KEMENTERIAN PERINDUSTRI. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Telepon:

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

ISU STRATEGIS, PROGRAM PRIORITAS DAN PROGRAM KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa

PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI DAERAH MELALUI PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN INDUSTRI. Oleh : DR. Dedi Mulyadi, M.Si

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

Tujuan pengembangan wilayah pada tahun adalah mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Untuk itu, kami berpesan kepada para mahasiswa yang akan menjalani pendidikan selama tiga

MENATA ULANG INDONESIA Menuju Negara Sejahtera

Industri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015

Pertumbuhan Ekonomi VS Pemerataan Kesejahteraan Buruh dan Rakyat. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia 2015

PEMBANGUNAN PARIWISATA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2017

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL DAN PROGRAM MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

Willem P. Riwu. Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri (PUSAT PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM USAHA INDUSTRI-BPKIMI-KEMENPERIN)

SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG API-API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Keterangan Tw.III. Distribusi/share terhadap PDB (%) 5,25 5,24 5,31 5,14 5,32 5,61 5,99

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ANTAR WILAYAH

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Disampaikan oleh : Ir. Harjanto, M.Eng Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur. Jakarta, 28 Januari 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Sambutan Presiden RI pd Pertemuan Bisnis para Pengusaha Indonesia dan..., Beijing, tgl 27 Mar 2015 Jumat, 27 Maret 2015

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kegiatan Prioritas Tahun 2011

BIDANG PEREKONOMIAN PERWUJUDAN INDONESIA SENTRIS DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN SECARA MERATA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERKUATAN STRUKTUR INDUSTRI NASIONAL UNTUK PENINGKATAN SINERGI DAN DAYA SAING

Targetkan Investasi 12,5 Triliun, Kemenperin Gencar Jaring Investor di KEK Palu

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2015

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

REALISASI INVESTASI DAN REALISASI PENERBITAN IZIN PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Contents

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PELAYANAN PENANAMAN MODAL DI PTSP PUSAT-BKPM (Updating layanan izin investasi 3 jam)

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Kementerian Perindustrian

Prosedur Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Kawasan Ekonomi Khusus Di Indonesia. Jakarta 13 November 2014

Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan Pemerataan Pembangunan Industri

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERINDUSTRI Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telepon: 021-525 6548

DAFTAR ISI 1 PENDAHULUAN 3 2 KINERJA SEKTOR INDUSTRI 7 3 PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 13 4 KEBUTUHAN LAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 33 2

I. PENDAHULUAN 3

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI ( KBI KTI) KAWASAN BARAT INDONESIA LUAS : 32,48 % PENDUDUK : 81,32 % INDUSTRI : 95,56 % KAWASAN TIMUR INDONESIA LUAS : 67,52 % PENDUDUK : 18,68 % INDUSTRI : 4,44 % PULAU JAWA LUAS : 7,0 % PENDUDUK : 60 % INDUSTRI : 90 % REGIONAL INEQUALITY (Ketidakseimbangan pembangunan daerah) 4

SASARAN PEMERATAAN DAN PENYEBARAN INDUSTRI Penyebaran Industri 2013 Penyebaran Industri 2035 Luar Jawa 28% Jawa 72% Luar Jawa 45% Jawa 55% 5

II. KINERJA SEKTOR INDUSTRI 6

PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI S.D. TAHUN 2013 (%) * Sumber: BPS diolah Kemenperin 7

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS TERHADAP PDB NASIONAL TAHUN 2013 * Sumber: BPS diolah Kemenperin 8

REALISASI INVESTASI TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH NO. WILAYAH Nilai Investasi (Rp Miliar) PMDN PMA Total I SUMATERA 22.913,8 32.086,0 54.999,8 II JAWA 66.495,7 163.734,3 230.229,9 III BALI & NUSA TENGGARA 4.400,2 8.399,8 12.800,1 IV KALIMANTAN 28.713,6 26.208,7 54.922,3 V SULAWESI 3.624,2 14.157,6 17.781,8 VI MALUKU 1.114,9 3.035,6 4.150,6 VII PAPUA 888,2 22.813,8 23.702,0 JUMLAH 128.150,6 270.435,8 398.586,4 Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI) Total investasi tahun 2013, lebih banyak didominasi oleh PMA yang mencapai 67,84 persen dari total Rp 398,6 triliun. 9

