MAKALAH PREPARASI SIMPLISIA DARAT DAN LAUT PEMILIHAN PELARUT, KEPOLARAN DAN KEAMANANNYA. Kelompok 3 Fitokimia. Farmasi A JURUSAN FARMASI

dokumen-dokumen yang mirip
Pelarut polar Pelarut semipolar Pelarut nonpolar

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

a. Pengertian leaching

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

ion dari dua zat atau lebih. Pelarut etanol akan melarutkan senyawa polar yang

Kelarutan & Gejala Distribusi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FRAKSINASI BERTINGKAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air:

FRAKSINASI KOPAL DENGAN BERBAGAI PELARUT ORGANIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

Penetapan Kadar Sari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BAHAN ALAM PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SERBUK KERING HERBA MENIRAN

EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB I SOLVENT EXTRACTION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-53 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang 14 September2016

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

REKRISTALISASI REKRISTALISASI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

Gambar 4. Uji Saponin

III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode

Prarancangan Pabrik Metilen Klorida dari Metil Klorida dan Klorin Kapasitas Ton/Tahun

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

F L U I D A S U P E R K R I T I K. Nosy Awanda Amrina Malahati Wilujeng Sulistyorini A

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

HUKUM RAOULT. campuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Metoda-Metoda Ekstraksi

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sifat-sifat Fisis Larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

Transkripsi:

MAKALAH PREPARASI SIMPLISIA DARAT DAN LAUT PEMILIHAN PELARUT, KEPOLARAN DAN KEAMANANNYA Kelompok 3 Fitokimia Farmasi A 1. Abdallah Hamad El-maqboul 2. Amiruddin 3. Pratiwi Ningsi 4. Fathanah Arief 5. Yasjudani 6. A.zulfiati 7. Lisa fitriani JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas

makalah Fitokimia Preparasi sampel darat dan laut, pemilihan pelarut, kepolaran dan keamanannya. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang berderang seperti sekarang ini. Tugas makalah Fitokimia Preparasi sampel darat dan laut, pemilihan pelarut, kepolaran dan keamanannya ini disusun sebagai salah satu penunjang nilai yang diberikan oleh dosen dalam proses perkuliahan. Semua hasil pencarian literatur kelompok kami telah terlampir dalam makalah ini. Tugas makalah Fitokimia Preparasi sampel darat dan laut, pemilihan pelarut, kepolaran dan keamanannya ini tentu saja memiliki kendala dalam pembuatannya. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen maupun teman-teman sekalian yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Dan demi kesempurnaan penyusunan Tugas makalah Fitokimia Preparasi sampel darat dan laut, pemilihan pelarut, kepolaran dan keamanannya selanjutnya kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Wassalam. Samata-Gowa, Oktober 2015 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah: 1. Bahan baku simplisia 2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia 3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia Pemilihan sumber tanaman obat sebagai bahan baku simplisia nabati merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia, termasuk di dalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tahan tempat tumbuh tanaman obat. Maka dari itu melihat pentingnya, mengetahui dan memahami, cara yang tepat dalam penyiapan atau preparasi sampel hingga proses ekstraksinya dan pemilihan cairan penyarinya, makalah ini dibuat agar mahasiswa mampu untuk mengerti, dan mampu untuk mengaplikasikannya di kehidupan nyata B. Tujuan

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan bagaimana cara penyiapan sampel simplisia, ekstraksi dan pemilihan pelarut yang akan digunakan C. Rumusan Masalah 1. Bagaiman cara prepasi simplisia? 2. Bagaimana cara prepasi sampel darat dan sampel laut 3. Bagaimana cara pemilihan Pelarut yang tepat dan aman? 4. Bagaimana kepolaran pelarut mampu mempengaruhi proses ekstraksi? 5. Sebutkan jenis jenis Pelarut berdasarkan kepolarannya! BAB II PEMBAHASAN A. Penyiapan / Preparasi Sampel Adapun tahapan tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah: 1. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada: a. Bagian tanaman yang digunakan b. Lingkungan tempat tumbuh 2. Sortasi basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotorpengotor lainnya harus dibuang 3. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir 4. Perajangan Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. 5. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama 6. Sortasi kering Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotorpengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. 7. Pengepakan dan penyimpanan Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serangga dan kapang Contoh Preparasi sampel Darat Buah 1. Pengumpulan dan Penyiapan Sampel 2. Sampel yang digunakan adalah buah sawo manila (Achras zapota L.). Buah sawo yang telah dikumpulkan dicuci dan dipotong kecilkecil kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Buah sawo manila yang telah kering dihaluskan dengan cara diblender. Sampel disimpan di tempat kering sebelum digunakan. 3. Ekstraksi menggunakan Metode Maserasi Sampel buah sawo manila (Achras zapota L) yang telah diserbukkan, ditimbang sebanyak 500 gram dimasukkan dalam wadah maserasi dan ditambahkan etil asetat hingga terendam dan ditutup rapat, dibiarkan selama 24 jam di tempat yang terlindung

