebal biar ga menggigil. P4 (baris 77) : Yang tebal mbak. P4 (baris 79) : Soalnya anak saya menggigil kedinginan. Demikian pendapat para partisipan mengenai penggunaan selimut. Dapat kita ketahui bahwa tiga 50

51 orang partisipan yaitu P1, P2 dan P5, mereka tidak menggunakan selimut yang terlalu tabal untuk menyelimuti anak mereka yang sedang demamn dengan alasan untuk menghindari pengeluaran keringat berlebih. Mereka khawatir jika anak akan mengalami dehidrasi dikarenakan pengeluaran keringat berlebih tersebut. Sedangkan dua orang partisipan lainnya yaitu P3 dan P4, mereka menggunakan selimut yang tebal untuk menyelimuti anak dengan alasan anak mereka yang menggigil saat demam. VI. Penggunaan Obat Penurun Panas Kelima partisipan menggunakan obat paracetamol untuk menurunkan demam pada anak. Menurut P1, P2 dan P5 dosis obat paracetamol yang bisa diberikan pada anak usia 4-6 tahun adalah antara 100-200 mg. Menurut ketiga partisipan tersebut, jika suhu anak dibawah 38,3 o C tidak perlu diberikan obat penurun panas, tetapi jika sebelumnya anak memiliki riwayat kejang demam maka obat penurun panas perlu diberikan. Menurut mereka hal tersebut untuk menghindari kambuhnya kejang. Berikut pendapat dari ketiga partisipan tersebut : 51

52 P1 (baris 61) : Saya pakai obat Paracetamol, 2-3x/hari dengan dosis 100-200mg tiap pemberian. P1 (baris 63) : 125-200 setahu saya mbak. P1 (baris 65) : Menurut saya jika suhu anak dibawah 38,3 o C dan anak pernah kejang, obatnya perlu diberikan mbak uintuk menghindari kejangnya kambuh lagi. P2 (baris 73) : Pakai bye bye fever, obatnya paracetamol 3-4x/hari dengan dosis antara 120-125mg setiap pemberian. P2 (baris 75) : Tergantung dosis yang tertera di dus obatnya, biasanya 120-125mg. P5 (baris 75) : Biasanya pakai obat paracetamol (sanmol) mbak sehari 3x dengan dosis 5ml tiap pemberian. P5 (baris 77) : 5 ml mbak (125 mg). P5 (baris 79) : Iya mbak untuk menghindari terjadinya kejang. Sementara itu, menurut keterangan P3 dan P4 mereka tidak mengetahui berapa jumlah dosis obat paracetamol yang bisa diberikan untuk anak usia 4-6 tahun. Menurut mereka obat penurun panas tidak perlu diberikan jika suhu anak dibawah 38,3 o C (ada riwayat kejang). P3 (baris 80) : Ndak tahu pasti saya mbak. P3 (baris 84) : Ga perlu mbak. P4 (baris 85) : Ndak tahu mbak. P4 (baris 87) : Tidak perlu diberikan mbak. 52

53 Dari hasil tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa kelima orang partisipan disini semuanya menggunakan obat paracetamol untuk menurunkan demam pada anak. Tiga orang partisipan yaitu P1, P2 dan P5 mengetahui berapa jumlah dosis obat paracetamol yang bisa diberikan pada anak usia 4-6 tahun yaitu antara 100-200 mg, sedangkan untuk dua partisipan lainnya yaitu P3 dan P4, mereka tidak mengetahui berapa jumlah dosis obat paracetamol yang bisa diberikan pada anak usia 4-6 tahun. Menurut P1, P2 dan P5 obat penurun panas perlu diberikan jika suhu anak dibawah 38,3 o C yang sebelumnya pernah mengalami kejang, menurut mereka obat tersebut perlu diberikan untuk menghindari kambuhnya kejang. Sementara itu dua partisipan lainnya mengatakan hal yang sebaliknya, mereka mengatakan obat paracetamol tersebut tidak perlu diberikan meskipun sebelumnya anak memiliki riwayat kejang demam. 53

