BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hamil (Rustam Mochtar, 2002). selaput janin (menandakan akhir dari periode intrapartum) hingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

Referat Fisiologi Nifas

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Dari segi biologis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

PENGERTIAN MASA NIFAS

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NIFAS NORMAL MASA NIFAS 11/15/2010. Tujuan asuhan masa nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, Y, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas. pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007).

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU POST PARTUM. Nur Hasana* dan Irma Damayanti** ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendengaran, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

SOP PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 8 minggu (Mochtar, 2002). keadaan sebelum hamil selama 6 minggu (Saifudin, A.B 2002).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Asuhan Persalinan Normal (APN)

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm.3-4). telinga (Notoatmodjo, 2003, hlm. 121).

: LAUREN LITANI NIM : SEMESTER : 1

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum

LAMPIRAN. Lampiran 1

PENGKAJIAN PNC. kelami

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB I KONSEP DASAR. persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama. masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

BAB II LANDASAN TEORI

PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR PERSALINAN NORMAL. Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Masa nifas yang biasa disebut juga masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Nifas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab 2 ini akan diuraikan tentang konsep terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL. No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:1/5. Tgl. Terbit :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian maternal di negara negara maju berkisar antara 5-10

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Masa nifas, perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

1.1 Konsep Dasar Nifas Masa nifas (puerperium) merupakan masa 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari paska partum (6 minggu) (Manuaba, 2007).

KASUS III. Pertanyaan:

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

Lampiran 1 PERMOHONAN DATA AWAL LTA

GAMBARAN PERAWATAN IBU NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK TAHUN 2014

Nama : Riadus Solihin.S.kep. Npm : VULVA HYGIENE STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud. Kebidanan pada Masa Hamil sampai Masa Nifas. Asuhan Kebidanan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PERTOLONGAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan kepuasan pelanggan yang

Oleh Ni Ketut Alit Armini

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. melahirkan.( Suherni, Widyasih, Rahmawati, 2009, p.1).

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud


BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila :

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harapan seseorang (Arifin dan Rahayu, 2011). diartikan sebagai rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. MASA NIFAS a. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat alat kandungan kembali seperti pra hamil (Rustam Mochtar, 2002). Periode pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir dari periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007). b. Periode Masa Nifas (Mochtar, 2002) 1) Puerperium Dini Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2) Puerperium Intermedial Yaitu kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 6 8 minggu. 8

9 3) Remote Puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu minggu, bulanan atau tahunan. c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Varney, 2007). 1) Uterus Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan placenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lochea. 2) Lochea Lochea mulai terjadi pada jam jam pertama postpartum, berupa secret kental dan banyak. Berturut turut, banyaknya lochea berkurang, yaitu berjumlah sedang (berupa lochea rubra), berjumlah sedikit (lochea serosa) dan berjumlah sangat sedikit (berupa lochea alba). 3) Vagina dan Perineum Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin megalami beberapa derajat edema dan memar dan celah pada introitus. Setelah satu sampai dua hari pertama postpartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lagi oedema.

10 Sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga postpartum. Ruang vagina selalu sedikit lebih besar daripada sebelum kelahiran pertama. 4) Payudara Pengkajian payudara pada periode awal postpartum meliputi penampilan dan integritas putting susu, memar atau iritasi jaringan payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi air susu dan adanya sumbatan duktus, kongesti dan tanda tanda mastitis potensial. d. Involusi Alat Kandungan (Mochtar, 2002) 1) Uterus Setelah janin lahir, tinggi fundus uteri setinggi pusat. Setelah uri lahir, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat. Satu minggu postpartum, tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis. Dua minggu postpartum, tinggi fundus uteri sudah tidak teraba diatas simfisis. Delapan minggu postpartum, tinggi fundus uteri sebesar normal. 2) Bekas Implantasi Uri Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah dua minggu

11 menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm. Dan akhirnya pulih. 3) Luka Luka Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6 7 hari. 4) Rasa Sakit Disebut after pains, disebabkan kontraksi rahim. Biasanya berlangsung 2 4 hari postpartum. 5) Lochea Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. a) Lochea Rubra Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum. Selama dua hari postpartum. b) Lochea Sanguinolenta Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3 7 postpartum. c) Lochea Serosa Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 14 postpartum. d) Lochea Alba Cairan putih, setelah 2 minggu.

