Peningkatan Kompetensi Sains melalui Model Pembelajaran Permainan Berpasangan. Slamet Mulyono

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

1) ABSTRAK

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

Oleh: Sutikno SD Negeri 2 Salamrejo Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SDN SIDOMULYO 03 SEMBORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERISTIWA ROTASI BUMI MELALUI METODE BERMAIN PERAN. Sarotun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: EKO MARGIANTO A PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Iwit Sunarsih SD Negeri 3 Sukorame, Gandusari, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

A ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN MEDIA MOVIE MAKER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 18 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

Penerapan Model Pair Checks Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Kelas VI. Siti Zaenab

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

Naskah Publikasi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas Xii Ips 5 Sma Negeri Karangpandan Melalui Model Pembelajaran Sakadumen (One Case Two Minutes)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS 4 SD NEGERI 3 JATIPOHON GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

PENERAPAN ALAT PERAGA KEPING BERWARNA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT. Heri Susianto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

JURNAL. Pengaruh Model Probing-Prompting Terhadap Kemampuan Mendeskripsikan Sifat-Sifat Cahaya Siswa Kelas V SDN Banjaran Kota Kediri

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

ERFIANA RESTYA RAHMAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

Transkripsi:

Peningkatan Kompetensi Sains melalui Model Pembelajaran Permainan Berpasangan Slamet Mulyono Kepala SDN Panggih Kec. Trowulan Kab. Mojokerto Email: slametmulyono@yahoo.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/ index.php/briliant Sejarah Artikel Diterima pada 31 Maret 2017 Disetuji pada 5 April 2017 Dipublikasikan pada 1 Mei 2017 Hal. 178-183 Kata Kunci: komptensi; sains, permainan berpasangan Abstrak. Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan Prestasi Belajar Sains melalui model pembelajaran berpendapat dalam permainan berpasangan siswa kelas kelas IV SDN Panggih Mojokerto. Subjek penelitian ini adalah kelas IV SDN Panggih, Mojokerto. Dari hasil pengolahan dan analisis data siklus I dan II terdapat kenaikan sebagai berikut : Nilai rata-rata siklus I sebesar 65,33 mengalami kenaikan menjadi 70,87 pada siklus II. Ketuntasan belajar telah mencapai 27 siswa atau 90% padasiklus II dan pada siklus I yang tuntas 22 siswa atau 73,33%, dengan demikian terjadi kenaikan ketuntasan belajar sebanyak 5 siswa atau sebesar 16,67%. Arah dan tujuan pembangunan bidang pendidikan telah tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 3 UU RI ini telah ditetapkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang berbunyi bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif,mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab (2003:8). Begitu pula khususnya pada mata pelajaran Sains merupakan salah satu pelajaran yang diberikan di sekolah dasar juga merupakan bagian yang tak terpisahkan untuk mmewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut. Sains merupakan suatu ilmu yang berlandaskan percobaan,dan pembelajaran sains tidak bersifat hafdalamn seperti mata pelajaran yang lainnya melainkan lebih menitik beratkan pada proses berpikir yang menurut siswa untuk ikut merasakan keterlibatan pendalamran dalam pembelajarannya melalui pengdalamman langsung dan observasi yang sungguh-sungguh relevan (Rustaman, 1997) Hal ini seperti yang telah dituangkan dalam kurikulum bahwa melalui pembelajaran Sains di kelas IV sekolah dasar diharapkan siswa memiliki kompetensi dasar sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan dalamt-dalat tubuh bagian dalam manusia dan hewan (organ pernafasan, pencernaan dan peredaran darah), 2) Memahami bahwa energi cahaya digunakan oleh tumbuhan untuk membuat makanan, 3) Mengaitkan ciri-ciri makhluk hidup dan lingkungan hidupnya, 4) Memanfaatkan saling keterkaitan antara ciri makhluk hidup dengan lingkungan 178 BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual

teknologi dan masyarakat, 5) Mencari hubungan antara struktur sederhana penyusun suatu bahan dengan sifat-sifatnya, 6) Menyimpulkan bahwa benda dapat mengalami perubahan sifat (ada yang dapat kembali dan tidak ada yang dapat kembali ke wujud), 7) Menyelidiki pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda. Pembelajaran Sains tidak lain merupakan proses konstruksi pengetahuan melalui aktivitas berpikir siswa. Dalam kondisi seperti siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri melalui proses komunikasi yang menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki anak dengan pengetahuan yang akan mereka temukan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran Sains di kelas IV SDN Panggih, dalam kenyataannya masih belum memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan harapan KKM Sains yang telah ditetapkan oleh guru yaitu 60, di samping itu juga menunjukkan hanya 12 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau ketuntasan belajar klasikal baru mencapai 36,67% dan nilai rata-ratanya baru berkisar 58,80. Ternyata rendahnya prestasi belajar Sains yang diraih oleh siswa kelas IV SDN Panggih, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (a) Minimnya pemberian tugas untuk memecahkan suatu masalah Sains secara bersama, baik saat pembelajaran berlangsung maupun berakhir. (b) Kurang adanya praktikum sebagai wahana untuk berlatih siswa dalam upaya menyelesaikan tugas yang diberikan guru. (c) Minat siswa untuk membaca buku masih minim, terbukti dari hasil wawancara dengan siswa, rata-rata dari mereka membaca buku pelajaran hanya pada saat bila ada tugas atau jikahanya akan ada ulangan. (d) Siswa mengalami kejenuhan dan bosan pada waktu proses pembelajaran Sains berlangsung, karena guru hanya mengandalkan ceramah dalam penyampaian materinya, sehingga berdampak pada kurangnya perhatian, minat bahkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran Sains. Sehingga materi yang disampaikan kepada siswa pun masih bersifat abstrak, dan berakibat materi tersebut sulit untuk dihafalkan ataupun dipahami oleh siswa dan juga tidak bertahan lama dalam memori siswa. Proses pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher center) dan siswa hanya sebagai pendengar setia, tanpa melakukan aktivitas lainnya. Oleh karena itu untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan adanya peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran ini dapat dilakukan melalui perubahan perubahan pemilihan strategi pembelajaran yang digunakan. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari peserta didik dalam pembelajaran. Keterlibatan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran. Sujana dalam Mulyasa (2005:156) mengemukakan bahwa syarat kelas yang efektif adalah adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari peserta didik. Keterlibatan peserta didik merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar di kelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu peserta didik harus memahami dan memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar. Soedijarto (1993;25) menyatakan bahwa kualitas proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dapat ditunjukkan oleh tingginya interaksi siswa dengan guru dan obyek belajar. Untuk itu guru harus berupaya agar siswanya dapat terlihat langsung secara aktif dalam setiap proses pembelajaran. Bruner dalam Abu Dori (1997:21) menyatakan bahwa hasil belajar dengan cara belajar 179

