ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

Inflasi dan Indeks Harga

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen,

BAB 11 LANDASAN TEORI

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Inflasi dan indes harga

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

MODUL INFLASI DAN INDEKS HARGA

ekonomi K-13 PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG K e l a s A. KONSEP DASAR a. Sejarah Uang Tujuan Pembelajaran

PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III. SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. beberapa hasil penelitian terdahulu: Penelitian Nugroho dan Basuki (2012) dengan judul Analisis Faktorfaktor

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN PADA BANK BUMN XXX

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

A. Indeks Harga dan Inflasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

INFLATION. Izza Mafruhah, SE, MSi

INFLASI.

Ekonomi. untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini. Dibuat oleh:

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sejarah banyak memuji kemampuan kebijakan ketentuan atau yang dikenal

Modul Ekonomi Kelas X SMA

InfLasi dan Indeks Harga

Permintaan dan Penawaran Uang

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB I PENDAHULUAN. secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beredar dan hubungan jumlah uang beredar dengan laju inflasi. diketahui definisi uang dan fungsi uang.

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Suku Bunga dan Inflasi

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog:

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM

BAB 2 LANDASAN TEORI

Keseimbangan di Pasar Uang

Boks 3. KEBIJAKAN PENTARGETAN INFLASI DAN IMPLEMENTASINYA PADA TINGKAT PEREKONOMIAN REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 6 INFLASI. Gambar 6.1. Perkembangan Inflasi Dan Output Gap Nasional. Bahan Kuliah Ekonomi Moneter Aris B. Setyawan 66

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (BI) Dalam Mengendalikan inflasi, penelitian ini menelaah tujuan Bank Indonesia secara lebih

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value).

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

MODUL INDEKS HARGA DAN INFLASI USER FARIS SUKMO PRIAMBUDI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT

BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

Transkripsi:

K-13 ekonomi K e l a s XI INFLASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan berlangsung secara terus-menerus. Kenaikan harga barang pada dasarnya bisa bersifat sementara. Namun ketika kenaikan itu berlangsung terus-menerus dan dalam waktu yang lama serta terjadi hampir pada seluruh barang dan jasa, hal tersebut dapat dikatakan sebagai suatu gejala inflasi. Jadi, kenaikan harga pada satu atau dua jenis barang tidak dapat dikategorikan sebagai inflasi. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu kondisi di mana tingkat harga barang-barang mengalami penurunan terus-menerus. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan kategori terjadinya gejala inflasi adalah sebagai berikut. a. Adanya kenaikan harga. Harga suatu barang dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan harga periode sebelumnya. b. Kenaikan harga bersifat umum. Kenaikan harga satu atau dua jenis komoditas belum dapat dikategorikan inflasi meskipun kenaikannya sangat tajam. Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum yang mencakup semua kelompok barang dan jasa. 1

c. Berlangsung terus-menerus. Kenaikan harga yang bersifat umum belum dapat memunculkan inflasi jika terjadinya sesaat. Oleh karena itu, perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Dalam waktu sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat sementara atau terus-menerus. B. JENIS-JENIS INFLASI Jenis inflasi dapat dibedakan atas dasar tingkat keparahan, sumber penyebab, dan berdasarkan asalnya. a. Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahan Inflasi ini diukur dengan menggunakan ukuran penghitungan indeks harga. Indeks harga yang biasanya digunakan untuk mengukur besaran inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK adalah suatu ukuran statistik yang dapat menunjukkan perubahan-perubahan pada harga komoditas dan jumlah barang yang dibeli konsumen dari waktu ke waktu. Besaran IHK ini dapat ditentukan dengan berbagai metode penghitungan indeks harga. Setelah mengetahui besarnya IHK, selanjutnya dapat ditentukan berapakah besarnya laju inflasi yang terjadi di negara yang bersangkutan. Rumus menghitung laju inflasi adalah: Laju Inflasi n = IHKn IHKn 1 100% IHKn 1 Keterangan: n = tahun berjalan n-1 = tahun berjalan dikurangi 1 Adapun penghitungan indeks harga akan menghasilkan persentase angka dengan indikator sebagai berikut. 1. Inflasi rendah, yaitu inflasi yang angkanya di bawah 10% (I < 10%). Inflasi ini disebut juga inflasi ringan dan gejalanya masih mudah untuk dikendalikan. 2. Inflasi sedang, yaitu inflasi yang terjadi jika angkanya antara 10% - 30% (10% < I < 30%). Inflasi jenis ini belum membahayakan perekonomian, namun sudah berdampak pada penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat terutama bagi penduduk yang berpenghasilan tetap. 3. Inflasi tinggi, yaitu inflasi yang terjadi jika angkanya antara 30% - 100% (30% < I < 100%). Inflasi pada tingkat ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian sebab harga-harga barang mengalami lonjakan drastis sehingga masyarakat cenderung lebih suka menimbun barang. Dalam kondisi ini pula, masyarakat enggan menabung karena bunga tabungan lebih rendah daripada tingkat inflasi. 2

