Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

dokumen-dokumen yang mirip
Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

EVALUASI MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK PREDIKSI IKLIM EKSTRIM DENGAN KORELASI CURAH HUJAN DAN TINGGI MUKA LAUT DI SEMARANG

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI

Architecture Net, Simple Neural Net

BAB III LANDASAN TEORI. Definisi Peramalan adalah memperkiraan atau memproyeksikan sesuatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

Identifikasi Unsur-Unsur Berdasarkan Spektrum Emisi Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data

ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN METODE BACK PROPAGATION (Studi Kasus : RSU.

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PESERTA KB BARU DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE BACKPROPAGATION

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG)

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PERANCANGAN APLIKASI MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT MATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

BAB I PENDAHULUAN. paling parah dan paling lama tingkat pemulihannya akibat krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Presentasi Tugas Akhir

PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

Transkripsi:

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Andi Ihwan 1), Yudha Arman 1) dan Iis Solehati 1) 1) Prodi Fisika FMIPA UNTAN Abstrak Fluktuasi suhu udara berdasarkan deret waktu dapat didekati dengan menggunakan model Jaringan Saraf Tiruan (JST), dalam penelitian ini dilakukan estimasi suhu udara bulanan dengan studi kasus di Kota Pontianak menggunakan JST Propagasi Balik. Fungsi aktifasi yang digunakan adalah fungsi linear, sigmoid bipolar, dan sigmoid biner. Hasil simulasi pada tahap training dengan data bulanan sebanyak 216 data (1990 2008) diperoleh bahwa data model mampu mengikuti pola suhu udara observasi pada iterasi 6936 dengan nilai MSE 9,98.10-7 dan koefisien korelasi 1. Sedangkan pada tahap pengujian menggunakan sebanyak 12 data diperoleh bahwa hasil model masih dapat mengenali pola suhu udara bulanan dengan nilai koefisien korelasinya 0,97. Kata Kunci : Suhu Udara,Propagasi Balik, JST. 1. Pendahuluan Suhu udara merupakan salah satu faktor penentu iklim di permukaan bumi. Terjadinya perubahan iklim diindikasikan karena akibat dari pemanasan global (Global Warming) permukan bumi, dimana parameternya ditentukan berdasarkan fluktuasi suhu udara. Untuk mempelajari perilaku (pola) iklim banyak dilakukan secara intuitif atau dengan menggunakan metode statistik. Salah satu metode peramalan yang digunakan adalah metode JST (Jaringan Saraf Tiruan). Metode ini merupakan salah satu metode berbasis kecerdasan buatan, yang mampu mengidentifikasi pola dari sistem dengan metode pembelajaran. 2. Landasan Teori Iklim Kota Pontianak Kota pontianak beriklim tropik basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi pada bulan, dan memiliki curah hujan rata-rata berkisar antara 200 s.d 350 milimeter per bulan, tekanan udara berkisar 1,010 s.d 1,012 milibar per bulan, dan penyinaran matahari berkisar antara 40 s.d 60 persen per bulan (BLH,2010). Cuaca dan Iklim Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas (Tjasjono, 2004). Adanya fenomena iklim dan cuaca di bumi disebabkan karena penerimaan radiasi matahari tidak merata di permukaan bumi. Pada waktu radiasi surya memasuki sistem atmosfer menuju permukaan bumi (darat dan laut), radiasi tersebut akan dipengaruhi oleh gas-gas aerosol, serta awan yang ada diatmosfer. Sebagian radiasi akan dipantulkan kembali keangkasa luar, sebagian akan diserap dan sisanya diteruskan kepermukaan bumi berupa radiasi langsung (dircet) maupun radiasi baur (diffuse). Global Warming terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca. Sinar matahari yang dipancarkan ke bumi sebagian besar akan dikembalikan lagi ke atmosfer. Karena adanya gas-gas rumah kaca, maka sinar matahari yang seharusnya dikembalikan ke atmosfer tersebut akan dipantulkan kembali ke bumi, pemantulan inilah yang menyebabkan temperatur meningkat. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer, maka semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat (Lakitan, B., 1994). 1

Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik JST merupakan sistem pemroses informasi yang dapat diaplikasikan untuk mengenali pola, signal processing dan peramalan. JST Propagasi Balik merupakan JST multi layer yang mengubah bobot dengan cara mundur dari lapisan keluaran ke lapisan masukan. Tujuannya adalah melatih jaringan untuk mendapatkan keseimbangan antara kemampuan jaringan untuk mengenali pola yang digunakan selama pelatihan serta kemampuan jaringan untuk memberikan respon yang benar terhadap pola masukan dengan pola yang dipakai selama pelatihan. (Siang, 2004). JST Propagasi Balik merupakan algoritma pembelajaran yang terawasi dan biasanya digunakan oleh perceptron dengan banyak lapisan untuk mengubah bobot-bobot yang terhubung dengan neuron-neuron yang ada pada lapisan tersembunyi. Algoritma backpropagation menggunakan error output untuk mengubah nilai bobot-bobotnya dalam arah mundur. Untuk mendapatkan error ini, tahap perambatan maju (forward propagation ) harus dikerjakan terlebih dahulu. Pada saat perambatan maju, neuronneuron diaktifkan menggunakan fungsi aktivasi yang dapat dideferensiasikan (Diyah P., 2006). Secara matematis neuron dapat digambarkan dengan persamaan : u p W X (1) i ij j j 1 Y n = φ (u n -θ n ) (2) dengan x 1,x 2,, x n adalah sinyal input, w n1, w n2,, x np adalah bobot-bobot sinaptik dari neuron n; u n adalah linear combiner output; n adalah threshold; adalah fungsi aktivasi; dan y n adalah sinyal output dari neuron. Penggunaan threshold memberikan pengaruh adanya affine transformation terhadap output u n dari linier combiner sebagai berikut : v n = u n θ n (3) Treshold n adalah suatu parameter eksternal dari neuron n. Treshold n dapat bernilai positif atau negatif. Pada tahap pelatihan, digunakan satu set data latihan. Bila output yang dihasilkan jaringan dengan bobot synaptic yang digunakan saat itu tidak sama dengan target (pada satu atau lebih neuron output) maka akan menghasilkan error. Sinyal error pada sebuah neuron output adalah : en tn yn (4) Jumlah kuadrat sinyal error digunakan sebagai acuan untuk melihat apakah jaringan sudah terlatih dengan baik atau tidak. E n 1 2 en (5) 2 Jumlah kuadrat pada sinyal error adalah fungsi dari seluruh bobot pada jaringan. Gradien E adalah vektor yang terdiri dari derivatif-derivatif parsial dari E terhadap setiap bobot. Arah kebalikannya akan menunjukkan pengurangan pada E. Dengan demikian bobot akan menyesuaikan diri untuk memperkecil E sebesar : E wmn (6) w Gradien E tersebut berlaku pada link-link menuju lapisan-lapisan sebelumnya, sampai ke lapisan sebelum lapisan input (Diyah P., 2006, Sri, K.D., 2004). 3. Metodologi Data yang digunakan dalam simulasi model ini adalah data suhu udara bulanan Kota Pontianak selama 20 tahun (1990-2009). Gambar 1 Data Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak (1990 2009). Sumber BMKG Kota Pontianak mn 2

Estimasi Suhu Udara dengan JST digunakan 4 langkah : 1. Memisahkan data yang akan digunakan sebagai data pelatihan dan data uji. Data suhu udara di Kota Pontianak 1990-2008 akan digunakan sebagai data pelatihan selama pembuatan JST sedangkan data pada tahun 2009 digunakan sebagai data untuk estimasi. 2. Desain JST Desain JST dilakukan untuk meramalkan Suhu Udara bulanan dimulai dengan menentukan banyaknya data masukan yang digunakan, banyaknya layar tersembunyi yang digunakan dan banyaknya keluaran yang diinginkan. Data yang digunakan sebagai masukan sebanyak 12 data (12 bulan) dan data keluaranya atau target adalah data pada bulan ke 13. Untuk mengetahui jumlah suhu udara pada bulan ke 14 maka data masukanya merupakan data pada bulan ke dua sampai ke 13, demikian seterusnya. 3. Pengenalan Pola (pelatihan) Pengenalan Pengenalan pola diperlukan untuk melakukan penyesuain nilai bobot dengan nilai target (keluaran) yang diinginkan sehingga akan menghasilkan bobot optimal yang bisa mengenali data uji. Kondisi penghentian penggenalan pola yang kan dilakukan pada penelitian ini adalah besarnya error (kesalahan) yang dihasilkan dari pelatihan. Pelatihan akan selesai apabila error yang dihasilkan kurang dari 0,000001. Error dihitung setelah tahapan forward Propagation. Apabila error lebih besar dari max (0,000001) maka pelatihan akan dilanjutkan ke tahap backward propagation. 4. Pengujian dan Estimasi Pengujian data yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah jaringan mampu mengenali pola data pelatihan dari input data yang diberikan. Apabila nilai error yang dihasilkan sudah mencapai target, maka output yang dihasilkan dapat digunakan sebagai data estimasi. Nilai validasi model didapat dari koefisien korelasi (r) dimana Nilai r terbesar adalah +1 dan r terkecil adalah 0, r = +1 menunjukan hubungan positip sempurna, sedangkan r = -1 menunjukan hubungan negatip sempurna. Nilai koefisien korelasi (r) tidak mempunyai satuan atau dimensi. Tanda + atau hanya menunjukan arah hubungan. Inisiasi Bobot Input Data Propagasi Maju Error dapat diterima? ya Propagasi balik tidak Gambar 2. Alur kerja analisis model Jaringan Saraf Tiruan (JST) Propagasi Balik, proses terus berulang sampai ditemukan error yang dapat diterima. 4. Hasil Dan Pembahasan Pengenalan Pola Data Suhu Udara Model JST back propagasi dapat mengenali pola input berupa suhu udara bulanan (Gambar 3) pada iterasi ke 6936, dengan RMSE 9,98.10-7. Nilai RMSE tersebut menunjukan bahwa target error yang diinginkan tercapai, dan hasil tersebut dapat digunakan untuk langkah selanjutnya. 3