mencari dan menemukan sendiri lebih mudah dihafalkan, diingat dan mudah ditransfer serta dapat menumbuhkan motivasi intrinsik/internal. Salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong dan membangkitkan serta meningkatkan peran serta aktif dari para siswa adalah model pembelajaran Permainan Berpasangan dalam Permainan Berpasangan yang dikemukakan oleh Silberman. Menurut Silberman (2005:115) menyatakan bahwa model pembelajaran Permainan Berpasangan dalam Permainan Berpasangan adalah model pembelajaran yang memberi kebebasan kepada siswa untuk saling Permainan Berpasangan dengan teman pasangannya yang ditandai dengan tanda pengenal. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa kegiatan Permainan Berpasangan bisa digunakan untuk menstimulasi keterlibatan siswa dalam pelajaran yang akan anda sampaikan. Kegiatan ini juga mengingatkan siswa untuk mendengarkan secara cermat dan membuka diri terhadap bermacam pendapat. Melalui model pembelajaran ini menurut Siberman (2005:115) siswa bebas bergerak mencari teman pasangannya untuk saling saling Berpendapat, sehingga siswa tidak hanya terpaku diam duduk di kursi, melainkan bergerak dengan bebas dan leluasa untuk mencari temannya, dan tercipta dalam pembelajaran yang dinamis dan kreatif serta menyenangkan bagi siswa, karena mereka dapat belajar sambil bermain mencari teman pasangannya. Menurut Subagyo (1994:22) menyatakan bahwa model pembelajaran Permainan Berpasangan dalam Permainan Berpasangan adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa secara berpasangan sesuai dengan tanda pengenal dihadapkan pada suatu masalah yang dapat berupa pernyataan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama Lebih lanjut dijelaskan oleh Hasibuan (1988:20), bahwa model pembelajaran Permainan Berpasangan dalam Permainan Berpasangan adalah salah satu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok kecil sesuai dengan pasangan tanda pengenal) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah Dari pendapat para ahli tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa model pembelajaran Permainan Berpasangan dalam Permainan Berpasangan merupakan model pembelajaran yang memberi kebebasan kepada siswa untuk mencari teman pasangannya sesuai dengan tanda pengenal guna saling Permainan Berpasangan dengan pasangannya dalam upaya memecahkan problem yang diberikan guru. Berdasarkan uraian sebelumnya maka untuk memperbaiki proses pembelajaran materi sain, peneliti model pembelajaran Permainan Berpasangan dalam Permainan Berpasangan. Menurut Melvin L Silberman (2005:116) bahwa langkah-langkah model pembelajaran ini adalah (1) Berikan label nama kepada tiap siswa. Perintahkan siswa untuk menuliskan nama mereka pada label dan mengenakannya. (2) Perintahkan siswa untuk berpasangan dan memperkenalkan diri pada siswa lain. Kemudian perintahkan pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi pendapat tentang jawaban atas pertanyaan atau pernyataan provokatif yang memancing opini mereka tentang persodalamn seputar materi yang anda ajarkan (3) Ucapkan kerjakan sekarang dan arahkan siswa untuk bertukar label nama atau tanda pengenal mereka dengan pasangannya dan kemudian menemui siswa lain. (4) Selanjutnya perintahkan siswa untuk berganti 180

label nama lagi dan mencari siswa lain untuk diajak bicara dan berbagi pendapat dari siswa yang tanda pengenalnya ia kenakan sekarang (5)Lanjutkan proses itu hingga sebagian besar siswa telah saling bertemu. Kemudian katakan kepada tiap siswa untuk mendapatkan kembali label namanya sendiri. METODE Rancangan Penelitian Tahap Perencanaan Dalam hal ini langkah-langkah yang telah dipersiapkan antara lain: Menyusun RPP, dan butir-butir soal untuk evaluasi / ulangan harian, Mempersiapkan instrumen pengamatan dan instrumen tes, Menyiapkan daftar nilai Tahap Pelaksanaan Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan/penelitian terhadap apa yang telah direncanakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sains.Partisipan melakukan pengamatan atas jalannya proses pembelajaran, dengan maksud agar mengetahui keaktifan dan keterlibatan siswa dan juga kompetensi guru dalam membimbing, mengarahkan dan memfasilitasi pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Permainan Berpasangan dalam Permainan Berpasangan. Langkah Selanjutnya melakukan penilaian untuk mengukur sejauh mana siswa menguasaai dan memahami konsep tentang penyesuaian hidup dengan lingkungannya, setelah diberikan tindakan. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes tertulis bentuk pilihan ganda dan uaraian. Tahap Refleksi Setelah pengamatan selesai dilakukan dlaam rangka memperoleh data, maka data tersebut diolah untuk digunakan sebagai dasar menarik kesimpulan. Bila ternyata hasil kesimpulan tersebut menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan maka perlu dicari faktor-faktor yang menyebabkan adanya ketidak tercapaian pelaksanaan penelitian tersebut. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan sejak bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Oktober 2016 dan bertempat di SDN Panggih, Mojokerto.Tahun pelajaran 2016/2017 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Panggih, Mojokerto. Tahun Pelajaran 2016-2017 dengan jumlah 30 siswa terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrumen meliputi lembar Tes, catatan lapangan tentang respn siswa, dokumentasi. 181

Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. Rumus yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data antara lain: (1) Mencari rata-rata (Mean), (2) Mencari prosentase (%) P klasikal., (3) Mencari ketuntasan belajar HASIL Dari hasil pengolahan dan analisis siklus I dan siklus II, secara keseluruhan ternyata ada perkembangan menuju kearah positif yaitu adanya kenaikan nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, ketuntasan belajar dan pencapaian peringkta prestasi belajar tinggi serta keterlibatan siswa dan juga respon siswa terhadap penerapan model pemeblajaran Permainan Berpasangan dalam permainan berpasangan tanda pengenal Untuk lebih jelasnya peneliti paparkan perkembangan yang positif tersebut melaui table dan gradik sebagai berikut: Tabel 1: Perkembangan prestasi belajar Sains prasiklus, siklus I sampai II Siklus Unsur Perkembangan Kesimpulan No Awal I II 1 Nilai rata-rata 58,80 65,33 70,87 Ada kenaikan 2 Nilai tertinggi 78 85 91 Ada kenaikan 3 Nilai terendah 44 50 57 Ada kenaikan 4 Ketuntasan belajar 30% 73% 90% Ada kenaikan 5 Peringkat prestasi 0 67% 67% Ada kenaikan 6 Tingkat keterlibatan 0 79% 93% Ada kenaikan 7 Tingkat respon siswa 0 75% 96% Ada kenaikan Apabila digambarkan melalui grafik sbb: 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Penilaian awal Siklus I Siklus II nilai rata-rata ketuntasan belajar nilai tertinggi nilai terendah peringkat tinggi keterlibatan siswa respon siswa 182

PEMBAHASAN Jadi berdasarkan hasil analisis data tentang perkembangan prestasi belajar yang diraih para siswa maka dapatlah disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran Permainan Berpasangan dalam Permainan Berpasangan ternyata prestasi belajar Sains pada siswa kelas IV SDN Panggih, Kecamatan Trowulan Mojokerto dapat meningkat secara optimal. KESIMPULAN Dari hasil analisis data pada siklus I dan II ternyata menunjukkan adanya perbaikan dan perkembangan nilai rerata, nilai tertinggi, nilai terendah dan perolehan peringkat prestasi belajar serta tingkat ketuntasan belajar siswa yang sangat signifikan sehingga dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran Permainan Berpasangan dalam proses pemebdalajaran ternyata prestasi belajar Sains siswa kelas IV SDN Panggih, Mojokerto dapat meningkat. SARAN Saran dalam penelitian ini adalah pelaksanaan guru harus selalu memberi reward/ penguatan atau pujian baik dalam bentuk fisik maupun non fisik kepada para siswanya. (2) Diharapkan pihak sekolah menyediakan sarana praktikum untuk memperlancar dan menunjang proses pembelajaran Sainns dan (3) Memperbanyak persediaan jumlah buku pelajaran Sains sesuai dengan jumlah siswa DAFTAR RUJUKAN Dahar, Ratna Wilis. 1988, Teori-teori Belajar. Bandung: P2LPTK Dhori, Abu. 1997, Metodelogi Pembelajaran, PPPG IPS dan PMP, IKIP Mdalamng Djamarah. Bakri. 1994. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Muhajir, Noeng. 1993. Subjek didik, Jakarta: Rineka Cipta Pasaribu, JJ., & Moedjiono, 1995. Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV. Remaja karya Subagyo Rahman, 1984, Belajar PemBelajAran dan Metode-metode dalam Pemeblajaran, Jakarta: BRI Urusan Pendidikan dan Pelatihan. Silberman, Melvin L. 2005, Active Learning 101: Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Nusamedia. Sriyono, dkk, 1991, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, Jakarta. RinekaKarya Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru Bandung: Rsdakarya Usman, M.U. 1995, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 183