SEBARAN INVESTASI TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH (PERSEN) 13.78 4.46 1.04 5.95 13.80 Sumatera Jawa 3.21 Bali Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi 57.76 Maluku Papua Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI) Pada tahun 2013, Pulau Jawa masih menjadi wilayah yang terbesar dalam menyerap investasi, disusul oleh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi 10

REALISASI INVESTASI SEKTOR INDUSTRITAHUN 2013 MENURUT WILAYAH NO. WILAYAH Nilai Investasi (Rp Miliar) PMDN PMA Total I SUMATERA 9.149,57 16.428,60 25.578,17 II JAWA 26.552,02 74.233,83 100.785,85 III BALI & NUSA TENGGARA 1.757,04 2.994,20 4.751,24 IV KALIMANTAN 11.465,47 12.056,52 23.522,00 V SULAWESI 1.447,15 7.514,27 8.961,42 VI MALUKU 445,19 1.638,70 2.083,89 VII PAPUA 354,67 11.905,22 12.259,89 JUMLAH 51.171,10 126.771,35 177.942,45 Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI) Investasi sektor industri tahun 2013, lebih banyak didominasi oleh PMA yang mencapai 71,24 persen dari total Rp 177,9 triliun. 11

SEBARAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH (PERSEN) 13.22 5.04 1.17 6.89 14.37 Sumatera Jawa Bali Nusa Tenggara Kalimantan 2.67 56.64 Sulawesi Maluku Papua Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI) Pada tahun 2013, Pulau Jawa masih menjadi wilayah yang terbesar dalam menyerap investasi sektor industri, disusul oleh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi 12

III. PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 13

TUJUAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI a. Mengendalikan pemanfaatan ruang; b. Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan; c. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah; d. Meningkatkan daya saing industri; e. Meningkatkan daya saing investasi; dan f. Memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor terkait. 14

Daya Saing Kawasan Industri Kawasan Industri (KI) di Indonesia relatif kurang memiliki daya saing dibandingkan dengan KI di negara-negara pesaing ditinjau dari harga lahan KI dan biaya logistik. 15

Upaya Peningkatan Daya Saing Kawasan Industri 1. Meningkatkan peran pemerintah/bumn dalam pengembangan kawasan industri. 2. Membangun kawasan industri yang terintegrasi dengan sektor lain seperti perhubungan, pekerjaan umum, perumahan, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan keamanan. 3. Membangun kawasan industri yang fokus pada komoditi atau klaster industri tertentu. 4. Membangun Pusat Inovasi di setiap KI sebagai sarana untuk R&D dan peningkatan kompetensi SDM 16

PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN KI (UU NO 3/2014) Pengaturan: (Pasal 62-Pasal 63) 1. Menteri Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya infrastruktur Industri. 2. Infrastruktur Industri paling sedikit meliputi: a. lahan Industri berupa Kawasan Industri dan/atau kawasan peruntukan Industri; b. fasilitas jaringan energi dan kelistrikan; c. fasilitas jaringan telekomunikasi; d. fasilitas jaringan sumber daya air; e. fasilitas sanitasi; dan f. fasilitas jaringan transportasi. 3. Penyediaan infrastruktur Industri dilakukan melalui: a. pengadaan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; b. pola kerja sama antara Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dengan swasta, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dan swasta; atau c. pengadaan yang dibiayai sepenuhnya oleh swasta. 4. Untuk mendukung kegiatan Industri yang efisien dan efektif di wilayah pusat pertumbuhan Industri dibangun Kawasan Industri sebagai infrastruktur Industri yang harus berada pada kawasan peruntukan Industri sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. 5. Pembangunan Kawasan Industri dilakukan oleh badan usaha swasta, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau koperasi. 6. Dalam hal tertentu, Pemerintah memprakarsai pembangunan Kawasan Industri. 17

PENJELASAN (PASAL 63 AYAT 4) 1. Hal tertentu : kondisi pada saat pihak swasta tidak berminat atau belum mampu membangun kawasan industri, sementara Pemerintah perlu mempercepat industrialisasi di wilayah pusat pertumbuhan industri dengan mempertimbangkan geoekonomi, geopolitik dan geostrategis 2. Memprakarsai : melakukan investasi langsung untuk membangun kawasan industri 18