4. Hiperinflasi, yaitu inflasi yang terjadi jika angkanya lebih dari 100% (I > 100%). Dalam kondisi ini, perekonomian kacau. Pada tingkat inflasi sangat berat ini dampaknya tidak hanya terjadi pada bidang ekonomi, tetapi juga bidang politik dan sosial, misalnya terjadi kerusuhan dan pemberontakan. Contoh Soal: Perhatikan tabel harga beras di Pasar Andir pada 2013 2015 berikut. Tahun Harga per kg (Rp) 2013 9.500 2014 9.800 2015 11.100 Berdasarkan data di atas: hitunglah Indeks Harga Konsumen (IHK), hitunglah laju inflasi pada 2014 dan 2015 dengan harga dasar tahun 2013. Pembahasan: a. IHK 2013 = Harga2013 Harga2013 IHK 2014 = Harga2014 Harga2013 100% = 9.500 100% = 100% 9.500 100% = 9.800 100% = 103,16% 9.500 IHK 2015 = Harga2015 100% = 11.100 100% = 116, 84% Harga2013 9.500 b. Laju Inflasi 2014 = c. Laju Inflasi 2015 = IHK 2014 IHK 2013 103,16 100 100% = 100% =3,16% IHK 2013 100 IHK 2015 IHK 2014 IHK 2014 116, 84 103,16 100% = 100% = 13, 68% 103,16 3

b. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya 1. Demand pull inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena tingginya permintaan masyarakat terhadap barang. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kurva berikut. AS Price Level AD 2 AD 1 Real GDP Kurva di atas menjelaskan tentang bergesernya agregate demand 1 (AD1) ke kanan atas menjadi agregate demand 2 (AD2). Dengan asumsi kurva penawaran agregat atau agregate supply (AS) tetap, pergeseran AD1 ke AD2 menyebabkan naiknya harga barang atau price level yang akhirnya memicu inflasi. 2. Cost push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi yang berimbas pada naiknya harga barang. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kurva berikut. Price level AS2 AS1 P2 P1 AD 0 Y2 Y1 Real national output Kurva di atas menjelaskan tentang bergesernya agregate supply 1 (AS1) ke kiri atas menjadi agregate supply 2 (AS2). Dengan asumsi kurva permintaan agregat atau agregate demand (AD) tetap, pergeseran AS1 ke AS2 menyebabkan naiknya harga barang atau price level yang akhirnya memicu inflasi. 4

3. Mixed inflation, yaitu inflasi yang terjadi disebabkan oleh tekanan permintaan (demand pull inflation) dan inflasi dorongan biaya (cost push inflation). Dalam praktiknya, inflasi campuran merupakan inflasi yang lazim terjadi di berbagai negara dunia dewasa ini. c. Inflasi Berdasarkan Asalnya 1. Inflasi karena defisit APBN terjadi jika pertumbuhan uang lebih tinggi daripada pertumbuhan jumlah barang. 2. Imported inflation terjadi akibat suatu negara mengimpor barang dari negara yang sedang mengalami inflasi. C. TEORI-TEORI INFLASI Para ahli di bidang ekonomi mencoba menyusun teori-teori inflasi dengan menyoroti aspek-aspek tertentu dari inflasi. Secara garis besar ada tiga teori inflasi, yaitu teori kuantitas, Keynes, dan strukturalis. Untuk menerapkan teori mana yang cocok bagi suatu negara harus ditentukan aspek-aspek yang terpenting dalam proses inflasi di negara tersebut. a. Teori Kuantitas Teori ini dipelopori oleh Irving Fisher. Teori ini menekankan bahwa inflasi dipengaruhi oleh pertambahan jumlah uang yang beredar dan anggapan masyarakat terhadap kenaikan harga (faktor psikologis). Menurut teori kuantitas, inflasi hanya bisa berlangsung apabila terjadi penambahan jumlah uang beredar. Hal ini terlihat pada rumus berikut. M V = P T Keterangan: M = jumlah uang yang beredar V = tingkat perputaran uang (berapa kali uang berpindah tangan) P = tingkat harga T = volume barang dan jasa yang ditransaksikan Menurut teori kuantitas, apabila jumlah uang beredar atau penawaran uang (M) bertambah, maka tingkat harga umum (P) juga akan naik. Hal ini karena anggapan bahwa V dan T konstan atau bergerak stabil. Hubungan langsung antara P dan M seperti yang 5

