BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada ibu premenopause di Desa Kaligentong RT 01, 02 RW 05 dan RT 04 RW 04 pada bulan Mei 2016. Desa Kaligentong merupakan bagian dari Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tenggah. Berikut batas wilayah Desa Kaligentong : Sebelah Utara : Desa Tegalrejo Sebelah Barat : Desa Kembang Sebelah Selatan : Desa Gladaksari Sebelah Timur : Desa Urutsewu 50
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Ampel (https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/d/d0/kec_a mpel.jpg) Mata pencaharian warga Desa Kaligentog, mayoritas sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan tingkat ekonomi rata-rata menengah ke atas. Sebagian besar warga Desa Kaligentong beragama Islam. Kegiatan rutin yang ada di Desa Kaligentog, khususnya untuk ibu-ibu yaitu kegiatan PKK, arisan dan pengajian. 4.2. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kaligentong RT 01, 02 RW 05 dan RT 04 RW 04 tahun 2016 terhadap semua 51
ibu premenopause yang memenuhi kriteria yaitu berjumlah 30 orang. Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini yaitu umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan dengan hasil sebagai berikut: 1. Karakteristik responden berdasarkan umur Distribusi responden berdasarkan umur ditunjukkan oleh tabel 4.1, dimana mayoritas responden berumur 40 45 tahun yaitu sebanyak 18 orang (60%). Berikut ini distribusi responden berdasarkan umur: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur No. Umur (Tahun) Jumlah Prosentase (%) 1. 40-45 18 60 2. 46-50 12 40 Total 30 100 2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ditunjukkan oleh tabel 4.2. Sebagian besar responden berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 12 52
orang (40 %). Berikut ini distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Jumlah Prosentase Pendidikan (%) 1. SD 10 33.33 2. SLTP 12 40 3. SLTA 8 26.67 TOTAL 30 100 3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ditunjukkan oleh tabel 4.3. Sebagian besar responden bekerja sebagai IRT yaitu sebanyak 12 orang (40 %). Berikut ini distribusi responden berdasarkan pekerjaan: 53
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan No. Pekerjaan Jumlah Prosentase (%) 1. IRT 12 40 2. Petani 9 30 3. Pedagang 3 10 4. Karyawan 6 20 TOTAL 30 100 4.3. Analisa Data 4.3.1 Analisa Validitas dan Reabilitas Hasil perhitungan dibandingkan dengan table r product moment, jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel) berarti valid. Hasil uji validitas yang dilaksanakan di Desa Kaligentong pada tanggal 7-8 April 2016 karena karakteristik responden hampir sama dengan karakteristik responden penelitian. Pengolahan data menggunakan SPSS, kemudian hasilnya (nilai r hitung) dibandingkan dengan nilai r tabel pada taraf kesalahan 5 % yaitu 0,361; menunjukkan dari 26 butir pernyataan tingkat pengetahuan tentang 54
menopause, 16 butir pernyataan dinyatakan valid. Dimana 10 butir pernyataan lainnya dinyatakan gugur dan dihilangkan, yaitu butir nomor 2, 4, 7, 9, 15, 18, 19, 22, 23 dan 24. Sedangkan kuesioner kesiapan menghadapi menopause, dari 22 butir pernyataan, 15 butir pernyataan dinyatakan valid. Dimana 7 butir pernyataan lainnya gugur dan dihilangkan, yaitu butir nomor 4, 6, 11, 15, 18, 20 dan 21. Hasil perhitungan dibandingkan dengan tabel, jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel) berarti reliabel. Uji reliabilitas menggunakan SPSS kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Untuk kuesioner tingkat pengetahuan tentang menopause, diperoleh hasil nilai r hitung > r tabel (0, 736 > 0,361). Sehingga ke-16 butir pernyataan tentang tingkat pengetahuan tentang menopause tersebut dinyatakan reliabel. Sedangkan untuk kuesioner kesiapan menghadapi menopause, diperoleh hasil nilai r hitung > r tabel (0,886 > 0,361) sehingga ke-15 butir pernyataan tentang kesiapan 55
menghadapi menopause tersebut dinyatakan reliabel. 4.3.2 Analisa Univariat Pengetahuan Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang menopause ditunjukkan oleh tabel 4.4. Mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 16 orang (53,33%). Berikut ini distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang menopause No. Tingkat Pengetahuan Jumlah Prosentase (%) 1. Tinggi 16 53,33 2. Sedang 12 40 3. Rendah 2 6,67 TOTAL 30 100 4.3.3 Analisa Univariat Kesiapan Distribusi responden berdasarkan kesiapan menghadapi menopause ditunjukkan oleh tabel 4.5 56
Mayoritas responden dikategorikan siap menghadapi menopause yaitu sebanyak 24 orang (80 %). Berikut ini distribusi responden berdasarkan kesiapan ibu menghadapi menopause: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesiapan Menghadapi Menopause No. Kesiapan Jumlah Prosentase (%) 1. Siap 24 80 2. Tidak siap 6 20 TOTAL 30 100 4.4. Analisa Bivariat Hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause pada ibu premenopause ditunjukkan oleh tabel 4.6. Sebagian besar responden adalah ibu premenopause yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi dengan kategori siap menghadapi menopause yaitu sebanyak 15 orang (50%). Berikut ini tabel yang menunjukkan hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiap an menghadapi menopause pada ibu premenopause: 57
