BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan adalah ciri khas atau sifat yang melekat dalam suatu entitas usaha.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individuyang berbeda kepentingan yaitu principals dan agent. Principals

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan menghasilkan keuntungan secara maksimal saja tapi sebuah perusahaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh investor (Puspitasari dan Latrini, 2014). Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang berisi laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tidak lama lagi, ASEAN Economic Community (AEC) akan segera

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih (principal) yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan perusahaan karena going concern merupakan asumsi

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

Lie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016):

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan, menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui asumsi going concern (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan tersebut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. (going corcern) perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan ini

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan

Dewi Ratna Sari Sri Wahyuni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

AUDIT LAPORAN KEUANGAN LAPORAN AUDIT & TANGGUNG JAWAB AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan asumsi kelangsungan usaha atau disebut going concern. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu juga deskripsi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini. 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling, 1976 dalam Arsianto, 2013 menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymetri information. Baik pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen, dalam hal ini adalah akuntan publik. Tugas dari akuntan publik (auditor) memberikan jasa untuk menilai laporan keuanganyang dibuat oleh agen, dengan hasil akhir adalah opini audit.terkait dengan kondisi keuangan perusahaan, merupakan salah satu tanda yang akan menjadi perhatian auditor dalam memberikan opini audit going 9

concern kepada perusahaan. Shareholders selaku pemilik perusahaan (prinsipal) akan selalu memantau kinerja manajer (agen). Salah satu yang dilakukan oleh prinsipal untuk menilai kinerja agennya adalah melalui audit yang dilakukan oleh auditor yang profesional dan independen. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka agen selaku pihak yang mengelola perusahaan akan berusaha melakukan perbaikan terhadap manajemen perusahaan agar ditahun mendatang tidak lagi mendapat opini audit going concern (Dewayanto, 2011 dalam Utaminingsih, 2013). Dalam hubungan agensi terdapat tiga masalah utama yaitu pertama masalah pengendalian yang dilakukan oleh principal terhadap agent. Masalah pengendalian tersebut meliputi beberapa masalah pokok yaitu tindakan agen yang tidak bisa diamati oleh principal dan mekanisme pengendalian tersebut. Tanpa memantau kegiatan agen, hanya agen yang mengetahui apakah agen bekerja atas kepentingan terbaik principal. Disamping itu, hanya agen yang mengetahui lebih banyak tentang tugas agen dibandingkan pinsipal. Adanya tindakan agen yang tidak diketahui secara pasti oleh prinsipal, memaksa pinsipal melakukan pengendalian dengan mekanisme pengendalian agar kepentingan yang dapat berjalan sesuai yang diharapkan yaitu melalui monitoring dan kontrak insentif. Kedua adalah masalah biaya yang menyertai hubungan agensi. Munculnya perbedaan diantara principal dan agen menyebabkan munculnya biaya tambahan sebagai biaya agensi. Sebagai contoh biaya yang termasuk biaya agensi yaitu biaya kompensasi insentif yang berupa bonus dalam bentuk opsi saham, biaya monitoring (biaya audit) dan biaya kesempatan (oppportunity cost) 10

11 yang muncul karena kesulitan perusahaan besar untuk merespon kesempatan baru sehingga kehilangan peluang untuk memperoleh keuntungan. Masalah ketiga adalah tentang bagaimana menghindari dan meminimalisasi biaya agensi. Principal memiliki kepentingan untuk memperkecil biaya agensi yang muncul. Usaha yang dapat dilakukan oleh principal untuk memperkecil biaya agensi karena tidak dapat dihilangkan sama sekali adalah dengan mencari manajer yang benar-benar dapat dipercaya dan mengetahui secara jelas kapabilitas dan personalitas. Kunci kerjasama dalam hubungan agensi adalah kepercayaan yang didasarkan pada informasi yang benar tentang agen. Usaha yang kedua adalah memperjelas kontrak insentif dengan skema kompensasi opsional sehingga memotivasi agen untuk bekerja sesuai kepentingan principal dengan penghargaan yang wajar terhadap principal. Dalam pelaksanaan teori agensi mengharuskan agen memberikan informasi yang rinci dan relevan atas pendanaan biaya modal perusahaan. Pada kenyataan, tidak semudah itu prinsipal memperoleh informasi yang dibutuhkan atau agen memberikan informasi tersebut kepada principal. Perbedaan kepentingan diantara kedua pihak menyebabkan agen memberikan atau menahan infomasi yang diminta prinsipal bila menguntungkan bagi agen, walaupun sudah menjadi kewajiban bagi agen untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh prinsipal. Oleh karena itu, penelitian mengenai ketepatan waktu merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori keagenan yang menunjukkan adanya perbedaan pandangan dan kepentingan antara principal dan agent (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Sari, 2012).

