BAB VI PENUTUP. tumbuhan, menganalisis dan mengevaluasi, mengadakan bimbingan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan di Indonesia. Salah satu tujuan pembangunan

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan hasil analisis data yang telah

BAB 6 PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Penelitian mengenai profesionalitas aparatur pemerintah Dinas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 971/MENKES/PER/XI/2009 TENTANG STANDAR KOMPETENSI PEJABAT STRUKTURAL KESEHATAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

I. PENDAHULUAN. Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali. dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

DINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas :

VI. PENGORGANISASIAN INTERNAL UKP

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 61 TAHUN 2008

MENGEMBANGKAN ETOS KERJA PENYULUH PERIKANAN. SUMARDI S dan ANDIN H. TARYOTO KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAKL

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai kerangka konseptual beserta

BAB VI PENUTUP. observasi serta dokumentasi mengenai proses capacity building Pemerintah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 73/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

LAPORAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN R E N J A ( RENCANA KERJA ) DINAS PEMUDA DAN OLAH RAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN 2014 PAINAN MARET 2013

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

STRATEGI PENGEMBANGAN SDM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING BPR

KOMPONEN D SUMBER DAYA MANUSIA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

terdahulu, maka kesimpulan peneliti sebagai berikut: semaka makin tinggi motivasi berprestasi guru.

KESIMPULAN DAN SARAN

SINERGI DAN PERAN KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAL (KPPN) DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB V PENUTUP. guru-guru bersertifikasi di SMK Negeri 2 Sragen. seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya, karakteristik

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 57 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan, perubahan kurikulum bukanlah suatu hal

BAB V PENUTUP. Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur an pada. 1. Kesulitan belajar membaca Al-Qur an yang dialami siswa di SMP 3

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan analisa dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. 3.1 Tinjauan Umum Tempat dan Kedudukan Dinas Tenaga Kerja dan. nama KANTOR URUSAN PERBURUHAN PROPINSI TINGKAT I JAWA

BAB I PENDAHULUAN. ialah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional. Kondisi

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 35

Pola Pengembangan Kemahasiswaan UNJ 2011

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Hasil penelitian mengenai Faktor-faktor yang berpengaruh pada Kinerja

Strategi Pengembangan. Fakultas Ekonomi Bab 4. Rencana Strategik (Renstra) Fakultas Ekonomi Fakultas Ekonomi

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PENDAHULUAN. Delapan puluh persen peternakan sapi perah di Indonesia merupakan peternakan sapi

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

ETIK UMB. Antara Minat, Bakat, dan Kerja Keras. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Sistem Informasi. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer.

2018, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemba

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

LEVEL- SIKLUS -METODE CAPACITY BUILDING. Bambang Purwoko/ Amirudin PENGUATAN KAPASITAS ORGANISASI PUBLIK Fisipol UGM

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Profesi guru sebagaimana profesi lainya, tidak lepas dari. kehidupan sosial, ekonomi, dan kehidupan profesinya.

BAB II PROFIL POLITEKNIK NEGERI SEMARANG. 2.1 Sekilas tentang Politeknik Negeri Semarang

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

POKOK BAHASAN KERUSAKAN AKIBAT HAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Petugas POPT adalah sebuah jabatan fungsional yang mempunyai tugas pokok mempersiapkan, melaksanakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, menganalisis dan mengevaluasi, mengadakan bimbingan dan pengembangan. Dan ini dikerjakan pada wilayah kerja masing-masing petugas. Fungsi yang dijalankan oleh petugas POPT adalah semacam profesi dimana secara spesifik mereka mempunyai tugas dan rincian kegiatan yang dapat dilakukan tidak hanya dengan pengetahuan umum, tetapi juga membutuhkan kemampuan dan ketrampilan teknis tertentu. Dan selama ini dengan peraturanperaturan yang ada yang mengatur tentang petugas POPT telah diarahkan dengan sistem dan tugas fungsi yang sebagai jabatan fungsional yang telah mempunyai tolok ukur dan penilaian sendiri yang disesuaikan dengan golongan dari pejabat yang bersangkutan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa peran petugas POPT dalam menerapkan konsep Pengendalian Hama terpadu belum efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam empat karakteristik sebagai berikut : 1. Karakteristik organisasi Karakteristik organisasi yang cenderung mempengaruhi adalah spesialisasi dan besarnya unit organisasi. POPT adalah pekerjaan yang spesialis sehingga seharusnya tidak terbebani dengan tugas lain di luar spesialisasinya. Sedangkan 90

