BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kinerja atau pertanggung jawaban manajemen perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Kompensasi Bonus, Leverage, Pajak,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi kinerja

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena teori ini merupakan teori yang menjelaskan praktik manajemen laba dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain. Untuk dapat melakukan aktivitasnya dan dapat bersaing dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Publik, Debt to

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak, dimana pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan digunakan sebagai alat pertanggungjawaban bagi pengurus

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan pada perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Informasi laba haruslah menggambarkan keadaan. laba untuk memaksimalkan kepuasan mereka sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan sumber dalam mengevaluasi kinerja manjemen. Dalam laporan keuangan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Di era bisnis yang berkembang seperti sekarang ini, harga saham suatu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

ANALISIS PERBEDAAN PENGATURAN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) PADA KONDISI LABA DAN RUGI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Komang Agung Surya Parimana, I Gede Suparta Wisadha (2015)

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di sini akan dijelaskan teori-teori yang mendukung dalam perumusan hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. berkaitan dengan penelitian dibahas sebagai berikut, Jao dan Pagalung (2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan. Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal) ( Jensen dan Meckling,

BAB I PENDAHULUAN. laba dan komponennya. Laba dapat menggambarkan kinerja perusahaan selama

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien. Salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika. terjadi karena adanya asimetri informmasi.

1. Pengertian Agency Theory

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. digunakan investor dalam menilai kinerja perusahaan yang go public. Menurut Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan diberikan oleh perusahaan kepada pihak manajemen sebagai pengelola

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan principal adalah pemegang saham dan agent adalah manajemen

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Putu Putri Suriyani, Gede Ani Yunita, Ananta Wikrama T. A. (2015)

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan (tuned) sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan elemen yang menjadi pusat perhatian utama oleh para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2015 tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. seolah telah menjadi budaya perusahaan (corporate culture) yang dipraktikan semua UKDW

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency theory diperkenalkan oleh Berle dan Means (1932) dalam Herris (2012), yang menyatakan bahwa sebuah organisasi yang mempekerjakan agen (agent) untuk bekerja atas namanya, dan alasan mengapa para pekerja (employees) tidak selalu berkinerja seperti yang diharapkan pemberi kerja (employer) adalah karena kepentingan dari pekerja dan pemberi kerja tidak berada dalam keselarasan yang sempurna (perfect alignment). Agency Theory mempelajari hubungan keagenan yang terjadi ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam konsep Agency Theory, manajemen puncak sebagai agent semestinya on behalf of the best interest of the shareholders, atau manajemen menengah sebagai agent semestinya on behalf of the best interest of the top management. Namun tidak tertutup kemungkinan manajemen hanya mementingkan kepentingannya sendiri untuk memaksimalkan utilitas. Manajemen dapat melakukan tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan perusahaan secara keseluruhan yang dalam 9

jangka panjang bisa merugikan kepentingan perusahaan. Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen inilah disebut dengan agency problem yang salah satunya disebabkan oleh adanya asymmetric information, yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen (Dewi Hanggraeni, 2014). Dalam hal ini prinsipal seharusnya memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat hasil yang diperoleh dari usaha agen, namun ternyata informasi tentang ukuran keberhasilan yang diperoleh prinsipal tidak seluruhnya disajikan oleh agen. Akibatnya informasi yang diperoleh prisipal kurang lengkap sehingga tetap tidak dapat menjelaskan kinerja agen yang sesungguhnya dalam mengelola kekayaan prinsipal yang telah dipercayakan kepada agen. Akibat adanya informasi yang tidak seimbang atau asimetri ini, dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen. Permasalahan tersebut adalah: a. Moral Hazard Moral Hazard merupakan permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja. b. Adverse Selection Adverse Selection merupakan suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen 10

benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas (Jensen dan Meckling, 1976). Dewi Hanggraeni (2014), menyatakan corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada agency theory diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Konsep ini berkaitan dengan bagaimana para investor yakni bahwa direksi atau manajer (manajemen) akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajemen tidak akan mencuri / menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntugkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol manajemen (Shleifer dan Vishny, 1997). 2. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui teori akuntansi positif atau Positive Accounting Theory (PAT). Teori akuntansi positif menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen dalam memilih prosedur akuntansi yang optimal dan mempunyai tujuan tertentu. Menurut teori akuntansi positif, prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan tidak harus sama dengan yang lainnya, namun perusahaan diberi kebebasan untuk memilih salah satu alternatif prosedur yang tersedia untuk 11