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menopause dengan Kesiapan Menghadapi Menopause Kesiapan * Pengetahuan Crosstabulation Pengetahuan Total Rendah Sedang Tinggi Kesiapan Tidak siap 2 3 1 6 Siap 0 9 15 24 Total 2 12 16 30 Correlations Pengetahuan Kesiapan Spearman s rho pengetahuan correlation coefficient Sig. (2-talied) N 1.000. 30.378*.040 30 Kesiapan correlation coefficient.378* 1.000 Sig. (2-talied).040. N 30 30 Pada penelitian ini diperoleh nilai signifikansi 0,040 (p value < 0,050) yang menandakan ada hubungan antara pengetahuan tentang menopause dengan 58
kesiapan menghadapi menopause tapi korelasinya rendah. 4.5. Pembahasan 4.5.1 Karakteristik Responden Pada penelitian ini rentang umur responden yang mengalami masa premenopause yaitu 40-50 tahun. Masa premenopause merupakan suatu fase alamiah yang dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Responden berada pada fase klimakterium, dimana pada umur ini keluhan yang dirasakan akibat dari perubahan fisik dan psikologis mencapai puncaknya. Sesuai dengan pendapat Rambulangi (2006) yang menyatakan bahwa umur seorang perempuan memasuki masa premenopause antara 40-49 tahun. Dimana saat seorang perempuan memasuki usia pertengahan empat puluhan, fungsi ovarium akan mulai menurun, sehingga dapat menyebabkan kadar hormon dalam tubuh tidak seimbang, yang akhirnya menyebabkan berbagai gangguan. Hasil penelitian menurut distribusi tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa prosentase 59
terbanyak responden berpendidikan SLTP dengan mayoritas mempunyai pengetahuan tentang menopause yang tergolong tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan SD, memiliki tingkat pengetahuan yang rendah. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan. Semakin tinggi pendidikannya, maka semakin tinggi daya serapnya terhadap informasi yang didapatkannya sehingga informasinya yang dapat dipahami dengan baik. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan, maka pola pikirnya juga semakin rendah sehingga daya serapnya terhadap informasi juga menjadi kurang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soekanto (2002) yaitu tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, selain itu faktor pengalaman dan informasi akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal. Wanita yang berpendidikan akan memiliki pengetahuan kesehatan yang lebih baik. 60
Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Pekerjaan yang dijalani oleh seorang wanita premenopause berhubungan dengan banyaknya kesempatan untuk bersosialisasi dan menyerap informasi kesehatan. Wanita yang bekerja, mereka tidak sempat memikirkan gangguan-gangguan menjelang menopause karena kesibukannya. Berbeda dengan ibu rumah tangga, mereka memiliki banyak waktu setelah ia selesai melakukan pekerjaan, sehingga ia memiliki waktu luang untuk memikirkan gangguangangguan menjelang menopause, akan tetapi hal tersebut tergantung dari individu itu sendiri, terbukti ada wanita yang merasa senang dan bahagia menempuh umur setengah baya dan peristiwa menopause. Sesuai dengan pendapat Melani (2007), yaitu bahwa apabila tetap berusaha hidup aktif akan menekan gangguan menjelang menopause seperti memperlambat osteoporosis, insomnia, penyakit jantung, serta mencegah hot flushes. 61
4.5.2 Tingkat Pengetahuan tentang Menopause Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan tentang menopause pada ibu premenopause di Desa Kaligentong RT 01, 02 RW 05 dan RT 04 RW 04 tergolong tinggi. Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Banyak faktor yang melatarbelakangi tingkat pengetahuan seseorang. Seseorang dikatakan mempunyai pengetahuan yang luas, bila didukung oleh banyaknya sumber informasi yang diperoleh, semakin banyak informasi yang didapat maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Soekanto (2002) menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak memiliki pengetahuan yang lebih luas. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi berpendidikan SLTP. Disini dapat terlihat bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 62
(2002), bahwa pendidikan sangat berpengaruh dengan pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Umur juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pengalaman merupakan suatu cara menambah pengetahuan seseorang tentang suatu hal. Menurut Notoatmodjo (2003), semakin tua umur seseorang, maka pengalamannya akan bertambah, sehingga meningkatkan pengetahuannya tentang suatu objek tertentu. Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi pengetahuan. Menurut Sulastri (2002), menyatakan bahwa ada hubungan antara umur atau usia wanita dengan tingkat pengetahuan tentang klimakterium. Kondisi sosial ekonomi merupakan faktor lain yang juga berpengaruh dengan tingkat pengetahuan seseorang. Keadaan sosial ekonomi seseorang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk 63