APA YANG HARUS DILAKUKAN? 1. Peran Pemerintah Indonesia dalam menyediakan lahan kawasan industri akan ditingkatkan kembali. 2. Pemerintah terus mendorong pengembangan kawasan-kawasan industri yang baru. 3. Pemerintah harus melakukan intervensi dengan cara menambah pasokan lahan kawasan industri melalui program fasilitasi pembangunan kawasan industri. 4. Bentuk intervensi pemerintah dengan cara melakukan pembangunan kawasan industri. 5. Pemerintah berperan aktif dalam pengembangan kawasan industri melalui mekanisme hibah dan pinjaman luar negeri. Beberapa bentuk hibah yang diperlukan antara lain: hibah bantuan teknik; hibah bantuan proyek; kerjasama teknik; dan kerjasama keuangan. 19

Apa yang harus dilakukan Pemerintah? Mendorong pengembangan kawasan-kawasan industri yang baru. Melakukan intervensi agar terjadi penambahan pasokan lahan kawasan industri melalui program revitalisasi dan perluasan kawasan industri yang ada. Meningkatkan investasi Pemerintah/BUMN dalam usaha kawasan industri. 20

SPESIFIKASI DAN FASILITASI KAWASAN INDUSTRI a. Luas lahan kawasan industri paling rendah 50 (lima puluh) hektar dalam satu hamparan; b. Luas lahan kawasan industri tertentu untuk usaha mikro, kecil, dan menengah paling rendah 5 (lima) hektar dalam satu hamparan; c. Perusahaan di dalam kawasan Industri dapat diberikan fasilitas kepabeanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan; d. Fasilitas perpajakan terhadap kawasan industri dan perusahaan industri di dalam kawasan industri diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan. 21

Peran Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan Kawasan Industri di Beberapa Negara Asia Negara Pemerintah Swasta Malaysia, 285 KI 78 % (Pusat dan Lokal) 22 % Jepang 85 % 15 % Korea Selatan, 300 KI 70 % (Pusat dan Lokal) 30 % Taiwan 90 % 10 % Singapura 85 % 15 % Thailand, 27 KI 48 % 52 % (kerjasama Pemerintah dan Swasta) Pilipina, 20 KI 30 % (Pusat dan Lokal) 70 % Indonesia 6 % 94 % Sumber : ULI (1975) dan Dirdjojuwono (2004) Catatan : Persentase menyatakan kontribusi dalam bentuk penanaman modal 22

Tantangan Kawasan Industri Tantangan di Pulau Jawa Tantangan di Luar Pulau Jawa Keterbatasan lahan untuk pembangunan dan pengembanganan Infrastruktur pendukung seperti jalan raya, kereta api, pelabuhan dan sebagainya kurang memadai Daya dukung yang terbatas (sumber daya air) Kompetensi tenaga kerja dan SDM industrial yang terlatih di daerah kurang memadai Belum semua Kabupaten/Kota telah menetapkan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) khususnya kawasan peruntukan industri Masalah Lingkungan dan Sosial Minat swasta nasional untuk melakukan usaha kawasan industri masih rendah 23

Arah Pengembangan Kawasan Industri Kawasan Industri di Pulau Jawa Pengembangan kawasan-kawasan industri yang sudah ada, dan mendorong pembangunan kawasan industri yang baru diarahkan pada industri-industri berbasis teknologi tinggi Kawasan industri yang saat ini menampung perusahaan yang beraneka ragam diarahkan untuk fokus pada pengembangan jenis industri tertentu. Kawasan industri di Jawa Barat: fokus pada industri permesinan dan teknologi tinggi. Kawasan industri di Banten: fokus pada industri kimia dan besi baja Kawasan industri di Jawa timur: fokus pada pengembangan industri petrokimia dan industri penunjang migas. Kawasan industri di Jawa Tengah: fokus pada pengembangan industri padat karya seperti tekstil dan sepatu. 24

Arah Pengembangan Kawasan Industri Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa Pengembangan kawasan-kawasan industri baru yang diarahkan pada industri-industri berbasis sumberdaya alam dan pengolahan mineral serta memanfaatkan lokasi geografi yang strategis Mensinergikan pengembangan kawasan industri dengan program MP3EI untuk membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru 25