54 VII. Pengobatan ke Pusat Pelayanan Kesehatan Ada beberapa pertimbangan yang diberikan oleh kelima partisipan sebelum mereka membawa anak berobat ke pusat pelayanan kesehatan. Menurut P1, P2 dan P5 tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh dengan pusat pelayanan kesehatan dan mereka memanfaatkan pusat pelayanan kesehatan tersebut untuk mengobati anak yang sakit demam dengan melakukan beberapa pertimbangan sebelumnya. Berikut pernyataan dari ketiga partisipan terkait dengan pemanfaatan Pusat Pelayanan Kesehatan : P1 (baris 67) : Saya itu ngajak anak saya berobat kalau demamnya naik turun ga tentu mbak dan demamnya lebih dari satu hari P1 (baris 75) : Ndak terlalu jauh kok mbak. P1 (baris 77) : Tergantung kondisi anak saya mbak, kalau masih bisa dirawat di rumah ya saya rawat di rumah, tapi kalau panansnya naik turun lebih dari satu hari ya saya bawa ke pelayanan kesehatan mbak. P2 (baris 79) : Saya pergi membawa anak berobat jika demam anak saya tiga hari belum belum sembuh, demam diatas 40 o C dan mengalami kejang. P2 (baris 87) : Ndak terlalu jauh dan ndak terlalu dekat juga. 54

55 P2 (baris 89) : Kalau demam anaknya ga sampai 3 hari lebih dan demamnya tidak terlalu tinggi, saya cuma rawat di rumah, tapi kalau demamnya sudah lebih dari tiga hari dan demamnya ga turun turun baru saya ajak anaknya pergi berobat ke dokter. P5 (baris 81) : Jika demam anak naik turun tidak tentu dan demamnya sudah lebih dari 2 hari mbak. P5 (baris 87) : Tidak terlalu jauh kok mbak. P5 (baris 89) : Tergantung kondisi anak saya, kalau demam naik turun dan lebih dari dua hari maka saya bawa untuk berobat, tetapi kalau ndak saya rawat dirumah aja mbak. Sementara itu dua partisipan lainnya yaitu P3 dan P4 mengatakan tempat tinggal mereka cukup jauh dengan pusat pelayanan kesehatan, dan mereka mengatakan lebih sering merawat anak dirumah dibandingkan dengan membawa anak berobat ke pusat pelayanan kesehatan tersebut. P3 (baris 94) : Lumayan cukup jauh mbak. P3 (baris 96) : Ya, kadang-kadang mbak, seringnya sih dirawat dirumah saja. P3 (baris 98) : Ya tempatnya terlalu jauh dari rumah saya mbak. P4 (baris 101) : Tidak mbak, cukup jauh. P4 (baris 103) : kadang-kadang berobat ke puskesmas. 55

56 Dari hasil tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa tiga orang partisipan yaitu P1, P2 dan P5 memiliki tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dengan Pusat Pelayanan Kesehatan, sehingga mereka memanfaatkan Pusat Pelayanan Kesehatan tersebut untuk berobat karena tempatnya yang mudah dijangkau. Sebelum mereka membawa anak pergi berobat, mereka terlebih dahulu melakukan beberapa pertimbangan seperti yang sudah disampaikan sebelumnya. Sementara itu untuk kedua partisipan lainnya yaitu P3 dan P4 mereka lebih sering merawat anak di rumah dibandingkan dengan mengajak anak pergi berobat, hal ini dikarenakan tempat tinggal mereka yang cukup jauh dengan tempat Pusat Pelayanan Kesehatan. 56

57 4.3 Uji Keabsahan Data 4.3.1 Member Check Partisipan 1 Member check pada partisipan 1 dilaksanakan pada tanggal 18 April dan 09 Juni 2016 yaitu di dalam ruangan kepala sekolah TK Purwanida I. Peneliti menunjukkan hasil wawancara dengan partisipan, partisipan setuju dengan hasil wawancara yang sudah ditunjukkan tersebut, karena menurut partisipan hasil wawancara sudah sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh peneliti. 4.3.2 Member Check Partisipan 2 Member check pada partisipan 2 dilaksanakan pada tanggal 18 April dan 03 Juni 2016 yaitu di dalam ruangan kepala sekolah TK Purwanida. Peneliti menunjukkan hasil wawancara dengan partisipan, partisipan setuju dengan hasil wawancara yang sudah ditunjukkan tersebut. Tidak ada hasil hasil wawancara yang dikoreksi oleh partisipan. 4.3.3 Member Check Partisipan 3 Member check pada partisipan 3 dilaksanakan pada tanggal 19 April dan 09 Juni 2016 yaitu di dalam ruangan kepala sekolah TK Purwanida. Peneliti menunjukkan hasil wawancara dengan partisipan, partisipan setuju dengan hasil wawancara yang sudah ditunjukkan tersebut 57