12 2.1.2 Opini Audit Menurut standar profesional akuntan publik SA Seksi 110, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat auditor (opini audit) merupakan bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya (Widodo, 2011 dalam Irfana, 2012) Terdapat lima jenis pendapat auditor menurut (Mulyadi, 2002 dalam Noverio, 2012) yaitu: 1. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut terpenuhi: a. Semua laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan. b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor.

13 c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan. d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia. e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit. 2. Opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory languege) Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas atau bahasa penjelas lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi katakata dalam laporan audit baku adalah: a. Ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup suatu entitas. c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. d. Penekanan atas suatu hal. e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.

14 3. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima secara umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan: a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap ruang lingkup audit. b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. 4. Opini tidak wajar (adverse opinion) Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. 5. Tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion). Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. 2.1.3 Going Concern Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan

15 kegiatan usahanya dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya dengan menjual aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, merestukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain. Hal yang demikan akan menimbulkan keraguan besar terhadap going concern perusahaan (Surbakti, 2011 dalam Irfana, 2012). PSA 30 dalam (Noverio, 2011) menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturiasi utang, perbaikan operasi yang diperlukan dari luar atau kegiatan serupa lainnya. 2.1.4 Opini Audit Going Concern Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini diatur dalam (PSA 29 paragraf 11 dalam Utaminingsih, 2013)yang menyatakan bahwa keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Going concern merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf

16 penjelasan dalam laporan audit walaupun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian. SPAP (PSA No. 30 dalam Irfana, 2012) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut: 1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, ia harus: a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan oleh mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. b. Menetapkan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. 2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan peryataan yang tidak memiliki pendapat. 3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh auditor dalah menyimpulkan bahwa efektifitas rencana tersebut, diantaranya: a. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian.

17 c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat tidak wajar. 2.1.5 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Jika semakin besar total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Dari ketiga variabel di atas, nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan, sehingga penelitian ini menggunakan besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan sebagai proxy dari ukuran perusahaan (Kristiana, 2012). Dewayanto (2011:88) dalam Pratiwi, 2013 menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Ukuran perusahaan klien yang diproksikan dengan log natural total asset yang dimiliki perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usaha. Semakin tinggi total asset yang dimiliki, maka perusahaan dianggap memiliki ukuran yang besar sehingga mampu mempertahankan kelangsungan usahanya. Semakin kecil skala perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih kecil dalam pengelolaan usahanya. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern (Widyantari, 2011 dalam Pratiwi, 2013).

18 2.1.6 Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba terkait dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998 dalam Noverio, 2011). Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset yang dimanfaatkan. Semakin tinggi nilai ROA maka semakin efektif pengelolaan aset dalam menghasilkan laba operasi perusahaan. 2.1.7 Likuiditas Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. (Kristiana, 2012) menggambarkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimilikinya. Secara konseptual suatu aset disebut likuid apabila aset tersebut dapat ditransaksikan dalam jumlah besar, dalam waktu yang singkat, dengan biaya yang rendah dan tanpa mempengaruhi harga. Likuiditas juga dapat diartikan sebagai tingkat kecepatan sebuah sarana investasi (asset) untuk dicairkan menjadi dana cash (uang). Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio. Current ratio dihitung dengan cara aktiva lancar dibagi hutang lancar. Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dengan hutang lancar menutupi

19 kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada diatas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah hutang lancar (Noverio, 2012). 2.1.8 Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya (Rudyawan dan Badera, 2009). Penelitian ini menggunakan rasio pertumbuhan penjualan sebagai proxy dari pertumbuhan perusahaan. Rasio pertumbuhan penjualan dipakai untuk mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Setyarno dkk., 2006 dalam Kristina, 2012). Rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan dapat going concern. Penjualan yang terus meningkat akan memberikan peluang untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan maka semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. Sebaliknya, perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang negatif mengindikasikan akan mengalami