Ciri - Ciri Kawasan Industri Generasi Ketiga 1. Mengarah pada pengembangan kota baru 2. Infrastruktur sudah terintegrasi dengan sistem logistik 3. Berorientasi pada pelayanan jasa 4. Memiliki fasilitas pendidikan industrial 5. Memiliki fasilitas R & D 6. Memperhatikan lingkungan, dan 7. Memiliki sistem manajemen pengelolaan yang efisien dan efektif 26

Karakter Kawasan Industri Modern Generasi III 27

FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI PULAU JAWA Semarang : Industri Tekstil Gresik: Industri Petrokimia Lamongan: Industri Perkapalan Jabodetabek (termasuk Subang, Karawang, Purwakarta): Industri Permesinan dan Alat Transportasi Majalengka: Industri Tekstil Bandung: Industri Telematika Kulon Progo: Industri Besi Baja Boyolali: Industri Tekstil 28

FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI PULAU SUMATERA Kuala Tanjung: Industri Alumina Sei Mangkei : Industri Turunan CPO Dumai: Industri Turunan CPO Bangka: Industri Timah Muara Enim: Gasifikasi Batu Bara Cilegon: Industri Besi Baja Bojonegara: Industri Kimia Tanggamus: Industri Maritim 29

FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI PULAU KALIMANTAN Landak: Industri Berbasis Agro Mempawah dan Tayan : Industri Smelter/ Chemical Grade Alumina Puruk Cahu: Industri Berbasis Batubara Maloy: Industri Turunan CPO Kariangau: Industri Turunan CPO Ketapang: Industri Berbasis Agro Batu Licin: Industri Besi Baja 30

FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI PULAU SULAWESI Bantaeng : Ferronikel Palu: Agroindustri Morowali: Industri Ferronikel Bitung : Logistik Soroako: Industri Ferronikel Gowa: Agroindustri Takalar: Industri Minyak dan Gas 31

FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI PULAU MALUKU DAN PAPUA Halmahera Timur (Buli) : Industri Ferronikel Halmahera Tengah (Wade Bay) : Industri Ferronikel Sorong : Industri Petrokimia Bintuni: Industri Petrokimia dan Pupuk 32

IV. KEBUTUHAN LAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 33

Kebutuhan PENGEMBANGAN Lahan KAWASAN Pengembangan INDUSTRI Kawasan (KEK) TAHUN Industri 2011 No Kawasan Industri Klaster Industri Kebutuhan Lahan (Ha) Penetapan RTRW Perda No Wilayah I Sumatra 1 Sei Mangkei Kelapa Sawit 2.002,00 Kab. Simalungun 10 TAHUN 2012 2 Kuala Tanjung Aluminium 2.000,00 Kab. Batubara 10 TAHUN 2013 3 Sei Bamban Agro (Sawit dan Karet) 112,50 Kab. Serdang Bedagai 12 TAHUN 2013 4 Tanjung Buton Aneka Industri dan penunjang industri migas 5.000,00 - - 5 Tanjung Api-Api Sawit,Karet dan Petrokimia 4.044,00 Kab. Banyuasin 28 TAHUN 2012 6 Belitung Pengolahan Timah dan Industri Agro 229.369,00 - - 7 Tanjung Ular Timah 765,40 Kab. Bangka Barat 1 TAHUN 2014 8 Semende Agro (Padi, Kopi, dan buah) 150,80 Kab. Muara Enim 13 TAHUN 2012 9 Tanggamus Maritim 3.500,00 Kab. Tanggamus 16 TAHUN 2010 Kalimantan 10 Batu Licin Besi Baja 530,00 - - 11 Landak Agro (Karet) 306,00 - - 12 Tayan Sawit 103,56 - - 13 Kariangau Minyak dan Gas 2.198,00 Kota Balikpapan 4 TAHUN 2012 Luas Total 250.081,26 34