12 e) Lochea Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk. f) Lochiostasis Lochea tidak lancar keluarnya. 6) Serviks Setelah persalianan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang kadang terdapat perlukaan perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah dua jam dapat dilalui oleh 2 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. 7) Ligamen Ligamen Ligamen, fasia dan difragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor. e. Perawatan Pasca Persalinan (Mochtar, 2002) 1) Mobilisasi Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke dua diperbolehkan

13 duduk, hari ketiga jalan jalan dan hari ke empat atau lima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka luka. 2) Diet Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur sayuran dan buah buahan. 3) Miksi Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang kadang wanita mengalami sulit kencing, karena spingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi. 4) Defekasi Buang air besar harus dilakukan 3 4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika masih belum bias dilakukan klisma.

14 5) Perawatan Payudara (Mammae) Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya. 6) Laktasi Bila bayi mulai disusui, isapan pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Produksi Air Susu Ibu (ASI) akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping ASI merupakan bahan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih saying antara ibu dan anaknya. 7) Pemeriksaan Pasca Persalinan Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian. Pemeriksaan pasca persalinan meliputi : a) Pemeriksaan keadaan umum: tekanan darah, nadi, suhu badan, selera makan, keluhan dan lain lain.

15 b) Keadaan payudara dan putting susu. c) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum. d) Sekret yang keluar (lochea, flour albus) e) Keadaan alat alat kandungan (cervix, uterus, adnexa) f. Tujuan Asuhan Masa Nifas (Saleha, 2009) 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi. 2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 4) Memberikan pelayanan keluarga berencana. g. Program dan Kebijakan Teknis (Saleha, 2009) Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah masalah yang terjadi. 1) Kunjungan Pertama (6 8 Jam Postpartum) Tujuan : a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan (rujuk bila perdarahan berlanjut).

16 c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d) Pemberian ASI awal. e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. f) Menjaga bayi tetep hangat dengan cara mencegah hipotermi. 2) Kunjungan Kedua (6 Hari Postpartum) Tujuan : a) Memastikan invousi uterus berjalan normal (uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau). b) Menilai adanya tanda tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. c) Memasikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda tanda penyulit. e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.

17 3) Kunjungan Ketiga (2 minggu Postparum) Tujuan sama seperti tujuan kunjungan kedua (6 hari postpartum). 4) Kunjungan keempat (6 minggu postpartum) Tujuan : a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit penyulit yang ia atau bayi alami. b) Memberikan konseling untuk KB secara dini. h. Luka Perineum 1) Pengertian a) Perineal adalah lantai pelvis dan struktur sekitarnya yang menempati pintu bawah panggul, di sebelah anterior dibatasi oleh simfisis pubis, di sebelah lateral oleh tuber iskiadikum, dan disebelah posterior oleh os koksigeus. Daerah antara kedua belah paha, yang pada pria dibatasi oleh skrotum dan anus, sedangkan wanita oleh vulva dan anus (Nuswantary, 1998). b) Episiotomi adalah insisi bedah dibagian perineum (Varney, 2007). c) Rupture adalah robeknya atau koyaknya jaringan (Nuswantary, 1998). d) Rupture perinea adalah robekan perineum sewaktu persalinan (Mochtar, 2002).

18 2) Etiologi (Mochtar, 2002) a) Partus presipitatus b) Kepala janin besar dan janin besar c) Pada presentasi defleksi (dahi, muka) d) Pada primigravida (para) e) Pada letak sungsang dan after coming head f) Pimpinan persalinan yang salah g) Pada obstetrik operatif pervaginam: ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, versi dan ekstraksi, serta embriotomi. 3) Macam-macam laserasi menurut derajatnya (Varney, 2007) a) Laserasi derajat satu adalah laserasi yang melibatkan mukosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum. b) Laserasi derajat dua adalah laserasi yang mengakibatkan mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot-otot perineum. c) Laserasi derajat tiga adalah laserasi yang melibatkan mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otototot perineum dan sfingter ani eksterna. d) Laserasi derajat empat adalah laserasi yang melibatkan mukosa vagina, fourchetter posterior, kulit perineum, otototot perineum, sfingter ani eksterna dan dinding rectum anterior.

