BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Productive Theory of Credit (Commercial Loan Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

PENGARUH RASIO KESEHATAN BANK TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskreptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI LAUT SEJAHTERA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI KOTA TEGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. modal yang menghasilkan laba tersebut. Sama seperti pernyataan Pandia. mengukur efektivitas perusahaan memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan telah menjadi ujung tombak

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan akan ketersediaan pendanaan atau biaya. Sektor perbankan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.


II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

Transkripsi:

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 2.1.1 Pengertian Perbankan Syariah Berdasarkan undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah bab 1 pasal 1, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, dan serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah. Fungsi utama bank syariah yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan. Bank syariah beroperasi berdasarkan sistem bagi hasil sebagai alternatif pengganti bunga pada bank-bank konvensional (Widyanto, 2012). Sebagai suatu lembaga perbankan, tugas utama bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank umum 13

14 lainnya yaitu mengoptimalkan laba, dan meminimalkan resiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. 2.1.2 Rasio Kesehatan Bank Rasio Kesehatan bank adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur bagaimana kondisi kesehatan dalam hal keuangan dan operasional suatu bank. Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran, dan dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Untuk menjalankan fungsinya dengan baik bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Oleh karena itu rasio keuangan dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank.

15 Tabel 2.1 Standar Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Jumlah bobot untuk kelima faktor tersebut adalah 100%. Nilai kredit kemudian digunakan untuk menentukan predikat kesehatan bank, ditetapkan sebagai berikut : Tabel 2.2 Predikat Kesehatan Bank

16 2.1.2.1 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan adalah dasar untuk menilai dan mengarahkan prestasi operasi perusahaan. Di samping itu, analisis rasio keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan khususnya dalam kegiatan operasi bank dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran kinerja bank yang telah distandarisasi. Rasio-rasio keuangan pada bank syariah tidak jauh berbeda dengan rasio keuangan yang berlaku pada bank konvensional (Muhammad, 2009). Adapun rasio-rasio yang digunakan pada penelitian ini antara lain : 2.1.2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Capital Adequace Ratio (CAR) ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan pembiayaan dan perdagangan surat-surat berharga. Bank yang memiliki kecukupan modal yang tinggi maka akan meningkatkan kepercayaan diri dalam menyalurkan pembiayaan atau pendanaan (Bachri et.all, 2013). Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No 9/13/PBI/2007, nilai batas minimum CAR yang baik adalah 8%. Jika nilai CAR

17 suatu perusahaan berada dibawah 8% maka perusahaan tersebut tidak sehat. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran 1a, Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut resiko, modal bank adalah total modal yang berasal dari bank yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti yaitu modal milik sendiri diperoleh dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba tahun lalu, laba tahun berjalan dan bagian kekayaan anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasi. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasi, modal kuasa dan pinjaman subordinasi. 2.1.2.1.2 Non Performing Financing (NPF) Non Performing Financing (NPF) pada bank syariah yang analog dengan Non Performing Loan (NPL) pada bank konvensional merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko pembiayaan. Non Performing Financing (NPF) menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan

18 oleh bank. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya NPF yang baik adalah di bawah 5 %, jika nilai NPF diatas 5 % maka dapat dikatakan tidak sehat karena semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalahpun semakin besar. Pembiayaan yang dimaksud dalam hal ini adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain. Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Hal ini mengakibatkan suatu bank harus menanggung kerugian dalam operasionalnya sehingga akan berpengaruh pula terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank. Maka dari itu pihak bank harus mempertimbangkan terhadap kemampuan para pemilik dana untuk mengembalikan kewajibannya kembali. 2.1.2.1.3 Operational Efficiency Ratio (OER) Operational Efficiency Ratio (OER) merupakan rasio perbandingan antara biaya operasional terhadap

19 pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin tinggi rasio OER ini maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Namun apabila semakin kecil rasio OER ini maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Lestari, 2013). Nilai OER yang baik berkisar antara 75% hingga 90%. Jika suatu perusahaan mempunyai nilai OER diatas 90% maka perusahaan tersebut tidak sehat, karena beban operasional perusahaan yang tidak diimbangi dengan baik oleh pendapatan operasionalnya. 2.1.2.1.4 Financing to Deposit Ratio (FDR) Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Kebutuhan likuiditas suatu bank berbeda-beda tergantung pada bank itu sendiri seperti usaha bank, dan besarnya bank. Dengan kata lain Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan bank tersebut dalam membayar hutang-

20 hutangnya dan membayar kembali pada deposannya, serta dapat memuhi permintaan pembiayaan yang diajukan (bachri et. all, 2013). Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP, FDR dapat diukur dari perbandingan antara seluruh pembiayaan yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya pembiayaan yang diberikan akan menentukan keuntungan bank. Batas minimal nilai FDR yang baik adalah 80%. Jika niali FDR dibawah 80% maka perusahaan tersebut tidak sehat. Dalam penelitian Defri (2012) juga menyatakan bahwa semakin tinggi rasio akan memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai pembiayaan semakin besar. Berdasarkan hal tersebut maka apabila semakin tinggi rasio FDR suatu bank maka laba atau keuntungan perbankan akan meningkat dengan asumsi bahwa pembiayaan yang disalurkan efektif dan jumlah pembiayaan yang macet kecil.