20 kebangkrutan sehingga tidak dapat melanjutkan kegiatan operasinya sehingga kemungkinan mendapatkan opini audit going concern. 2.2 Kerangka Pemikiran Tanggung jawab auditor sangatlah mempengaruhi eksistensi komunitas emiten. Pendapat yang dikeluarkan tanpa adanya rekayasa pada loporan keuangn yang diaudit sangat menentukan bagi perusahaan untuk tetap melanjutkan hidup perusahaan atau tidak dimasa yang akan datang. Hal ini berarti auditor untuk lebih berhati-hati dalam memperhatikan kondisi perusahaan pada saat itu sampai pada opini audit yang akan dikeluarkan. Sedikit kesalahan atas opini audit, maka bukan hanya perusahan yang bisa terganggu atas kelangsungan hidupnya namun auditor dan kantor akuntannya akan mendapat nama buruk dimata masyarakat. Inilah alasan mengapa auditormemiliki tanggung jawab terhadap going concern suatu perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi auditor dalam memberikan opini atas kelangsungan hidup perusahaan diantaranya adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan. Untuk lebih jelasnya keterkaitan ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini auditordilihat dalam gambar sebagai berikut :

21 UKURAN PERUSAHAAN Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran PROFITABILITAS LIKUIDITAS H1- H2- H3- H4- OPINI AUDIT GOING CONCERN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN 2.3 Hipotesis Penelitian 2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern McKnown and Hopwood (1991) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin ragu mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan besar. Bukti empiris menemukan bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini audit going concern. Semakin besar ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap pemilihan agen karena perusahaan besar cenderung menjadi subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat) yaitu dengan mencari manajer yang benar-benar

22 dapat dipercaya dan mengetahui secara jelas kapabilitas dan personaliatas dengan kontrak insentif dan skema kompensasi operasional yang jelas sehingga memotivasi agen untuk bekerja sesuai dengan kepentingan principal dengan penghargaan yang wajar terhadap principal. Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Oleh karenanya diharapkan dengan semakin besarnya perusahaan akan semakin kecil perusahaan menerima opini audit going concern. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H1: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. 2.3.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern Tujuan dari analisis profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan (Rezkhy, 2011 dalam Arma, 2013). Analisa ini juga untuk mengetahui hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada neraca perusahaan yang bersangkutan guna mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas perusahaan yang bersangkutan. Return on asset (ROA) adalah ratio yang diperoleh dengan membagi laba/rugi bersih dengan total asset. Ratio ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Semakin tinggi

23 nilai ROA semakin efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan. Dengan demikian semakin besar rasio profitabilitas menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik, sehingga auditor tidak memberikan opini going concern pada perusahaan yang memiliki laba tinggi. Berdasarkan penelitian Kristiana, 2012 dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 Hasilnya memberikan bukti bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap penerimaan audit going concern.berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H2: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. 2.3.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Opini Audit Going Concern Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Dalam hubungannya dengan likuiditas makin kecil likuiditas, perusahaan kurang likuid sehingga tidak dapat membayar para krediturnya maka auditor kemungkinan memberikan opini audit dengan going concern. Tidak jarang perusahaan yang secara konsisten mengalami kerugian operasi mempunyai working capital yang sangat kecil bila dibandingkan dengan total assets (Altman, 1968 dalam Arma, 2013). Sedangkan hubungan likuiditas dengan opini audit adalah semakin kecil likuiditas, perusahaan mengindikasikan karena banyak kredit macet maka opini

24 audit harus memberikan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, dan sebaliknya semakin besar likuiditas perusahaan, maka semakin mampu pula perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Makin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal tersebut dapat memengaruhi kredibilitas perusahaan dan dapatdianggap sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat mengganggu kelangsungan usahanya. Pada penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh Hani dkk. (2003) yang memberikan bukti bahwa rasio likuiditas berhubungan negatif terhadap penerbitan opini audit going concern.berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H3: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. 2.3.4 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan penjualannya serta mempertahankan penjualannya di tengahtengah kondisi persaingan. Pertumbuhan perusahaan perusahaan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecendrungan atau

25 trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan perusahaan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Trend penjualan yang cenderung meningkat menunjukkan kinerja manajemen yang bagus, yang berarti pula peningkatan kinerja keuangan perrusahaan. Hal ini akan menurunkan resiko penerimaan opini audit going concern. Sementara sales growth ratio yang negatif menunjukkan ketidakmampuan perusahaan untuk bertahan ditengah kondisi persaingan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan tidak tumbuh dan kemungkinan akan mengalami defisit laba sehingga berpotensi menerima opini audit going concern. Altman, 1968 dalam Arma, 2013 mengemukakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang negatif mengindikasikan kecendrungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan sehingga perusahaan yang berlaba pada tahun tersebut tidak akan mengalami kebangkrutan karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor unyuk memberikan opini audit going concern, maka perusahaan yang negatif akan makin tinggi kecendrungan untuk menerima opini audit going concern. Pada penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh Setyarno, dkk (2006) mengambil kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen dan

26 penerimaan opini audit going concern sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan terhadap 59 perusahaan periode 2000-2004. Hasilnya memberikan bukti bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H4: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.