meminimumkan biaya kontrak dan memaksimalkan nilai perusahaan (Yuliani, 2013). Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts dan Zimmerman (1986) dalam Yuliani (2013), yaitu : 1. Bonus Plan Hypothesis Bonus plan hypothesis menyatakan bahwa manajer akan cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi yang akan membuat laba yang dilaporkannya menjadi lebih tinggi. Konsep ini membahas bahwa bonus yang dijanjikan pemilik kepada manajer perusahaan tidak hanya memotivasi manajer untuk bekerja dengan lebih baik, tetapi juga memotivasi manajer untuk melakukan kecurangan manajerial. Agar selalu bisa mencapai tingkat kinerja yang memberikan bonus, manajer mempermainkan besar kecilnya angka-angka akuntansi dalam laporan keuangan, sehingga bonus itu selalu didapatnya setiap tahun. 2. Debt (Equity) Hypothesis Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang, maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang. Pada perusahaan yang mempunyai debt to equity tinggi, manajer perusahaan. 12

cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditur, bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang. 3. Political Cost Hypothesis Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba, dengan alasan masalah pelanggaran regulasi pemerintah. Salah satu regulasi yang dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan dunia perpajakan. UU mengatur jumlah pajak yang akan ditarik dari perusahaan berdasarkan laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Dengan kata lain, besar kecilnya pajak yang akan ditarik oleh pemerintah sangat tergantung pada besar kecilnya laba yang dicapai perusahaan. Kondisi inilah yang merangsang manajer untuk mengelola dan mengatur labanya dalam jumlah tertentu agar pajak yang harus dibayarkan menjadi tidak terlalu tinggi. B. Manajemen laba (Earnings Management) 1. Pengertian Manajemen laba (Earnings Management) Menurut Sugiri (1998) dalam Yuliani (2013), menyatakan bahwa earnings management dibagi kedalam dua definisi, yaitu: 13

a. Definisi sempit Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earnings Management dalam arti sempit didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen descretionary accrual dalam menentukan besarnya earnings. b. Definisi luas Earnings Management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit, dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan atau menurunkan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. 2. Pola Manajemen Laba (Earnings Management) Manajemen laba merupakan setiap tindakan manajemen yang dapat mempengaruhi angka laba yang dilaporkan. Menurut Scott (2000) dalam Dwi (2015), menyatakan bahwa pola manajemen laba dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: a. Taking a bath Pola ini dilakukan apabila terjadi suatu keadaan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan dan tidak bisa dihindari pada periode berjalan. Pola ini dilakukan oleh manajer dengan cara menggeser biaya discretionary accrual periode mendatang ke periode kini atau 14

menggeser pendapatan akrual diskresioner pada kini ke periode mendatang. b. Income Minimization Pola ini dilakukan pada saat perusahaan memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis. Hal ini dimaksudkan untuk keperluan pertimbangan pajak, pertimbangan peraturan perpajakan yang berlaku (misal dalam hal perusahaan memperoleh proteksi impor, mengurangi denda akibat pelanggaran). c. Income maximization Pola ini dilakukan oleh manajer untuk memaksimalkan laba dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, menciptakan kinerja yang baik sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. d. Income smooting Pola ini sering dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi fluktuasi laba yang terlalu tinggi sehingga dengan adanya pola perataan laba akan mengimplikasikan suatu aliran laba yang stabil dan merata. 3. Discretionary Accrual (Akrual Diskresioner) Scott (1997) Dwi (2015), menjelaskan pengertian akrual diskresioner adalah suatu cara untuk mengurangi pelaporan laba yang sulit dideteksi malalui manipulasi kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual, misalnya dengan cara menaikan biaya amortisasi dan depresiasi, mencatat 15

kewajiban yang besar atas jaminan produk (garansi), kontinjensi dan potongan harga, dan mencatat persediaan yang sudah usang. Akrual adalah semua kejadian yang bersifat operasional pada satu tahun yang berpengaruh pada arus kas. Perubahan piutang dan hutang merupakan akrual, juga perubahan persediaan. C. Pajak Penghasilan Mardiasmo (2011) menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara dan kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan merupakan salah satu sektor pajak yang paling besar menyumbang penerimaan pajak (Wijaya, 2014). Undang-undang pajak penghasilan (PPh) mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap subyek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subyek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subyek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalan undang-undang PPh disebut wajib pajak. Wajib pajak dikenai pajak penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subyektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak (Mardiasmo, 2011). 16