besarnya unit organisasi POPT terlihat pada sedikitnya jumlah petugas POPT yang ada di Kabupaten Kulon Progo, dimana hal ini cukup mempengaruhi kerja petugas untuk dapat bekerja secara ideal. 2. Karakteristik Lingkungan Karakteristik lingkungan terdiri dari lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan luar petugas POPT meliputi dinas, petani, penyuluh, mantri tani, penjual pestisida, serta kondisi ekosistem dan iklim. Pada lingkungan eksternal ini yang mempengaruhi adalah tidak meratanya proses transformasi ilmu pengetahuan PHT kepada petani dan kurangnya kesadaran untuk melaksanakan PHT oleh masyarakat petani. Selain itu kurang adanya dukungan yang cukup optimal untuk pelaksanaan PHT dari institusi atau pihak lain, misal penjual pestisida. Sementara dari lingkungan dalam, petugas POPT cenderung bertipe pekerja sentris sehingga belum nampak adanya usaha yang maksimal untuk mendapatkan sebuah kondisi ideal berkaitan dengan perlindungan tanaman. 3. Karakteristik Pekerja Karakteristik pekerja yang mempengaruhi berupa kurangnya motivasi dalam bekerja dan tidak kuatnya keterikatan organisasi dari petugas. Hal ini dilatar belakangi adanya kesalahpahaman persoalan jobdesk POPT pada awal rekruitmen pegawai dan tipologi petugas yang pekerja sentris yang menjalani pekerjaan hanya sebagai kerja tanpa ada nilai-nilai idealisme lain yang ingin dicapai. Hal tersebut yang membuat suasana penciptaan prestasi kerja dan keterikatan organisasi tidak begitu kuat. Jikalau memungkinkan ada yang berniat untuk 91

pindah ke bagian yang lain yang sesuai dengan ekspekstasinya semula. Kapasitas petugas juga tidak merata. Hal ini disebabkan adanya latar belakang pendidikan yang benar-benar sesuai dengan pekerjaan yang dijalani sehingga belajar dari lapangan. Hal ini tergantung dari lama kerja petugas yang bersangkutan. 4. Faktor Kebijakan dan Praktek Manajemen Faktor kebijakan dan praktek manajemen berupa komunikasi dan interaksi personal yang terjalin kurang baik. Interaksi personal antara atasan dan bawahan tidak terjalin dengan baik karena dirasakan jarak jabatan/eselon antara atasan dan bawahan yang terlalu jauh. Baru ketika terjadi masalah, barulah ada interaksi yang cukup intens. Kurangnya pembagian porsi peran dalam kegiatan juga mengakibatkan petugas POPT kurang berperan dalam kegiatan pertanian dan cenderung didominasi oleh instistusi lain. Fasilitas sarana penunjang kerja yang belum terpenuhi. Belum tersedianya peralatan seperti seperti lup, PH meter dan komputer mempengaruhi hasil kerja menjadi kurang maksimal dan tidak terdokumentasikan dengan baik. Selain itu, dengan tidak adanya tunjangan kerja bisa mengurangi semangat kerja petugas. B. Saran Dengan melihat kondisi yang telah dipaparkan diatas maka beberapa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan kinerja dari petugas POPT adalah sebagai berikut : 1. Dalam sistem rekruitment, khususnya dalam hal ini rekruitment petugas 92

POPT, semestinya dalam regulasi dan implementasinya benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan akan petugas yang mempunyai dan memenuhi kualifikasi dalam Perlindungan Tanaman. 2. Membuatkan ruang publik yang cukup bagi petugas POPT untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat guna untuk meningkatkan transformasi ilmu pengetahuan yang berkaitan PHT kepada masyarakat petani. Ruang publik ini bisa berupa pertemuan pertemuan antara petani dengan petugas POPT.Ini bisa dilakukan secara organisasi dan dilakukan oleh individu dari petugas POPT. Secara organisasi dengan sering melibatkan petugas POPT dalam kegiatankegiatan resmi yang dilakukan oleh Dinas dan memberikan porsi untuk dapat memberikan materi yang berkaitan dengan PHT kepada masyarakat. Atau bisa meningkatkan anggaran yang dialokasikan untuk pertemuan petugas POPT dengan masyarakat petani. Secara individual, dengan secara aktif ikut serta dalam pertemuan-pertemuan pertanian yang telah ada yang dilakukan oleh inst`itusi lain-seperti Penyuluh- maupun oleh petani. Misal : pertemuan-pertemuan kelompok tani. 3. Sinergi antar institusi yang bergerak pada bidang pertanian dengan pembagian peran yang adil sehingga bisa membuat peran-peran dan tugas dari petugas POPT nampak dan dapat mengemban tugas dengan baik untuk membuat pemberdayaan masyarakat dalam hal perlakuan tanaman berkaitan dengan PHT. 4. Meningkatkan fasilitasi terhadap petugas POPT berupa perlengkapan 93

peralatan teknis dan capacity building yang akan lebih bisa meningkatkan kinerja dan motivasi dari petugas POPT. Peralatan teknis ini yang sekiranya menunjang kerja-kerja di lapangan seperti lup, PH meter dan pemberian BOP/ biaya operasional. 5. Capacity building ini lebih pada memberikan kesempatan pada petugas POPT untuk dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan PHT dengan mengikutsertakan pada pelatihan, sekolah lapang, seminar, dll. 94