Gambar 4 Perbandingan antara target dan output jaringan untuk data pelatihan Pengujian Hasil Model Gambar 3 Proses Training pola pada data suhu udara bulanan Kota Pontianak (1990-2008) Pada proses pengujian antara target dan output jaringan dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi yang diperlihatkan pada Gambar 5. Model JST di dalam pengujian pada suhu udara mampu mengikuti pola yang diberikan walaupun output yang dihasilkan tidak semua tepat terhadap target namun memiliki korelasi yang sangat tinggi yakni 0,97. Hasil pelatihan pengenalan pola juga menunjukan bahwa korelasi antara jaringan dan target bernilai sempurna (1). Tingkat korelasi yang sempurna ini juga dapat diperlihatkan pada Gambar 4 dimana terdapat kesesuain atau berimpitnya antara pola input masukan (*) dan target yang diberikan (o). Gambar 5 Hasil Korelasi Evaluasi data Pengujian pola pada data suhu udara bulanan Kota Pontianak 4

5. Kesimpulan Hasil penelitian JST dengan arsitektur [12 24 12 10 6 3 2 1] menunjukan bahwa JST mampu mengenali pola data suhu udara dengan nilai korelasi sangat baik hal ini terlihat koefisien korelasi pada saat pelatihan bernilai sempurnah (1) dan pada saat pengujian koefisien korelasi 0,97 (mendekati sempurna). Hasil pengujian data suhu udara bulanan pada tahun 2009 diperoleh simpangan terbesar antara target dan output yakni 1,9% sedangkan simpangan terkecil 0,02%. Gambar 6 Grafik perbandingan antara data suhu udara sebenarnya dan data suhu udara hasil pengujian JST Hasil pengujian model (Gambar 6) menunjukan bahwa JST mampu mengenali pola suhu udara di kota Pontianak, walaupun nilai suhu udara hasil pengujian JST berbeda dengan nilai data observasi. Secara spesifik pengujian model pada tahun 2009 yang diperlihatkan gambar di atas, terlihat pola antara data suhu sebenarnya hampir mendekati. Pada saat suhu udara actual mengalami peningkatan maka data model juga akan meningkat, perubahan tersebut dapat terlihat pada bulan Januari - Mei 2009. Begitu pun sebaliknya pada bulan berikutnya Juni Desember 2009 pada saat suhu udara actual mengalami penurunan maka trend data model juga turun, walaupun hasil Estimasi ini sedikit bebeda dengan nilai suhu udara sebenarnya. Simpangan terkecil dari pengujian terdapat pada bulan Desember 2009 yaitu 0.02% dan simpangan terbesar terdapat pada bulan Oktober 2009 yaitu 1.9 %. Daftar Pustaka Badan Lingkungan Hidup (BLH), 2010, Iklim pontianak, (http://blh.pontianakkota.go.id/indek.p hp/main=statistik&sub=iklim). Diyah P., 2006, Pengantar Jaringan Syaraf Tiruan, Andi, Yogyakarta. Lakitan, B., 1994, Dasar-Dasar Klimatologi, PT Raja Grafindo Persada, Yogyakarta. Siang, J.J., 2004, Jaringan Syaraf Tiruan Dan pemogramanya Menggunakan Matlab, Andi, Yogyakarta. Sri, K.D., 2004, Membangun jaringan syaraf Tiruan, Graha Ilmu, Yogyakarta. Tjasjono, B., 2004, Klimatologi Umum, ITB, Bandung. 5