58 4.3.4 Member Check Partisipan 4 Member check pada partisipan 4 dilaksanakan pada tanggal 19 April dan 10 Juni 2016 yaitu di dalam ruangan kepala sekolah TK Purwanida I. Peneliti menunjukkan hasil wawancara sebelumnya kepada partisipan agar dapat dikoreksi bila terdapat jawaban yang salah atau keliru menurut partisipan. Partisipan menyetujui hasil wawancara dan tidak ada yang dikoreksi oleh partisipan dari hasil wawancara. 4.3.5 Member Check Partisipan 5 Member check pada partisipan 5 dilaksanakan pada tanggal 20 April dan 11 Juni 2016 yaitu d i dalam ruangan kepala sekolah TK Purwanida I. Peneliti menunjukkan hasil wawancara sebelumnya kepada partisipan agar dapat dikoreksi bila terdapat jawaban yang salah atau keliru menurut partisipan. Menurut partisipan jawaban yang diberikan sudah sesuai dan partisipan menyetujui hasil wawancaranya. Tidak ada hasil wawancara yang dikoreksi ataupun ditambahkan lagi oleh partisipan 58

59 4.4 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan ibu menangani demam pada anak di TK Purwanida I Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga. Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan penanganan yang diberikan oleh para ibu untuk menangani anak mereka yang sedang demam. Dari segi penanganan pertama, kelima partisipan memberikan penanganan berupa pengecekan suhu ketika anak demam. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan keadaan suhu anak. Setelah mereka mendapatkan hasil dan hasil tersebut menunjukkan bahwa anak memang benar-benar demam, maka penanganan selanjutnya yang diberikan yaitu mengusahakan agar anak dapat beristirahat. Kelima partisipan memberikan istirahat untuk anak yaitu berupa tidur siang selama 1-2 jam. Kelima partisipan tersebut mengupayakan agar anak beristirahat dengan cukup supaya anak tidak terlalu banyak bermain (beraktivitas) yang dapat menjadikan anak mereka kelelahan. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ismoedijanto (2000), tindakan umum penurunan demam adalah diusahakan agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya menurun. Metabolisme adalah perubahan kimiawi yang terjadi dalam tubuh untuk pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. 59

60 Metabolisme erat kaitannya dengan produksi panas tubuh. Karena 25% energi dalam makanan digunakan untuk melakukan kerja biologis, dan sisanya diubah menjadi panas, Syaifuddin (2009). Berdasarkan teori yang ditelaah oleh peneliti, penanganan berupa tidur siang yang diberikan oleh kelima partisipan merupakan suatu tindakan yang tepat untuk dilakukan ketika menangani anak yang sedang demam. Penanganan tersebut sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Selain memberikan penanganan dengan istirahat, tiga dari lima orang partisipan yaitu P1, P2, dan P5 juga memberikan penanganan demam lainnya yang baik dan tepat untuk anak. Penanganan tersebut yaitu pemberian kompres dengan menggunakan air hangat suam-suam kuku. Berdasarkan teori Kaneshiro & Zieve (2010), air hangat bisa membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar yang selanjutnya membuat pori-pori terbuka. Keadaan tersebut berarti dapat memudahkan pengeluaran panas dari tubuh. Teori ini juga didukung oleh beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya mengenai efektivitas kompres air hangat. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2013) yang meneliti tentang Perbedaan Efektivitas Kompres 60

61 Air Hangat dan Kompres Air Biasa Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak dengan Demam di RSUD Tugurejo, Semarang. Jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah rancangan penelitian eksperimental. Sampel dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 1-5 tahun yang mengalami demam. Kompres pada penelitian ini menggunakan air hangat (34-37 o C) dan air biasa (18-28 o C), dilakukan di lokasi dahi dan axilla selama 20 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan efektivitas antara kompres air hangat dan air biasa terhadap penurunan suhu tubuh anak dengan demam. Dari nilai mean dapat disimpulkan bahwa kompres hangat lebih efektif menurunkan demam anak dibandingkan dengan kompres air biasa. Dibuktikan dengan nilai mean 25,09 > nilai mean kompres air biasa 9,91. Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2008) yang meneliti tentang Pengaruh Kompres Hangat terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment. Hasil penelitian menunjukan bahwa tindakan kompres hangat efektif dalam penurunan suhu tubuh pada anak dengan hipertermia di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi. 61