digambarkan oleh teori kuantitas uang sederhana dapat digunakan untuk menerangkan situasi inflasi. Untuk menjelaskan teori tersebut, perhatikan contoh soal berikut. Contoh Soal: Di suatu negara diketahui jumlah uang yang beredar sebesar Rp100.000.000.000,00 dengan kecepatan peredaran uang 20 kali dan jumlah barang yang tersedia sebanyak 50.000.000 unit. Berdasarkan data tersebut, hitunglah tingkat harga yang berlaku di negara tersebut. Pembahasan: Diketahui: M = Rp100.000.000.000,00 V = 20 T = 50.000 Tingkat harga (P) dapat ditentukan dengan cara: M V = P T 100.000.000.000 20 = P 50.000 100.000.000.000 20 = P 50.000 P = 40.000 Jadi, tingkat harga yang berlaku di negara tersebut adalah Rp40.000,00. b. Teori Keynes Menurut John Maynard Keynes, inflasi terjadi karena ada sebagian masyarakat yang ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi merupakan proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial (pelaku-pelaku ekonomi) yang menginginkan bagian lebih besar dari yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan tersebut terlihat pada keadaan di mana permintaan masyarakat terhadap barang-barang selalu melebihi jumlah barang yang tersedia. Hal ini menimbulkan apa yang disebut dengan celah inflasi atau inflationary gap. Celah inflasi timbul karena golongan-golongan masyarakat berhasil mewujudkan keinginan mereka menjadi permintaan efektif (permintaan berdaya beli) terhadap barang-barang dan jasa. Golongan masyarakat tersebut adalah pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja. Pemerintah berusaha memperoleh pendapatan yang besar dengan cara mencetak uang baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang diperoleh dari kredit perbankan. Sementara itu pekerja berusaha memperoleh kenaikan upah/gaji agar bisa lebih banyak membeli barang dan jasa. 6

c. Teori Strukturalis Teori strukturalis disusun berdasarkan pola pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberikan perhatian besar terhadap struktur perekonomian di negara berkembang. Inflasi di negara berkembang terutama disebabkan oleh faktor-faktor struktur ekonominya. Menurut teori ini, kondisi struktur ekonomi negara berkembang yang dapat menimbulkan inflasi adalah ketidakelastisan penerimaan ekspor dan ketidakelastisan penawaran atau produksi makanan di dalam negeri. D. DAMPAK INFLASI Inflasi mempunyai dampak terhadap individu maupun bagi kegiatan perekonomian secara luas. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat positif maupun negatif, tergantung pada tingkat keparahannya. Laju inflasi yang terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan ekonomi dan menyengsarakan masyarakat yang berpenghasilan tetap dan rendah. Dampak yang terjadi terhadap perekonomian apabila terjadi inflasi adalah sebagai berikut. a. Dampak Positif Pengaruh positif inflasi terjadi apabila tingkat inflasi masih rendah, yakni masih berada pada persentase tingkat bunga kredit yang berlaku, misalnya pada saat itu tingkat bunga kredit 15% per tahun dan tingkat inflasi 5%. Bagi negara maju, inflasi seperti ini akan mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan. Hal ini terjadi karena pengusaha atau wirausahawan di negara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk berinvestasi, memproduksi, dan menjual barang maupun jasa. b. Dampak Negatif 1. Mendorong penanaman modal spekulatif. Inflasi menyebabkan para pemilik modal cenderung melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif dengan cara membeli rumah, tanah, dan emas yang nilainya relatif stabil. 2. Tingkat bunga meningkat dan akan mengakibatkan investasi menurun. Guna menghindari kemerosotan nilai uang dari modal yang dipinjamkan, bank akan cenderung menaikkan suku bunga pinjaman. Jika tingkat inflasi tinggi maka suku bunga akan tinggi sebagai bagian dari kebijakan moneter. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya penanaman modal untuk membuka usaha-usaha produktif. 3. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan. Tingkat inflasi yang tergolong cukup parah dan gagal dikendalikan pemerintah akan berdampak pada ketidakpastian perekonomian, misalnya konsumen akan cenderung melakukan 7

penimbunan barang karena takut barang tidak tersedia dengan cukup, sedangkan produsen akan sulit menentukan besaran biaya produksi karena harga bahan baku yang berfluktuasi. 4. Menimbulkan masalah pada neraca pembayaran. Inflasi yang terjadi di dalam negeri menyebabkan barang-barang impor cenderung lebih murah. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada defisit neraca pembayaran dan merosotnya nilai mata uang dalam negeri. Dampak inflasi yang terjadi kepada masyarakat dan individu adalah sebagai berikut. 1. Menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat. 2. Memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan. 3. Turunnya nilai rill tabungan dan pinjaman. 4. Turunnya pendapatan rill bagi penduduk berpendapatan tetap. 8