BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak membawa sukses yang besar dibandingkan dengan penyebaran yang dilakukannya di negara Asia lainnya. Namun demikian dilihat dari keimanan yang tebal yang dimiliki orang Jepang dan usaha para misionaris asing yang begitu besar merupakan titik terang untuk penyebaran selanjutnya. Kegiatan penyebaran selanjutnya yang selalu dikaitkan dengan perdagangan, pada umumnya mendapat sambutan baik dari para daimyo. Beberapa di antara daimyo tersebut menjadi pelindung agama tersebut. Di bawah perlindungan daimyo Kristen ini misi mengembangkan penyebaran agama Kristen. Penyebaran tidak selalu berjalan lancar, karena sering terjadi bentrokan dengan agama Budha yang sudah ada sebelumnya dan daimyo yang bersikap antipati terhadap agama Kristen. Dalam penyebaran agama Kristen misionaris berusaha menarik simpati di antaranya dengan memberikan pengobatan secara cuma-cuma dan melayani pertanyaan yang diajukan masyarakat. Majunya perdagangan luar negeri juga merupakan faktor yang mendorong usaha penyebaran agama Kristen. Dengan pertimbangan hal ini dan berbagai hal lainnya, Toyotomi Hideyoshi dan para shogun awal zaman Tokugawa menganggap penyebaran agama Kristen merupakan ancaman bagi kesatuan politik dan masa depan bangsa jepang. Mereka segera mengadakan tindakan penindasan untuk menekan agama Kristen. 41
Pada masa pemerintahan Iemitsu, ia mengeluarkan larangan pertamanya yang bersifat lebih tegas daripada larangan yang pernah dikeluarkan oleh penguasa sebelumnya yang tidak diindahkan oleh pihak misionaris. Larangan ini berisi tentang larangan orang Jepang untuk keluar masuk negeri jepang, larangan terhadap agama Kristen khususnya misi kristen dan undang-undang perdagangan luar negeri. Larangan terakhir dengan mulai dilaksanakannya politik Sakoku. Larangan kelima ini juga merupakan larangan yang berlaku bagi kapal Portugis yang mengadakan hubungan dagang dengan Jepang. Selanjutnya pada tahun 1641 kantor dagang Belanda yang berada di Hirado dipindahkan ke pulau Dejima di pelabuhan Nagasaki. Pelabuhan ini merupakan satu-satunya pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan hanya orang Belanda dan Cina saja yang diizinkan oleh pemerintah Bakufu melakukan perdagangan di pelabuhan tersebut. Jadi politik Sakoku yang dilakukan pemerintah Tokugawa pada waktu itu merupakan salah satu faktor untuk mencegah perkembangan agama Kristen di Jepang. Disamping itu juga untuk melaksanakan politik sentralisasi pemerintah Bakufu dengan tujuan melemahkan kekuatan militer dan ekonomi para daimyo. Selama dua ratus tahun Jepang menutup diri akhirnya Jepang terpaksa membuka diri untuk menerima kembali bangsa asing dan secara tidak langsung menerima kedatangan para misionaris asing. Kedatangan orang-orang barat dengan cara paksa, di satu sisi telah menyadarkan bangsa Jepang akan ketertinggalannya. Tetapi disisi lain telah menambah kecurigaan masyarakat tehadap agama yang telah dinyatakan terlarang selama kira-kira dua abad. Pemerintah Jepang untuk beberapa saat masih menunjukkan sikap menolak terhadap ajaran ini. Kemudian karena mereka mempunyai kepentingan terhadap negara- 42
negara barat, terutama menyangkut masalah perbaikan perjanjian, sedikit demi sedikit sikapnya mulai melunak dan mencapai puncaknya dengan dikeluarkannya peraturan tentang kebebasan beragama tahun1889 serta pengakuan terhadap Kristen sebagai salah satu agama yang diakui negara dalam konperensi antar agama. Sikap pemerintah yang semakin toleran dan adanya kecenderungan untuk menerima westernisasi tidak menyebabkan seluruh masyarakat mendukung Kristen. Mereka yang masih menunjukkan sikap permusuhan terutama dari kalangan Budha. Negara Jepang pada pemerintahan Meiji selalu berusaha untuk memodernisasikan negaranya. Sementara Jepang semakin berkembang dan modernisasi terus berlangsung, masyarakat mulai meninggalkan agamanya dengan alasan sibuk bekerja. Hal ini bagi umat Budha lebih baik daripada terus-menerus