19 i. Kriteria Penyembuhan Luka (Boyle, 2008) Luka perineum dialami oleh 75% ibu yang melahirkan per vaginam. Tahapan penyembuhan luka dapat dibagi sebagai berikut : 1) Hemostasis (0-3 hari) Vasokontriksi sementara dari pembuluh darah yang rusak terjadi pada saat sumbatan trombosit dibentuk dan diperkuat juga oleh serabut fibrin untuk membentuk sebuah bekuan. 2) Inflamasi Respons inflamasi akut terjadi beberapa jam setelah cedera, dan efeknya bertahan hingga 5-7 hari. Inflamasi yang normal dikarakteristikan sebagai berikut: a) Kemerahan (eritema) b) Kemungkinan pembengkakan c) Suhu sedikit meningkat di area setempat (atau pada kasus luka yang luas, terjadi periksia sistematik) d) Kemungkinan ada nyeri Selama peralihan dari fase inflamasi ke fase proliferasi jumlah sel radang menurun dan jumlah fibroblast meningkat. 3) Proliferasi (3-24 hari) Selama fase proliferasi, pembentukan pembuluh darah yang baru berlanjut di sepanjang luka. Fibroblas meletakkan substansi dasar dan serabut serabut kolagen serta pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi luka. Tanda tanda inflamasi mulai

20 berkurang. Berwarna merah terang. Fase proliferasi terus berlangsung secara lebih labat seiring dengan bertambahnya usia. 4) Maturasi /Remodeling (24-365 hari) Bekuan fibrin awal digantikan oleh jaringan granulasi, setelah jaringan granulasi meluas hingga memenuhi defek dan defek tertutupi oleh permukaan epidermal yang dapat bekerja dengan baik, mengalami maturasi. Terdapat suatu penurunan progresif dalam vaskularitas jaringan parut, yang berubah dari merah kehitaman menjadi putih. Serabut serabut kolagen mengadakan reorganisasi dan kekuatan regangan luka meningkat. 5) Parut Maturasi jaringan granulasi mungkin menjadi faktor kontributor yang paling penting dalam berkembangnya masalah parut. Selama maturasi, densitas fibroblast menurun dan matang menjadi parut. Setelah penyembuhan, jaringan ini lebih tebal dibandingkan dengan kulit yang normal, tetapi tidak setebal jika dibandingkan dengan luka tertutup yang baru saja terjadi. Folikel rambut dan sebasea atau kelenjar keringat tidak tumbuh kembali dalam parut. Menurut Boyle (2008) luka pembedahan dapat terbuka karena beberapa alasan, yaitu: 1) Infeksi 2) Meningkatnya kadar cairan (misalnya, hematoma)

21 3) Adanya benda asing 4) Proses penyakit yang telah ada Beberapa faktor penghambat keberhasilan penyembuhan luka, diantaranya (Boyle, 2008) 1) Malnutrisi Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekurangan luka, meningkatnya dehiscense (melepasnya lapisan luka operasi) luka, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi dan parut dengan kualitas yang buruk. Defisiensi nutrisi tertentu dapat berpengaruh pada penyembuhan 2) Merokok Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat merusak penyembuhan luka dan bahkan merokok yang dibatasi pun dapat mengurangi aliran darah perifer. Merokok juga dapat mengurangi kadar vitamin C yang sangat penting untuk penyembuhan. 3) Kurang tidur Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur meningkatkan anabolisme dan penyembuhan luka termasuk ke dalam proses anabolisme. 4) Stres Ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistim imun sehingga menghambat penyembuhan luka. Stes tambahan dapat