21 2.1.2.1.5 Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Pengelompokkan aktiva dilihat dari sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu aktiva tidak produktif dan aktiva produktif. Aktiva tidak produktif adalah aktiva yang tidak menghasilkan laba atau rugi, seperti alat-alat likuid dan giro bank pada bank-bank lain, aktiva tetap dan inventaris. Aktiva produktif adalah aktiva yang menghasilkan laba atau rugi, seperti kredit jangka pendek, kredit jangka panjang, deposito pada bank lain, dan surat-surat berharga. Peneliti memilih menggunakan Kualitas aktiva produktif karena kualitas aktiva produktif merupakan penilaian terhadap kemampuan bank dalam menggunakan aktiva produktifnya untuk mendapatkan laba yang maksimal, selain itu kualitas aktiva produktif juga digunakan dalam menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas resiko gagal bayar dari pembiayaan (financing risk) yang akan muncul. Dalam perhitungan ini menggunakan rasio PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) (Lestari, 2013). Rasio perhitungan PPAP menunjukan kemampuan manajemen bank dalam menjaga kualitas aktiva produktif

22 sehingga jumlah PPAP dapat dikelompokan dengan baik (Widati, 2012 dalam Lestari 2013). 2.1.3 Kinerja Keuangan Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah kuantifikasi dan keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu. Sedangkan kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Acepted Accounting Principle) (Fahmi, 2011). Kinerja keuangan bank juga merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Informasi dan kinerja keuangan dimasa lalu sering digunakan sebagai dasar untuk memprediksi laporan posisi keuangan dan kinerja dimasa depan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap bank karena merupakan cerminan dari kemampuan bank dalam mengalokasi sumber dananya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam

23 mencapai sasaran organisasi dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya (Lestari 2013). Untuk menilai kinerja suatu bank dapat digunakan suatu alat yaitu rasio keuangan, dengan mengetahui rasio keuangan maka kita dapat menilai kinerja suatu bank apakah telah bekerja secara efisien dan upaya-upaya apa yang harus dilakukan agar bank tersebut dapat bekerja lebih efisien dan lebih baik lagi. Rasio keuangan merupakan hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut pada umumnya dinyatakan numerik, baik dalam prosentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut. Rasio keuangan menunjukan kondisi keuangan perusahaan dalam periode tertentu. Analisis rasio keuangan pada perbankan dibedakan menjadi lima yaitu, solvabilitas, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, efisiensi, dan likuiditas. Rasio solvabilitas menunjukan kemampuan bank memenuhi kewajiban jangka panjang. Kualitas Aktiva produkif (KAP) mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya. Rasio rentabilitas menunjukan kemampuan bank menghasilkan laba. Rasio efisiensi mencerminkan kemampuan bank menjalankan operasionalisasi usahanya secara efisien. Rasio likuiditas mencerminkan kemampuan bank

24 dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. (Suhartono, 2000 dalam Lestari, 2013). Sehingga rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank syariah adalah rasio profitabilitas atau biasa disebut dengan rasio rentabilitas. 2.1.3.1 Profitabilitas Bank Syariah Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas biasanya diukur menggunakan rasio perbandingan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas bank adalah ROE ( Return On Equity) dan ROA ( Return On Asset). Return On Asset (ROA) penting dalam mengukur kinerja keuangan suatu bank, Karena Return On Asset (ROA) menggambarkan kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan, sehingga menggunakan ROA untuk mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan. 2.1.3.1.1 Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003 dalam Pratiwi dan Mahfud, 2012). Semakin besar Return On Asset (ROA), semakin besar pula tingkat

25 keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik. Return On Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata total aset. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank (Almilia, 2005 dalam Pratiwi dan Mahfud, 2012). Sesuai dengan surat ketetapan Bank Indonesia no 23/67/KEP/DIR, nilai batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada di bawah 1 % maka perusahaan tersebut berada pada zona tidak aman/tidak sehat. 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah. Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini.