dari sinar matahari langsung sambil diaduk sekali-kali. Disaring dan dipisahkan ampas dan filtratnya. Contoh Preparasi sampel Laut Spons 1. Penyiapan sampel Sampel spons yang telah diambil dari laut kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat lalu dicuci air mengalir, kemudian dipotong kecil-kecil. 2. Ekstraksi dengan Maserasi a. Sampel yang telah dibersihkan dan dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan kedalam toples b. Sampel direndam dengan 1,3 liter metanol c. Sampel direndam selama 2-3 hari d. Sampel disaring dengan kain saring dan kertas saring e. Sampel lalu diuapkan untuk pengujian selanjutnya B. Pemilihan Pelarut ada beberapa alasan mengapa memilih metode ekstraksi, antara lain : 1. Apabila senyawa yang akan dipisahkan terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai titik didih yang berdekatan. 2. Sensitif terhadap panas 3. Merupakan campuran azeotrop. Berdasarkan fase zat terlarut dan pelarut, ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi cair cair, ekstraksi padat-cair dan ekstraksi gas-cair. Ekstraksi padat cair sering disebut dengan pelindian atau leaching. Jika zat terlarut yang tidak dikehendaki akan dihilangkan dari padatan dengan menggunakan air maka proses leaching tersebut dinamakan pencucian. Proses ekstraksi padat cair ini banyak

digunakan pada industri bahan makanan, farmasi dan ekstraksi minyak nabati. Beberapa pelarut organik sering digunakan dalam ekstraksi padat-cair adalah alkohol (etanol), heksan, kloroform dan aseton. Sedang faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses ekstraksi antara lain : 1. Jenis pelarut Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah solut yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi. Dalam dunia farmasi dan produk bahan obat alam, pelarut etanol, air dan campuran keduanya lebih sering dipilih karena dapat diterima oleh konsumen. 2. Temperatur Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam pelarut. Temperatur pada proses ekstraksi memang terbatas hingga suhu titik didih pelarut yang digunakan. 3. Rasio pelarut dan bahan baku Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat. Akan tetapi semakin banyak pelarut, proses ekstraksi juga semakin mahal. digunakan maka proses hilirnya akan semakin mahal. 4. Ukuran partikel Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semain kecil.

Pemilihan pelarut dalam proses ekstraksi Pelarut yang baik pada proses ekstraksi adalah berdasarkan pada interaksi antara solut-pelarut. Pemilihan pelarut ekstraksi ini dapat dipilih menggunakan : 1. Tabel Robin (Robin Chart) Tabel Robin menyajikan sistem pemilihan pelarut bagi suatu solut berdasarkan komposisi kimianya. Tabel Robin menyajikakan deviasi negatif, positif, atau netral dari interaksi solut-pelarut terhadap larutan ideal. Deviasi negatif dan netral mengindikasikan interaksi yang bagus diantara kelompok solut dan pelarut, sehingga kelarutan solut dalam pelarut menjadi tinggi. 2. Parameter kelarutan Hildebrand Penggunaan parameter kelarutan dalam pemilihan pelarut adalah berdasar aturan kimia yang telah dikenal yakni like dissolved like. Jika gaya antar molekul antara molekul pelarut dan solute memiliki kekuatan yang mirip, maka pelarut tersebut merupakan pelarut yang baik bagi solut tersebut. 3. Pertimbangan Kriteria Pelarut Selain menggunakan parameter kelarutan Hildebrand atau Tabel Robin, pemilihan pelarut juga dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria pemilihan pelarut seperti : 1. Selektivitas Pilih pelarut yang selektif sesuai polaritas senyawa yang akan disari agar mendapat ekstrak yang lebih murni.

2. Kestabilan kimia dan panas Pelarut yang dipilih harus stabil pada kondisi operasi ekstraksi dan proses hilir. 3. Kecocokan dengan solut Pelarut tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang terlarut. 4. Viskositas Jika viskositas pelarut yang rendah maka koefisien difusi akan meningkat sehingga laju ekstraksi pun juga meningkat. 5. Recoveri pelarut Guna meningkatkan nilai ekonomis proses, pelarut perlu direcoveri sehingga dapat digunakan kembali. Pelarut yang mempunyai titik didih rendah, lebih ekonomis untuk direkoveri dan digunakan kembali. 6. Tidak mudah terbakar Untuk kepentingan safety, perlu memilih pelarut yang tidak mudah terbakar. 7. Tidak beracun Pilih pelarut yang tidak beracun untuk keamanan produk dan keamanan bagi pekerja. 8. Murah dan mudah diperoleh Pilih pelarut yang harganya murah dan mudah diperoleh C. Kepolaran Pelarut Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu: 1. Pelarut polar

Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat. 2. Pelarut semipolar Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform 3. Pelarut nonpolar Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana, eter Terdapat tiga ukuran yang dapat menunjukkan kepolaran dari suatu pelarut yaitu : 1. momen dipol (hasil kali muatan dengan jarak antara kedua muatan yang berikatan) 2. konstanta dielektrik 3. kelarutannya dengan air Molekul dari pelarut dengan momen dipol yang besar dan konsanta dielektrik yang tinggi termasuk polar. Sedangkan molekul dari pelarut yang memilki momen dipol yang kecil dan konstanta dielektrik rendah diklasifikasikan

sebagai nonpolar. Sedangkan secara operasional, pelarut yang larut dengan air termasuk polar, sedangkan pelarut yang tidak larut dalam air termasuk nonpolar. Daftar Nilai Momen Dipol dan Panjang Dipol Beberapa Senyawa Umum Nama Senyawa Kondisi Momen Dipol Panjang Dipol (10 30 p/(c m)) (l p /pm) Acetic acid b 3.3 to 5.0 21 to 31 Acetone l 10.0 62 Benzene l 0 0 Ethanol b 5.7 35 Ethyl acetate b 6.2 39 Ethylene glycol b 6.7 42 Ethyl ether b 4.2 26 Hexane l 0 0 Methanol b 5.5 34 Water l 6.7 to 10.0 42 to 62 Water g 6.2 39 Keterangan: kondisi setiap senyawa diatas dimana pengukuran dilakukan ditandai dengan simbol; b, substansi dalam larutan benzene; g, substansi sebagai gas; l, substansi sebagai cairan. Panjang dipol l p adalah sama dengan p/e dimana p adalah momen dipol dan e adalah nilai dari proton. Berdasarkan kepolaran pelarut, maka para ahli kimia mengklasifikasikan pelarut ke dalam tiga kategori yaitu : 1. Pelarut Protik Polar Protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif yang dalam hal ini adalah oksigen. Dengan kata lain pelarut protik polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum ROH. Contoh dari pelarut protik polar ini adalah air H 2 O, metanol CH 3 OH, dan asam asetat (CH 3 COOH). 2. Pelarut Aprotik Dipolar

Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H. Pelarut dalam kategori ini, semuanya memiliki ikatan yang memilki ikata dipol besar. Biasanya ikatannya merupakan ikatan ganda antara karbon dengan oksigen atau nitorgen. Contoh dari pelarut yang termasuk kategori ini adalah aseton [(CH 3 ) 2 C=O] dan etil asetat (CH 3 CO 2 CH 2 CH 3 ). 3. Pelarut Nonpolar Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam air. Contoh pelarut dari kategori ini adalah benzena (C 6 H 6 ), karbon tetraklorida (CCl 4 ) dan dietil eter (CH 3 CH 2 OCH 2 CH 3 ). Pelarut Rumus kimia Titik didih Konstanta Massa jenis Heksana ( 0 C) dielektrik (g/ml) Pelarut Non-Polar 60 2,0 0,655 CH3-CH2- CH2-CH2- CH2-CH3 Benzena C6H6 80 2,3 0,879 Toluena C6H5-CH3 111 2,4 0,867 Dietil eter CH3-CH2-O- 35 4,3 0,713 CH2-CH3 Kloroform CHCl3 61 4,8 1,498 Etil asetat CH3-C(=O)- 77 6,0 0,894 Diklorometana O-CH2-CH3 Pelarut Polar Aprotik CH2Cl2 40 9,1 1,326 (DCM) Aseton CH3-C(=O)- 56 21 0,786

Asetonitril CH3 CH3-C N 82 37 0,786 (MeCN) Asam asetat n-butanol Isopropanol n-propanol CH3- C(=O)OH CH3-CH2- CH2-CH2-OH CH3-CH(- OH)-CH3 CH3-CH2- Pelarut Polar Protik 118 6,2 1,049 118 18 0,785 82 18 0,785 97 20 0,803 CH2-OH Pelarut Rumus kimia Titik didih Konstanta Massa jenis ( 0 C) dielektrik (g/ml) Pelarut Polar Protik Etanol CH3-CH2-OH 79 30 0,789 Metanol CH3-OH 65 33 0,791 Asam format H-C(=O)OH 100 58 1,21 Air H-O-H 100 80 1,000 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Secara umum preparasi simpilisia terdiri atas: pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan, Pelarut yang baik pada proses ekstraksi

adalah berdasarkan pada interaksi antara solut-pelarut, dan dalam pemilihan pelarut untuk ekstraksi juga diperlukan keamanan dan kemudahan seperti pelarut tidak toksik atau mudah terbakar dan mudah didapat dan harga terjangkau. DAFTAR PUSTAKA Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam. Jakarta: Penebar Swadaya https://www.scribd.com/document_downloads/direct/226722268? extension=docx&ft=1446019154&lt=1446022764&user_id=72435332&uahk=56 5claTx++8Df/FYpiqmb8lj1gM http://binfar.depkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2014/06/pengendalian-mutu- Simplisia-dan-ekstrak.pptx