62 Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang peneliti telaah, pemberian kompres dengan menggunakan air hangat ini merupakan tindakan yang tepat karena sesuai dengan teori dan didukung oleh hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Selain tindakan yang tepat tersebut, mereka juga memiliki alasan yang tepat mengapa mereka menggunakan kompres air hangat untuk mengompres anak saat demam. Pemberian kompres dengan menggunakan air hangat tersebut mereka lakukan karena kompres hangat terbukti dapat menurunkan demam anak kemudian mereka juga khawatir anak akan semakin menggigil jika mereka menggunakan kompres air dingin untuk mengompres anak. Penanganan selanjutnya yang diberikan oleh P1, P2, dan P5 adalah pemberian tambahan air mineral yang cukup untuk anak, yaitu 4-5 gelas/hari. Pemberian air mineral tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2013) merekomendasikan angka kecukupan air untuk orang Indonesia. Dikatakan bahwa anak usia 0,5-1 tahun kebutuhan airnya 800 mililiter, usia 1-3 tahun sebanyak 1.200 mililiter, usia 4-6 tahun sebanyak 1.500 mililiter dan usia 7-9 tahun sebanyak 1.900 mililiter. Menurut Sudung (2004) banyaknya air yang dibutuhkan tubuh setiap hari bergantung pada makanan yang dikonsumsi, suhu, 62

63 kelembapan lingkungan, tingkat aktivitas dan kondisi tubuh. Semakin banyak aktivitas seseorang, maka semakin banyak pula kebutuhan air minumnya. Begitu pula dengan kondisi tubuh, saat sedang demam, maka kebutuhan cairannya juga akan meningkat. Jumlah air yang dikeluarkan harus seimbang dengan jumlah pemasukan. Anak usia 4-6 tahun membutuhkan sekitar 1,4 liter/hari atau sama dengan 6 gelas/hari. Menurut Sudung, takaran kebutuhan air ini bukan standar tetap dan bisa disesuaikan dengan kondisi anak setiap harinya. Jika anak sakit atau anak banyak beraktivitas, maka asupan air tersebut harus ditambahkan. Berdasarkan teori yang peneliti telaah, maka dapat disimpulkan bahwa penanganan demam yang dilakukan oleh tiga orang partisipan tersebut diatas sudah tepat karena sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, alasan yang mereka ungkapkan mengenai pentingnya mencukupi kebutuhan cairan anak juga tepat. Mereka khawatir jika anak akan mengalami dehidrasi jika anak hanya mau minum sedikit air. Untuk itulah mereka tetap berusaha untuk membujuk anak agar mau minum air putih. Kemudian, selain melakukan penanganan dengan memberikan tambahan air mineral, P1, P2 dan P5 juga memberikan penanganan dengan penggunaan selimut. Ketiga partisipan menggunakan selimut atau pakaian yang tidak 63

64 terlalu tebal untuk menghindari pengeluaran keringat berlebih. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh para ahli yaitu mengenai penggunaan selimut untuk anak. Menurut Kaneshiro & Zieve (2010), dikatakan bahwa pemakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada penderita. Hal ini bertujuan untuk mencegah panas berlebih (overheating). Menurut peneliti, penggunaan selimut yang cukup (tidak terlalu tebal) merupakan tindakan penanganan demam yang tepat untuk diberikan pada anak ketika demam. Tindakan ini dilakukan oleh ketiga partisipan tersebut dengan tujuan yaitu untuk menghindari terjadinya dehidrasi pada anak, dan hal ini juga telah didukung oleh pendapat para ahli seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya, dari segi penggunaan obat penurun panas, semua partisipan menggunakan obat paracetamol. Tiga partisipan yaitu P1, P2 dan P5 mengatakan jumlah dosis obat paracetamol yang bisa diberikan untuk anak usia 4-6 tahun adalah 125-200 mg. Menurut ketiga partisipan tersebut, obat penurun panas tidak perlu diberikan jika suhu anak dibawah 38,3 C, tetapi jika sebelumnya anak memiliki riwayat kejang demam, maka obat penurun panas perlu diberikan. Pertimbangan oleh ketiga partisipan tersebut adalah untuk 64

65 mencegah atau menghindari kembuhnya kejang. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Soetjatmiko (2005) obat antipiretik tidak diberikan jika suhu dibawah 38,3 C kecuali ada riwayat kejang demam. Menurut Puspanjono (2015) terapi nonfarmakologi baik dilakukan sebagai tindakan awal penanganan demam sebelum menggunakan obat-obatan untuk menurunkan demam. Pemberian obat penurun panas umumnya akan diberikan jika sudah ditemukan secara pasti apa penyebab demam pada anak. Dengan berpatokan pada teori-teori tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa penanganan yang diberikan oleh P1, P2 dan P5 sudah tepat karena sudah sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sementara itu, penanganan demam yang diberikan oleh dua partisipan lainnya yaitu P3 dan P4, mereka melakukan beberapa penanganan yang kurang tepat. Penanganan yang diberikan tersebut antara lain memberikan kompres dengan menggunakan air dingin untuk mengompres anak. Hasil penelitian Tri Redjeki (2002), di Rumah Sakit Umum Tidar Magelang yang mengemukakan bahwa kompres hangat lebih banyak menurunkan panas dibandingkan dengan kompres air dingin, karena dengan kompres air dingin akan menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, sehingga anak jadi menggigil. Menurut peneliti, penanganan yang diberikan oleh 65

