BAB I PENDAHULUAN. yang berkhasiat bagi kesehatan (pangan fungsional). atau lebih komponen pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga mempunyai fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh (Khomsan, 2006).

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. komplikasi utama dehidrasi, menyebabkan 5 10 juta kematian setiap tahun. Di

I. PENDAHULUAN. Diversifikasi produk olahan kelapa yang cukup potensial salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan nutrisi selektif bagi bakteri menguntungkan di dalam usus besar.

BAB I PENDAHULUAN. iles dan merupakan tanaman lokal Indonesia yang banyak tumbuh di hutan. Porang

I. PENDAHULUAN. Sejak dulu, tanaman aren atau enau merupakan tanaman penghasil bahanbahan

BAB I. PENDAHULUAN. bersifat komplek dan kronis. Terjadinya infeksi atau inflamasi pada penderita DM

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

I. PENDAHULUAN. (Dendrocalamus asper) dan bambu legi (Gigantochloa ater). Keunggulan dari

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan perhatian lebih dibandingkan permasalahan kesehatan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak hanya menginginkan makanan yang enak dengan mouthfeel yang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Clara M. Kusharto Ingrid S. Surono

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kombinasi antara probiotik dan prebiotik dapat disebut sebagai sinbiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahu wa Ta ala menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia,

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat di dunia dan juga Indonesia sedang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. glukosa. Unit-unit fruktosa dalam inulin dihubungkan oleh ikatan β-(2 1)-Dfruktosil-fruktosa

I. PENDAHULUAN. serta mengkonsumsi produk pangan yang baik untuk pencernaan. Probiotik berkembang makin pesat sejalan dengan makin banyaknya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka insiden dan prevalensi penyakit degeneratif di berbagai

PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. tulang terhadap terjadinya fraktur meningkat (Khan et al, 2014).

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

KARAKTERISTIK YOGHURT SINBIOTIK FILTRAT UWI UNGU (Dioscorea alata) DENGAN TAMBAHAN KULTUR Bifidobacteria breve DAN Lactobacillus casei SKRIPSI

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 menjadi

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

merupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari oleh masyarakat lokal seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan. Penggunaan bahan baku yang

ILMU PASCAPANEN PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. talas memiliki ukuran granula pati yang sangat kecil yaitu 1-4 µm. ukuran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman seperti Liliaceae, Amaryllidaceae, Gramineae, dan Compositae (Braz de

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi selain dari yang dihasilkan oleh suatu produk utamanya ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM Volume 3 Nomor 2 Tahun 2014

I. PENDAHULUAN. masyarakat, arakat, mulai dari buah, daun, batang, pelepah, sampai jantungnya.

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Mikrobiologi Industri. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Agroindustri Produk Fermentasi Kuliah Minggu ke-13. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus

BAB I PENDAHULUAN. Orde Baru bersamaan dengan dibentuknya Bulog (Badan Urusan Logistik) pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ivo Hofia Nasren, 2013

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

KEDELAI-WHEAT GERM SEllAGAI PRODUK SARAPAN FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau. rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK GALAKTOMANAN DARI DAGING BUAH KELAPA

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada pada masa pemulihan dari sakit. Kerena yoghurt mengandung

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. setelah nasi dan menjadi makanan populer dikalangan masyarakat. Roti

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

PENDAHULUAN. Latar Belakang. semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan

BAB 1 PENDAHULUAN. akan tetapi sering dikonsumsi sebagai snack atau makanan selingan. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah pengidap diabetes mellitus tipe 2 dari tahun ke tahun.

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat di dalam tubuh. Gangguan metabolisme karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB I PENDAHULUAN. bantuan makanan melalui program PMT (Program Makanan Tambahan). 1)

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari bahwa fungsi pangan, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh, tetapi juga diharapkan dapat memberikan manfaat lain terhadap kesehatan. Kepedulian masyarakat akan kesehatan menjadi peluang bagi peneliti untuk mengembangkan produk pangan yang berkhasiat bagi kesehatan (pangan fungsional). Pangan fungsional adalah adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu di luar fungsi dasarnya, terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan (BPOM, 2005). Berdasarkan European Consensus on Scientific Concepts of Functional Foods dalam Roberfroid (2005) pangan bisa dikatakan fungsional jika terbukti memberikan efek menguntungkan salah satu atau lebih dari target fungsi-fungsi dalam tubuh seperti halnya nutrisi yang dapat memperkuat mekanisme pertahanan tubuh, meningkatkan kesehatan dan menurunkan resiko dari suatu penyakit dan bukan berupa pil atau kapsul. Beberapa tahun terakhir ini telah dikembangkan produk-produk makanan dan minuman yang disuplementasi dengan komponen prebiotik sebagai komponen yang tidak dapat tercerna oleh saluran pencernaan bagian atas dan dapat menstimulir pertumbuhan bakteri asam laktat atau BAL (Lactobacilli dan Bifidobacteria) sehingga meningkatkan kesehatan inang (Salminen et al., 2004; Manning et al., 2004; Gibson, 2004). Suplementasi komponen prebiotik ini