26 Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Peneliti Variabel Hasil Sabir, 2011 Rosada, 2013 Karunia, 2013 Hastuti, 2013 Pratiwi dan Mahfud, 2011 ROA, BOPO, NOM, NPF, FDR, NIM, dan LDR ROA, OER, NPL,dan LDR ROA, CAR, PPAP, DPK ROA, CAR, NPF, RDI, REO, FDR ROA, CAR, BOPO, NPF, FDR CAR dan NPF tidak berpengaruh terhadap ROA, NOM dan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Hanya variabel OER yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. CAR berpengaruh negatif dan terhadap ROA, PPAP berpengaruh positif tidak sigifikan terhadap ROA, DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. CAR berpengaruh positif dan Signifikan terhadap ROA, NPF dan RDI berpengaruh positif tidak signifikan, FDR tidak berpengaruh sigifikan terhadap ROA, REO berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA. CAR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA, BOPO dan NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif signifikan tehadap ROA. 2.3 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian tentang Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah sebagai berikut : 2.3.1 Pengaruh CAR, NPF, OER, FDR, KAP terhadap kinerja keuangan (ROA) Penelitian Rosada (2013), mengungkapkan bahwa hasil pengujian hipotesis secara bersama-sama menunjukkan bahwa ada

27 pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara rasio CAR, OER atau BOPO, NPL atau NPF, dan LDR atau FDR terhadap ROA. Hasil yang sama pada penelitian yang dilakukan oleh Srihastuti (2013) yang menguji tentang Pengaruh Rasio CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity) Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah menemukan hasil bahwa variabel CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity) berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan. Hal ini menunjukan adanya pengaruh secara bersama-sama antara rasio CAR, NPF, FDR, OER, KAP terhadap kinerja keuangan (ROA). 2.3.2 Pengaruh CAR terhadap kinerja keuangan (ROA) Rasio Capital Adequace Ratio (CAR) ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan pembiayaan dan perdagangan surat-surat berharga. Sudiyantno (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi CAR, semakin tinggi ROA. Tingginya CAR dapat menambah kepercayaan masyarakat terhadap bank, karena jaminan dana masyarakat semakin tinggi. Dengan bertambahnya modal dan bertambahnya kepercayaan masyarakat terhadap bank, maka bank dapat melakukan ekspansi pembiayaan untuk meningkatkan pendapatan operasionalnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Srihastuti dan Wibowo (2013) mengungkapkan bahwa

28 Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). 2.3.3 Pengaruh NPF terhadap kinerja keuangan (ROA) Rasio NPF mencerminkan resiko pembiayaan yang dihadapi bank syariah, semakin tinggi rasio NPF maka kualitas pembiayaan bank semakin buruk karena jumlah pembiayaan yang bermasalah semakin besar, sehingga memungkinkan bank dalam kondisi yang bermasalah semakin besar (Almalia, 2005 dalam Pratiwi dan Mahfud, 2011). Kualitas pembiayaan yang buruk akan meningkatkan resiko, terutama jika pemberian pembiayaan dilakukan dengan tidak menerapkan prinsip kehati-hatian sehingga bank akan menanggung resiko. Terdapatnya pembiayaan bermasalah akan menyebabkan pembiayaan yang disalurkan tidak banyak memberikan hasil. Hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Mahfud (2012), Wibowo (2013) mengungkapkan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). 2.3.4 Pengaruh OER terhadap kinerja keuangan (ROA) Rasio OER dapat mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan dengan cara membandingkan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin tinggi rasio OER membuktikan bahwa biaya operasional bank semakin tinggi yang berarti bank

29 kurang efisien dalam mengendalikan biaya operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap turunnya pendapatan umum syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Mahfud (2012), Srihastuti (2013), Sabir (2012), dan Wibowo (2013) mengungkapkan bahwa Operational Efficiency Ratio (OER) atau BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). 2.3.5 Pengaruh FDR terhadap kinerja keuangan (ROA) Rasio FDR adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini mencerminkan bahwa bank syariah semakin efektif dalam menyalurkan pembiayaannya. Didukung oleh penelitian yang dilakukan Sabir (2013) yang menyatakan Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Mahfud (2012), mengungkapkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). 2.3.6 Pengaruh KAP terhadap kinerja keuangan (ROA) KAP merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menggunakan aktiva produktifnya untuk mendapatkan laba yang maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Hesti (2011) menemukan hasil bahwa kualitas aktiva produktif (KAP)

30 yang diukur dengan rasio PPAP berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan pada bank syariah, Karena semakin besar rasio PPAP menunjukan semakin menurunnya kualitas aktiva produktif (KAP) dan akan berpotensi terjadinya kerugian sehingga laba yang dihasilkan bank akan menurun dan mengakibatkan kinerja yang kurang baik. Gambar 2.1 Model Penelitian CAR (X1) H2 H1 (+) NPF (x2) OER (X3) H3 H4 (-) (-) Kinerja Keuangan FDR (X4) H5 (+) (Y) KAP (X5) H6 (-) 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis alternatif dalam penelitian ini berdasarkan kerangka pemikiran, tinjauan literatur, dan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut : H1 : CAR, NPF, OER, FDR, dan KAP secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) pada Bank syariah yang beroperasi di Indonesia.

31 H2 : CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) pada Bank syariah yang beroperasi di indonesia. H3 : NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) pada Bank syariah yang beroperasi di indonesia. H4 : OER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) pada Bank syariah yang beroperasi di indonesia. H5 : FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) pada Bank syariah yang beroperasi di indonesia. H6 : KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) pada Bank syariah di indonesia.