melakukan pertentangan dengan agama Kristen. dengan dasar ini maka umat Budha bersama dengan umat Kristen mulai mengadakan kerja sama untuk mengembalikan keagamaan bangsa yang dianggap sudah semakin menurun akibat modernisasi. Perkembangan agama Kristen memang didukung oleh situasi politik yang memberikan kebebasan pada ajaran ini untuk disebarluaskan. Kemudian adanya kecenderungan umum terhadap modernisasi dan westernisasi telah menjadikan agama Kristen pada suatu momentum puncak di tahun 1880-an. Bangsa asing dengan segala kemampuannya mampu menggabungkan ajaran Kristen dengan teknologi dan modernisasi, sehingga masyarakat bisa menerimanya. Hal ini sangat terkait satu sama lain sehingga tidak dapat dikatakan mana yang lebih penting diantara keduanya.walaupun kedua hal tersebut saling terkait, tetapi pada pelaksanaannya agama lebih kurang bisa diterima oleh masyarakat secara umum. 43
Walaupun sejak tahun 1873 larangan terhadap agama Kristen dihapuskan dan pemerintah Jepang menyatakan toleransi agama sepenuhnya, namun kebijakan pemerintah ini selalu berubah, nyatanya masih banyak orang Kristen yang mengalami tekanan. Berkat perjuangan yang keras dari para misionaris, Jepang mengalami banyak perubahan dan sikap Jepang terhadap agama Kristenpun berubah, hal ini dikarenakan sikap dan usaha para misionaris di Jepang yang ikut memajukan Jepang. Kegiatan yang dilakukan misionaris dalm bidang sosial dan propagandanya mendapat perhatian dan simpati dari masyarakat terutama dari kalangan generasi muda yang mengikuti perkembangan kemajuan westernisasi dan modernisasi. Menurut Reischauer, pengaruh agama Kristen dalam masyarakat modern Jepang lebih besar dibandingkan jumlah penganutnya. Mereka terwakili dalam kalangan mereka yang terbaik pendidikannya dan terkemuka dalam masyarakat. Dalam menyebarkan agama Kristen, para misionaris mendapat dukungan yang tidak sedikit dari pemerintah Amerika dan negara-negara Eropa melalui hubungan diplomatik dengan negara Jepang. Jepang yang selalu berusaha untuk mengejar westernisasi dengan terpaksa menerima agama Kristen dan menjamin kebebasannya karena negara Eropa dan Amerika akan menganggap Jepang merupakan negara yang tidak beradab dan tidak akan mengalami kemajuan di negaranya apabila tidak menerima dan mengakui agama Kristen Berdasarkan hal ini maka misionaris asing di Jepang mendapat perlindungan dan dukungan sehingga tidak takut menghadapi tekanan dari pemerintah dan golongan masyarakat Jepang. Agama Kristen ternyata sangat besar pengaruhnya dalam negara Jepang untuk bisa terus menjalin hubungan dengan negara barat dan penyebaran agama Kristen berkembang dalam kehidupan masyarakat, misalnya dalam bidang pendidikan, rumah 44
sakit, kegiatan sosial, palang merah, persamaan hak sebagai manusia, persamaan derajat wanita, kebebasan beragama, serta menegakkan system lembaga perwakilan. Kegiatan yang lebih besar lagi pengaruhnya sehingga pemerintah ikut ambil andil yaitu mendirikan badan-badan untuk membantu anak-anak yatim piatu, cacat, lepra, pelayanan tahanan di penjara, tuna wisma. Melalui berbagai macam cara yang dilakukan para misionaris dan orang-orang Kristen dalam menyebarkan agama Kristen telah banyak pengaruhnya dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat dan mampu memperbarui banyak hal yang tidak dapat digambarkan dengan angka dalam statistik dan sering kali tidak diketahui atau tidak diakui keberadaannya diantara hasil-hasil yang ada. 4.2 Saran Selama pembuatan skripsi ini penulis banyak mencari sumber-sumber data dari perpustakaan Japan Foundation karena disana banyak buku tentang perkembangan agama Kristen dan tokoh-tokoh agama Kristen pada zaman Meiji. Berdasarkan pengalaman pembuatan skripsi ini maka penulis ingin berbagi pengalaman kepada setiap orang yang meneliti sejarah bahwa penelitian ini tidak berupa penjabaran dan memasukkan data-data yang ada, tetapi menjelaskan berdasarkan pemikiran tentang apa saja yang kita ketahui. 45