22 disebabkan oleh nyeri, takut dan kadang narcosis dan sekresi hormon (terutama norepinefrin) dapat mengakibatkan perubahan vascular yang menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam jaringan. 5) Asuhan kurang optimal Berbagai aktivitas yang dilakukan pemberi asuhan dapat menghambat penyembuhan luka yang efisien. Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan organisme tersebar kembali disekitar area, kapas atau serat kasa yang lepas ke dalam jaringan granulasi dan mengganggu jaringan yang baru terbentuk. Adanya benda asing di dalam luka dapat menyebabkan luka bersinus. 2. PRAKTIK atau TINDAKAN (Practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Disamping itu diperlukan juga faktor dukungan (support) dari pihak lain. Tingkat-tingkat praktik: a. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

23 b. Respon Terpimpin (Guided Respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua. c. Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah meakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. d. Adaptasi (Adaptation) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antar paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetic seperti pada waktu sebelum hamil. a. Prosedur Tetap Ketrampilan Perawatan Luka 1) Menjelaskan maksud dan tujuan perawatan luka pada perineum 2) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 3) Menyiapkan alat a) Bak instrument berisi kassa & pinset anatomis b) Perlak dan pengalas c) Handschoen 1 pasang d) Bengkok 2 buah, salah satunya berisi lisol 2%

24 e) Tas plastik 2 buah f) Kom berisi kapas basah (air dan kapas direbus bersama) g) Celana dalam dan pembalut wanita h) Pispot i) Botol cebok berisi air hangat j) Obat luka perineum 4) Membantu ibu memposisikan diri dengan nyaman (dorsal recumbent) 5) Mencuci tangan Gambar 2.1 Cuci tangan 7 Langkah 6) Membantu klien untuk melepaskan pakaian bagian bawah, membuang pembalut

25 7) Memakai sarung tangan 8) Memasang alas bokong 9) Membersihkan labia kanan dengan kapas DTT 10) Membersihkan labia kiri dengan kapas DTT 11) Membersihkan vestibulum dengan kapas DTT 12) Membersihkan perineum dengan kapas DTT 13) Membersihkan anus dengan kapas DTT 14) Membersihkan labia kanan dengan kapas DTT 15) Mengeringkan dengan kassa kering dan bersih 16) Memeriksa apakah ada kemerahan di vulva dan perineum 17) Memeriksa apakah ada pembengkakan pada vulva dan perineum 18) Memeriksa apakah ada tanda kebiruan di vulva dan perineum 19) Memeriksa apakah ada keluar cairan dari vulva dan perineum 20) Memeriksa apakah jahitan bertautan atau tidak 21) Memberikan kompres antiseptik pada luka jahitan 22) Membantu klien mengenakan pakaiannya kembali 23) Membereskan alat-alat 24) Mencuci sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% dan melepaskan secara terbalik 25) Mencuci tangan 26) Menjelaskan hasil pemeriksaan

26 b) Perawatan Luka Perineum 1) Basuh atau siram air hangat pada perineum saat berkemih untuk mengurangi rasa terbakar. Melakukan hal yang sama setiap berkemih dan buang air besar. Pembasuhan dilakukan dari arah depan ke belakang. Menggunakan pembalut ukuan maxi dan ganti setidaknya empat atau enam jam sekali (Murkoff, 2007). 2) Perawatan luka laserasi atau episiotomi menurut Wheeler (2003), seringkali rendam duduk tiga sampai empat kali sehari dan krim pada area kulit perineum, berikan juga antibiotik oral. 3) Setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anus sehingga tidak terjadi infeksi. Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Apabila terdapat luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka (Ambarwati, 2009). 4) Nasehati ibu untuk: a) Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering. b) Hindari obat-obatan tradisional pada perineum. c) Mencuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali perhari. d) Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya (APN, 2007).

27 5) Nasehatkan ibu untuk selalu membersihkan vulva (bibir kemaluan) dari depan ke belakang. Apabila ada pembengkakan dikompres dengan es dan berendam air hangat setelah 24 jam setelah melahirkan (Wijayanti, 2009). 6) Nasehatkan ibu untuk kompres dingin Daerah yang nyeri di masase selama 5-10 menit menggunakan potongan es yang dibungkus dengan kain sekali pakai, tidak diperkenankan menaruh es terlalu lama lebih dari waktu yamg ditentukan dan es harus dihancurkan terlebih dahulu untuk menghindari kemungkinan terjadinya luka bakar akibat es (Ester, 2007). 3. PENGETAHUAN a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). b. Pentingnya Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Dari pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

28 Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus 5) Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).