Beban pajak penghasilan merupakan jumlah agregat masa kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam menentukan laba/rugi pada satu periode (PSAK No. 46. Paragraf 08). Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas jumlah pajak penghasilan teerutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Menurut PSAK No. 46 adalah PSAK yang mengatur bagaimana entitas melaporkan pajak penghasilan dalam laporan keuangan baik dalam laporan posisi keuangan maupun dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. PSAK No. 46 menggunakan konsep akrual dalam mengakui beban aset dan kewajiban perpajakan. Sehingga setiap penghasilan menurut akuntansi harus tetap diperhitungkan dampak pajak yang harus dibayarkan di masa mendatang atau telah dibayarkan pada masa sekarang (Dwi Martani, 2015). Widyaningsih (2012), berpendapat bahwa pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan untuk periode mendatang sebagai akibat dari perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Pajak tangguhan timbul dari adanya perbedaan yang terjadi antara laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan komersial. Perhitungan laba fiskal yang didasarkan pada undang-undang pajak memberikan batasan yang lebih ketat dalam pengukuran akrual dibandingkan standar akuntansi sehingga semakin besar perbedaan antara laba fiskal dan laba komersial menunjukan semakin besarnya diskresi manajemen. 17

D. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008) dalam Zeptian (2013). Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar atau kecilnya suatu perusahaan yang ditentukan dengan batas-batas tertentu yang sudah ditentukan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain total aset, nilai pasar, dan penjualan perusahaan. Pengukuran dengan menggunakan total aset digunakan sebagai proksi ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai pasar dan penjualan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam total nilai asset perusahaan. Perusahaan yang berukuran besar merupakan perusahaan yang memiliki tingkat penjualan lebih besar, tingkat kestabilan perusahaan lebih tinggi dan melibatkan lebih banyak pihak. Karena pengambilan keputusan yang dilakukan perusahaan besar berpengaruh pada publik, sehingga masyarakat lebih mengenal perusahaan besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks dibandingkan perusahaan kecil, sehingga lebih memungkinkan untuk melakukan tindakan earnings management. Zeptian (2013). Dari uraian pendapat tentang perusahaan besar yang mempengaruhi tindakan earnings management tersebut, maka secara garis besar ukuran 18

perusahaan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan earnings management. E. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dimana pengukurannya berhubungan dengan volume penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukan bahwa kinerja perusahaan baik dan pengawasan berjalan dengan baik, sedangkan dengan tingkat profitabilitas yang rendah menunjukan bahwa kinerja perusahaan kurang baik, dan manajemen tampak buruk dimata principal. Tingkat profitabilitas yang stabil akan memberikan keyakinan pada investor bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. Tingkat profitabilitas yang stabil memiliki keuntungan bagi manajemen, yaitu mengamankan posisi atau jabatan dalam perusahaan. Tingkat profitabilitas yang stabil juga memberikan keyakinan pada investor atas investasi yang dilakukan karena perusahaan dinilai baik dalam menghasilkan laba (Widyaningsih, 2012). Profitabilitas diproksikan dengan Return On Asset (ROA) karena ROA mampu merefleksikan keuntungan bisnis dan mewakili efektifitas perusahaan yang mencerminkan kinerja manajemen dalam memanfaatkan total aset untuk menghasilkan laba yang diinginkan oleh perusahaan (Widyaningsih, 2012). 19

F. Kompensasi Bonus Kompensasi bonus merupakan suatu kebijakan yang diberikan kepada manager yang didasarkan pada hasil kinerjanya demi mencapai tujuan perusahaan (Pujiati, 2013). Perusahaan yang memiliki rencana bonus yang akan membuat manajer cenderung untuk melakukan tindakan menaikan laba guna mendapatkan bonus untuk kepentingan pribadinya sendiri. Dengan adanya kompensasi bonus tersebut, pihak manajemen akan terus berusaha meningkatkan profit atau laba perusahaan semaksimal mungkin sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akan terlihat bagus. Dengan demikian maka pihak manajemen akan mendapatkan bonus atas kerja kerasnya tersebut. Tujuan pemberian Kompensasi (balas jasa) antara lain adalah sebagai ikatan kerja sama, kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, serta pengaruh serikat buruh dan pemerintah Malayu (2007). Manajer sebagai pihak internal, memiliki informasi atas laba bersih pada perusahaan cenderung untuk bertindak oportunis dalam melakukan praktik manajemen laba guna mendapatkan bonus yang tinggi (Pujiati, 2013). G. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian sehingga dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang akan digunakan. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait penelitian yang akan dilakukan. 20

Lindria Sukma Dewi, Igusti Ketut Agung Ulupui, 2014 E-Jurnal Akuntansi Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Judul Variabel Hasil Penelitian Pengaruh Pajak Pajak Penghasilan Dan Asset pengahasilan,ukuran Perusahaan Pada Earning perusahaan Management Dwi ratnasari, 2015 Jurnal Akuntansi Pengaruh pajak penghasilan,ukuran perusahaan dan profitabilitas pada Earning management. Pajak penghasilan, ukuran perusahaan, profitabilitas Secara parsial variabel pajak pengahasilan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktek manajemen laba. Pajak penghasilan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Sedangkan ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Veronika Abdi Wijaya dan Yulius Jogi Christiawan, 2014 Tax & Accounting Review Pengaruh Kompensasi Bonus, Leverage dan Pajak terhadap Earnings management pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013 Kompensasi Bonus, Levearge dan Pajak Kompensasi Bonus tidak berpengaruh terhadap earnings management. Sedangkan pajak dan leverage berpengaruh positif terhadap earnings management. Restuwulan, 2013 Jurnal Akuntansi Pengaruh asimetri informasi dan Ukuran perusahaan terhadap manajemen laba Asimetri informasi, Ukuran perusahaan Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. 21