memperoleh pendidikan serta kemampuan untuk mengakses informasi khususnya informasi kesehatan. Kemampuan untuk mengakses informasi tersebut secara tidak langsung akan berdampak dengan tingkat pengetahuan orang tersebut. Menurut Soekanto (2002) bahwa tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup berbeda-beda. Seseorang yang memiliki tingkat ekonominya lebih tinggi maka akan lebih mudah mendapatkan informasi karena kemampuannya dalam penyediaan media informasi. 4.5.3 Kesiapan Menghadapi Menopause Distribusi responden berdasarkan kesiapan ibu menghadapi menopause sebagian besar termasuk kategori siap. Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan dimana seorang wanita mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik, psikologis, maupun spiritual. Seorang wanita menjelang menopause sebaiknya selalu berpikir positif bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu yang alami. Masa perubahan ini dapat dilalui dengan baik, tanpa 64
gangguan yang berarti, jika wanita tersebut mampu menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi baru yang muncul. Menurut Maspaitela (2007), faktor penentu apakah wanita siap dengan datangnya masa menopause ini pada wanita itu sendiri. Faktor pengetahuan tentang menopause sangat berpengaruh dalam menghadapi masa menopause. Mengenai pengaruh tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause akan dibahas pada bagian berikutnya. Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, selain itu informasi dan faktor pengalaman akan menambah pengetahuan tentang sesuatu hal yang bersifat nonformal. Wanita yang berpendidikan akan mempunyai pengetahuan kesehatan yang lebih baik (Soekanto, 2002). Keadaan sosial ekonomi dapat mempengaruhi faktor pendidikan, fisik, dan kesehatan. Wanita yang berasal dari golongan ekonomi rendah mampu beradaptasi dengan baik dan cenderung pasrah saat mengalami menopause. Budaya sangat 65
berpengaruh terhadap cara seorang wanita dalam menanggapi proses berhentinya haid. Wanita Indonesia yang mayoritas adalah wanita muslimah, umumnya dapat menerima masa menopause dengan baik. Masalah yang dihadapi tidak hanya pada wanita menopause tetapi juga dialami wanita premenopause dimana tanggapan-tanggapan masyarakat tentang menopause akhir-akhir ini semakin meningkat (Prawirohardjo, 2005). Kondisi kesehatan seseorang dapat mempengaruhi kondisi psikologis, misalnya pada penderita penyakit kronis. Hal itu dapat terjadi pada wanita menjelang menopause, karena di sana terjadi masa peralihan atau perubahan-perubahan. Umur seseorang juga dapat berpengaruh terhadap kesiapan seseorang dalam menghadapi menopause. Umur berkaitan dengan bertambahnya pengalaman seseorang, dimana pengalaman tersebut akan meningkatkan pengetahuan dan kematangan seseorang dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan. Ada wanita yang merasa senang dan bahagia 66
menempuh umur setengah baya dan peristiwa menopause. Keadaan ini dikarenakan wanita yang sudah maupun menjelang menopause mempunyai anggapan bahwa menopause merupakan peristiwa alami yang akan dialami oleh semua wanita, sehingga mereka menganggap sebagai hal biasa. Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan bertambah sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause (Notoatmodjo, 2003). 4.5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menopause dengan Kesiapan Menghadapi Menopause pada Ibu Premenopause di Desa Kaligentong RT 01, 02 RW 05 dan RT 04 RW 04 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause pada ibu premenopause di Desa Kaligentong RT 01, 02 RW 05 dan RT 04 RW 04 tahun 2016. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kesiapan menghadapi menopause, namun nilai 67
korelasi tergolong rendah. Korelasi rendah yang dimaksud, diperoleh dari perhitungan hasil kuesioner jawaban responden dengan menggunakan uji Sperman s Rho. Sehingga didapat nilai signifikansi 0,040 < 0,050. Korelasi rendah ini dikarenakan ada kecemasan pada diri ibu premenopause dalam menghadapi menopause. Sedangkan kecemasan ini diperoleh dari jawaban responden dimana sebesar 60% responden menjawab mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause. Kecemasan itu berupa ketakutan akan menurunnya penampilan sebagai seorang wanita akibat kekerutan pada kulit,wajah dan yang paling tidak menguntungkan bila sudah merasa tua dan hilangnya kemampuan untuk bereproduksi. Kecemasan pada wanita menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan tenang kembali setelah mendapat semangat / dukungan dari orang-orang disekitarnya. Namun ada juga yang terus-menerus merasa cemas, meskipun orang-orang di sekitarnya telah 68
memberikan dukungan (Kuntjoro,2007 dalam Praju, 2007). 69