29 c. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan menurut Notoatmodjo (2007), yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mejelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap hal yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

30 hukum hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria kriteria yang telah ada.

31 d. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku pendidikan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil keluaran (outcome) pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yaitu: 1) Faktor Predisposisi (predisposing factor) Dalam hal ini pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharan dan peningkatan kesehatan. Faktor faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistim nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. 2) Faktor Pemungkin (enabling factor) Faktor pemungkin ini berupa fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan kesehatannya adalah memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan. Termasuk juga fasilitas

32 pelayanan kesehatan. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. 3) Faktor Penguat (reinforcing factor) Faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga), serta petugas termasuk petugas kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas dan para petugas kesehatan. Bentuk bentuk perilaku menurut Notoatmodjo (2007). Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut. Respons ini berbentuk dua macam, yakni: a) Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. b) Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, dan disebut covert

33 behaviour. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah overt behaviour. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psycomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari: a) Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). b) Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). c) Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice) (Notoatmodjo, 2007). e. Penilaian dan Kategori Pengetahuan Pembuatan Instrumen untuk mengukur pengetahuan hendaknya memperhatikan aspek reliabilitas dan validitas alat ukur. Selain itu jumlah butir tes harus cukup memenuhi untuk menggambarkan tingkat pengetahuan yang sesungguhnya. Dengan jumlah soal 20 butir kiranya cukup untuk mengukur domain pengetahuan tertentu.

34 Kategori pengetahuan bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu baik, sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut-off point dari skor yang telah dijadikan persen. Untuk keseragaman maka dianjurkan menggunakan cut-off point sebagai berikut: Kategori Pengetahuan Gizi Skor Baik >80% Sedang 60-80% Kurang <60% (Khomsan, 2000) f. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2007). Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka (Notoatmodjo, 2007).

35 Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu: 1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). g. Tradisi Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Tradisi pada ibu yang mengalami luka laserasi adalah pantang makan-makanan yang amis. h. Umur Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.

36 Jenis perhitungan usia: 1) Usia Kronologis Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. 2) Usia Mental Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun. 3) Usia Biologis Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang. Umur/ usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu

37 orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. i. Pendidikan Menurut Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup (Yunus, 1999). Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia (Yunus, 1999). Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang (Yunus, 1999).

38 Menurut Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung. Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. j. Fasilitas Kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup Rumah Sakit (RS), Puskesmas, Poliklinik, Rumah Bersalin, dan sebagainya (Notoamodjo, 2003). k. Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama Tokoh masyarakat adalah orang-orang yang disegani dalam masyarakat, karena aktivitas dalam kelompoknya serta kecakapankecakapan dan sifat-sifat tertentu. Tokoh agama adalah orang-orang yang disegani karena orang tersebut memiliki pengetahuan yang lebih tentang agama. Para tokoh dalam msyarakat harus dapat dijadikan contoh atau panutan dalam perbuatan sehari-hari.

39 B. KERANGKA TEORI Predisposing Factor (Faktor Predisposisi): a. Pengetahuan b. Sikap c. Kepercayaan d. Tradisi e. Persepsi f. Umur g. Pendidikan Enabling Factor (Faktor Pemungkin) : Fasilitas kesehatan Reinforcing Factor (Faktor Penguat): a. Tokoh agama b. Tokoh masyarakat c. Sikap dan perilaku petugas kesehatan Perilaku Kesehatan Praktik perawatan luka laserasi perineum Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) Keterangan: : tidak diteliti : yang diteliti

40 C. KERANGKA KONSEP Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan perawatan luka laserasi ibu postpartum Praktik perawatan luka laserasi perineum Bagan 2.2 Kerangka Konsep D. HIPOTESIS Ada hubungan pengetahuan perawatan luka laserasi ibu postpartum dengan praktik perawatan luka laserasi perineum.