Yuliana, C. (2011) Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan I Ketut Gunawan, Nyoman Ari Surya Darmawan, I Gusti Ayu Purnamawati, 2015 Pengaruh Leverage, Pergantian CEO dan Motivasi Pajak Terhadap Manajemen Laba Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Leverage, Pergantian CEO, Motivasi Pajak Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage pergantian CEO dan motivasi pajak berpengaruh pengaruh terhadap manajemen laba sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. e-journal Akuntansi H. Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu pajak penghasilan, ukuran perusahaan, profitabilitas dan kompensasi bonus sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu earnings management. Berdasarkan hubungan antara variabel tersebut dapat dimasukan dalam kerangka pemikiran berikut ini : 1. Pengaruh pajak penghasilan terhadap earnings management. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014), menyatakan bahwa pajak penghasilan mempunyai pengaruh negatif terhadap earnings 22

management. Hasil itu menunjukan bahwa peningkatan pajak penghasilan akan menurunkan praktik manajemen laba, hal ini dikarenakan pajak secara umum memiliki aturan akuntansi tersendiri dalam menghitung pendapatan kena pajak dari adanya peraturan tentang pajak. Namun berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2011), menyatakan bahwa pajak memiliki pengaruh yang positif terhadap manajemen laba. Pajak memiliki pengaruh yang positif disebabkan karena perusahaan memanfaatkan peraturan yang ada untuk melakukan tindakan manajemen laba. 2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap earnings management. Ukuran perusahaan merupakan salah satu indikator yang digunakan investor dalam menilai aset maupun kinerja perusahaan. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat dari total aktiva dan penjualan yang dimiliki oleh perusahaan. Beberapa penelitian menggunakan ukuran aktiva sebagai wakil dari ukuran perusahaan. Restu (2013) meneliti faktor yang mempengaruhi manajemen laba, menjelaskan hasil penelitian bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian Jao dan Pagalung (2011), menunjukan hasil yang berbeda bahwa adanya pengaruh yang negatif antara ukuran perusahaan dan earnings management. Hasil ini menunjukan bahwa semakin besar perusahaan yang diukur dengan total aktiva, maka tindakan earnings management akan berkurang. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang besar mempunyai peluang 23

lebih sedikit dalam melakukan tindakan earnings management dan sebaliknya, perusahaan yang lebih kecil mempunyai peluang yang lebih besar dalam melakukan tindakan earnings management. 3. Pengaruh profitabilitas terhadap earnings management. Di dalam perusahaan profitabilitas digunakan untuk mengatur efektivitas perushaan untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih (2012), menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap earnings management. Hal ini ditunjukan pada saat perusahaan mengalami profitabilitas yang meningkat maka peluang untuk melakukan tindakan earnings management juga akan meningkatkan bonus kepada para manajer. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2012), menyatakan hasil yang berbeda, bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap perataan laba yang merupakan bagian dari earnings management. 4. Pengaruh kompensasi bonus terhadap earnings management. Kompensasi bonus merupakan suatu kebijakan yang diberikan kepada manager yang didasarkan pada hasil kinerjanya demi mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya kompensasi bonus tersebut, pihak manajemen akan terus berusaha meningkatkan profit atau laba perusahaan semaksimal mungkin sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akan terlihat bagus. 24

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elfira (2014), dengan kompensasi sebagai variabel independen menyatakan bahwa kompensasi bonus berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiati (2013) yang menyatakan bahwa kompensasi bonus berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yaitu semakin tinggi bonus yang diberikan maka semakin rendah tingkat manajemen laba yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan landasan teori serta permasalahan yang di kemukakan, gambar berikut ini menunjukan kerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam model penelitian yang menunjukan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut: PAJAK PENGHASILAN H 1 UKURAN PERUSAHAAN PROFITABILITAS H 2 H 3 EARNINGS MANAGEMNT (MANAJEMEN LABA) KOMPENSASI BONUS H 4 Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran 25

I. Pengembangan Hipotesis Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai berikut: H 1 : Pajak penghasilan mempunyai pengaruh signifikan terhadap earnings management. H 2 : Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap earning management. H 3 : Profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap earnings management. H 4 : Kompensasi bonus mempunyai pengaruh signifikan terhadap earnings management. 26