66 dua partisipan tersebut kurang tepat, karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa kompres air hangatlah yang dapat menurunkan demam pada anak, sedangkan kompres air dingin hanya dapat membuat anak semakin menggigil. Sebenarnya kedua partisipan tersebut sudah mengetahui dampak dari penggunaan kompres air dingin tersebut yaitu dapat menjadikan anak menggigil, tetapi mereka tetap menggunakan kompres air dingin tersebut karena menurut mereka lebih praktis dan tidak merepotkan. Selain penanganan dengan kompres air dingin, P3 dan P4 juga mengatakan bahwa anak hanya minum sedikit air mineral dikarenakan anak yang rewel. Ibu juga mengatakan bahwa ibu menggunakan selimut yang tebal karena menurut kedua partisipan anak mereka menggigil sehingga mereka memberikan selimut atau pakaian yang tebal untuk anaknya. Dua dari tiga orang partisipan ternyata tidak mengerti bahwa jika anak demam, anak tidak boleh diselimuti dengan selimut tebal. Menurut ibu anak yang demam biasanya disertai dengan menggigil sehingga membuat ibu khawatir apabila anak kedinginan. Menurut Potter dan Perry (2005), pemberian aliran udara yang baik, dan mengeluarkan hawa panas ketempat lain juga akan membantu menurunkan suhu tubuh. Membuka pakaian atau selimut yang tebal juga akan bermanfaat karena 66

67 akan mendukung terjadianya evaporasi atau penguapan. Menurut peneliti, penanganan demam yang diberikan oleh P3 dan P4 kurang tepat, hal ini dikarenakan ibu yang malas membujuk anaknya agar mau minum air yang cukup untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Kemudian salahnya pengertian mengenai penggunaan selimut yang tebal. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa selimut tebal hanya akan mempersulit pengeluaran panas dari dalam tubuh, dan juga menjadikan anak banyak mengeluarkan keringat, padahal dikatakan sebelumnya bahwa anak kedua partisipan ini hanya mau minum sedikit air. Sehingga dikhawatirkan anak mereka menjadi kekurangan cairan atau mengalami dehidrasi. Kemudian, dari segi penggunaan obat penurun panas. Berbeda dengan tiga partisipan sebelumnya, kedua partisipan lainnya yaitu P3 dan P4 mengatakan mereka tidak mengetahui berapa jumlah dosis obat paracetamol yang bisa diberikan untuk anak usia 4-6 tahun. Menurut kedua partisipan obat penurun panas tidak perlu diberikan jika suhu anak dibawah 38,8 o C dan sebelumnya anak memiliki riwayat kejang demam. Selanjutnya, dari segi pertimbangan dan pemanfaatan pusat pelayanan kesehatan, kelima partisipan mengatakan akan mengajak anaknya untuk pergi berobat ke tenaga medis apabila demam anak naik turun tidak tentu selama 2-3 hari 67

68 atau suhu diatas 40 o C dan mengalami kejang. Menurut teori yang diungkapkan oleh Purwoko (2005) demam yang tidak terlalu tinggi biasanya tidak berbahaya, tetapi suhu tubuh diatas 40 o C bisa berbahaya, terutama pada bayi dan anak kecil. Menurut keterangan tiga partisipan yaitu P1, P2 dan P5, mereka memanfaatkan pusat pelayanan kesehatan untuk berobat dengan melihat dan mempertimbangkan lagi kondisi demam yang dialami oleh anak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan menurut keterangan dua partisipan lainnya yaitu P3 dan P4, mereka lebih sering merawat anak dirumah dibandingkan mengajak anak berobat ke tenaga medis. Menurut analisa yang didapatkan oleh peneliti, hal ini mereka lakukan karena tempat tinggal mereka yang cukup jauh dengan Pusat Pelayanan Kesehatan tersebut, sehingga hal inilah yang menjadi alasan mengapa mereka akhirnya lebih sering merawat anaknya dirumah dibandingkan dengan mengajak anak berobat ke tenaga medis. 68