Kebutuhan PENGEMBANGAN Lahan KAWASAN Pengembangan INDUSTRI Kawasan (KEK) TAHUN Industri 2011 No Kawasan Industri Klaster Industri Kebutuhan Lahan Penetapan RTRW Perda No (Ha) Wilayah II Jawa Barat 1 Majalengka Tekstil 342,02 - - 2 Cilamaya, Karawang Otomotif 3.100,00 Kab. Karawang 2 TAHUN 2013 3 Subang Otomotif, Permesinan, dan Elektronika 888,11 Kab. Subang 11 TAHUN 2011 Jawa Tengah 4 Bawen Tekstil, Perakitan, dan Pengolahan Kayu 182,5 Kab. Semarang 6 TAHUN 2011 Tekstil, Pengolahan, Telematika, Agro, 5 Pringapus dan Alat Angkut 257,00 Kab. Semarang 6 TAHUN 2011 6 Tenggaran Tekstil, Perakitan, dan Pengolahan Kayu 119,7 Kab. Semarang 6 TAHUN 2011 7 Boyolali Tekstil 280,48 Kab. Boyolali 20 TAHUN 2011 Tekstil, Produk Tekstil, dan Logistik 8 Demak Pergudangan 300,00 Kab. Demak 6 TAHUN 2011 9 KEK Kendal Tekstil 812,36 Kab. Kendal 20 TAHUN 2011 DI. Yogyakarta 10 Kulonprogo Besi Baja 2.646,00 Kab. Kulon Progo 1 TAHUN 2012 11 Tangguh Minyak dan Gas 2.152,00 Kab. Kulon Progo 1 TAHUN 2012 Sentolo Dry Port dan Landing Port Destination 951,4 Kab. Kulon Progo 12 Logistic Center 1 TAHUN 2012 Jawa Timur 13 Jombang Manufaktur 818,2 Kab. Jombang 21 TAHUN 2009 14 Salt Lake Gresik Manufaktur 285,00 Kab. Gresik 8 TAHUN 2011 Sidayu Gresik Industri dengan bahan baku Dolomit, Kab. Gresik 15 Krisalin, dan Sentra Industri Agro 3820,06 8 TAHUN 2011 16 Tuban Gresik Industri Berat, Kimia, Mesin dan Logam 227,53 Kab. Tuban 9 TAHUN 2012 17 Lamongan Manufaktur dan Maritim (Perkapalan) 950,00 Kab. Lamongan 15 TAHUN 2011 Luas Total 16437,32 35

Kebutuhan PENGEMBANGAN Lahan KAWASAN Pengembangan INDUSTRI Kawasan (KEK) TAHUN Industri 2011 No Kawasan Industri Klaster Industri Kebutuhan Lahan (Ha) Penetapan RTRW Perda No Wilayah III Sulawesi 1 Bitung pusat logistik 534,00 Kota Bitung 40 TAHUN 2011 2 Morowali Nikel 1.200,00 Kab. Morowali 2 TAHUN 2012 3 Palu Rotan 1.500,00 Kota Palu 16 TAHUN 2011 4 Kendari Mebel Rotan 200,00 Kota Kendari 1 TAHUN 2012 5 Bantaeng Nikel 2.000,00 Kab. Bantaeng 2 TAHUN 2012 6 Gowa Mamintem 600,00 Kab. Gowa 25 TAHUN 2012 7 Takalar Nikel 2.139,00 Kab. Takalar 6 TAHUN 2012 Maluku 8 Halmahera Timur Feronikel 393,31 Kab. Halmahera Timur 11 TAHUN 2012 9 Seram Bagian Barat Ikan hasil laut) 200,00 Kab. Seram Bagian 3 TAHUN 2014 Barat Papua 10 Bintuni Petrokimia 2.339,73 Kab. Teluk Bintuni 4 TAHUN 2012 11 Sorong kayu dan ikan laut 4.125,00 - - Nusa Tenggara 12 Kupang Garam 5.072,26 Kota Kupang 11 TAHUN 2011 Luas Total 20.303,30 36

KAWASAN INDUSTRI BERBASIS HASIL TAMBANG Di samping memanfaatkan potensi sumber daya alam yang terbarukan dan posisi lokasi geografis yang strategis, juga dalam rangka mempersiapkan diberlakukannya larangan ekspor bahan-bahan tambang mentah pada tahun 2014 mendatang. Melalui pengembangan kawasan industri berbasis hasil tambang, diharapkan kebijakan Kementerian Perindustrian dalam rangka hilirisasi hasil tambang dapat berjalan sesuai dengan UU No.4/2009 tentang Mineral dan Batubara. Untuk itu, dibutuhkan dukungan dan kerjasama yang baik antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi/Kabupaten serta kalangan dunia usaha dalam mendorong pembangunan kawasan industri berbasis hasil tambang. 37

TERIMA KASIH Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri http://www.kemenperin.go.id