2 terbukti dapat memperbaiki keseimbangan mikrobiota saluran pencernaan dengan cara menstimulasi pertumbuhan bakteri menguntungkan. Konsumsi prebiotik mempunyai beberapa manfaat, yaitu dapat: menghambat pertumbuhan bakteri patogen, meningkatkan penyerapan kalsium, mencegah kanker usus, memberikan pengaruh terhadap sistem imun (immunological effect) (Manning dan Gibson, 2004). Pemanfaatan umbi-umbian lokal terpinggirkan seperti umbi Garut untuk meningkatkan kesehatan masyarakat memang perlu digarap secara lebih serius. Tepung garut sebagai hasil olahan umbi garut (Maranta arundinaceae L) menurut Harmayani dkk. (2011) mengandung komponen-komponen prebiotik, antara lain serat larut 2,37 % (db), serat tak larut 12,49% (db), juga rafinosa, laktulosa dan stakiosa. Rafinosa terdapat dalam jumlah yang paling besar yakni 396,88ppm, laktulosa sebanyak 270,84ppm, dan stakiosa berjumlah sangat sedikit, yakni kurang dari 56,68ppm. Secara in vivo, diet tepung garut pada tikus dapat meningkatkan jumlah bakteri menguntungkan dan memperbaiki sifat kimia pencernaan. Saat ini, komponen prebiotik yang dicantumkan pada regulasi pangan untuk klaim di beberapa negara (US, Eropa, dan Jepang) antara lain FOS, GOS, dan inulin (Soedarto, 2008). Sedangkan di Indonesia, regulasi tentang prebiotik secara spesifik belum ada, namun dimasukkan dalam peraturan BPOM sebagai kategori serat pangan (BPOM, 2011). Inulin termasuk dalam serat pangan dan merupakan salah satu komponen prebiotik yang terbukti meningkatkan absorpsi

3 kalsium dalam tubuh, mengurangi serangan dan resiko diare, dan meningkatkan aktivitas Bifidobacteria pada fecal (Slavin, 2013). Cookies merupakan produk yang praktis, mudah disimpan, dan dibawa, serta mudah dalam penyajiannya sehingga sangat cocok sebagai makanan selingan atau camilan. Adanya cookies yang mengandung komponen prebiotik menjadi suatu kebutuhan untuk membantu mencukupi kebutuhan energi dan gizi di samping mendapatkan efek kesehatannya. Kebutuhan akan bahan dasar yang dapat menunjang pembuatan cookies yang bergizi, berserat pangan, dan berprebiotik dapat dipenuhi oleh umbi garut. Salah satu bahan dasar yang dapat digunakan untuk membuat cookies prebiotik adalah tepung garut. Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa tepung garut dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan cookies (Indriyani, 2007; Mileiva, 2006). Intervensi cookies garut pada balita dapat meningkatkan populasi Bifidobacteria dan Bakteri Asam Laktat, serta meningkatkan konsentrasi asetat, propionat dan total SCFA feces (Surawan, 2012). Sejauh ini pengembangan cookies garut masih banyak terhambat dengan rendahnya tingkat kesukaan konsumen terhadap cookies garut (Kusumawardhani, 2011). Untuk itu, perlu diketahui formulasi cookies dengan atribut sensoris yang disukai dan analisis komponen prebiotiknya secara kuantitatif untuk memaksimalkan manfaat dari cookies garut. Selain atribut sensoris, adanya informasi terhadap manfaat kesehatan dari salah satu komponen bahan produk dapat mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Berbagai penelitian menemukan bahwa tingkat

4 penerimaan konsumen meningkat setelah adanya informasi kesehatan yang diberikan (Baixauli dkk., 2005). Dalam hal ini diharapkan informasi mengenai efektifitas prebiotik lokal dalam meningkatkan kesehatan, akan meningkatkan pemanfaatan dan penerimaannya oleh masyarakat serta memudahkan industri untuk mengembangkannya dalam skala besar (Surawan, 2012). 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana formula dan atribut sensoris cookies garut yang dapat diterima panelis? 2. Bagaimana sifat fisik, kimia dan komponen prebiotik dari cookies garut pilihan panelis? 3. Bagaimana tingkat penerimaan konsumen terhadap cookies garut pilihan panelis dibandingkan dengan cookies terigu komersial? 4. Bagaimana informasi prebiotik pada cookies garut mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen? 1.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengetahui rasio tepung garut dan pati garut dalam pembuatan cookies yang memiliki atribut rasa, warna, aroma yang disukai panelis serta atribut tekstur keremahan dan kekerasan yang dapat diterima oleh panelis, 2. mengetahui sifat fisik, kimia dan komponen prebiotik cookies garut terpilih,

5 3. mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap cookies garut terpilih dibandingkan dengan cookies komersial, 4. mengetahui pengaruh adanya informasi prebiotik pada cookies garut pada tingkat penerimaan konsumen. 1.4 Manfaat yang Diharapkan Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : hasil penelitian dapat menjadi dasar pengembangan cookies garut menjadi produk kesehatan komersial berbahan baku lokal dalam hal ini tepung garut, menjadi alternatif pengembangan produk cookies prebiotik berbahan baku non terigu secara, hasil analisis kuantitatif komponen prebiotik cookies garut dapat dijadikan acuan dalam memaksimalkan manfaat cookies garut bagi kesehatan tubuh, turut menjadi inspirasi bagi peneliti lainnya untuk mengembangkan produk dari umbi-umbian lokal yang lain dalam rangka peningkatan diversifikasi pangan fungsional.