BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1998, namun hingga saat ini masih banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sadar. Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh peran

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap mengetahui kebenaran yang terjadi di lapangan dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Hariandja, 2002). Menurut Sumarsono (2003), Sumber Daya Manusia atau human

BERITA NEGARA. Disiplin Kerja. Pegawai Negeri Sipil. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dimaksud adalah melancarkan kegiatan pelayanan publik, dan memberikan

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. (SDM) lah yang dapat mendayagunakan sumber-sumber daya organisasi lainnya

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kegiatan atau operasional sehari-hari dengan kata lain lingkungan

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PERTANIAN. Tunjangan Kinerja. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Disiplin adalah fungsi operatif ke enam dan manajemen sumber daya manusia yng

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing pegawai. Tidak hanya itu,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

BAB I PENDAHULUAN. penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi. Dari sudut pandang manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dan keterbatasan di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

2014, No diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. Departemen yang berada dibawah Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 30 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013

PEDOMAN PENGUSULAN, PENETAPAN, DAN PEMBINAAN REFORMASI BIROKRASI PADA PEMERINTAH DAERAH BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, terjadi perubahan paradigma pelayanan administrasi publik. Pada era 80-an

BAB I PENDAHULUAN. suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam mencapai tujuan. menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sesuai dengan SK 345/KPTS/DIR/2012

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 26 TAHUN 2O16 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. aparatur negara yang terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk. menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Angkasa Pura II. Sumber: Gambaran Umum PT Angkasa Pura II (Persero)

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

ANALISIS PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. menuntut adanya profesionalisme dalam bekerja.

TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIT KERJA : UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. yang dipilih secara khusus untuk melakukan tugas negara sebagai bentuk

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.66/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : 7 TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dukungan dari pegawai yang kompeten dan terampil. maka kemungkinan untuk

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, kesimpulan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014

2015 PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWAKARTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 5 TAHUN 2O17 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja. Tujuan instansi pemerintah dapat dicapai apabila manajemen

11 Program Prioritas KIB II

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan setiap perusahaan berusaha meningkatkan serta mengembangkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusialah yang menjalankan fungsi-fungsi manajemen yaitu POAC ( Planning,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. yang dipelopori oleh mahasiswa pada tahun 1998, bertujuan untuk

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. pertama dari setiap masalah yang terjadi dalam suatu organisasi. Bahkan ada

PROPOSAL INOVASI PELAYANAN PUBLIK Judul Inovasi : Penerapan Sistem Manajemen Absensi Real Time (SMART) melalui Face Scan.

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM E-KINERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH WALIKOTA BANDA ACEH,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bernegara seperti organisasi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Prenhallindo, Jakarta, 1998, Hlm.

BERITA NEGARA. No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan.

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

KUALITAS PELAYANAN ADMINISTRASI AKTA KELAHIRAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH KOTA SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. direformasi. Reformasi itu meliputi berbagai bidang termasuk birokrasi-alat

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan maka akan dapat diketahui kesalahan-kesalahan dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB KERJA PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA

BAB I P E N D A H U L U A N

2011, No dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lemba

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar sejak manusia lahir hingga akhir hayatnya. Havighurst dalam Bimo

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang. Reformasi birokrasi merupakan suatu upaya untuk melakukan perubahan terhadap sietem pemerintahan sehingga pemerintahan yang baik (good governance) dapat diwujudkan. Walaupun pelaksanaan reformasi birokrasi di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1998, namun hingga saat ini masih banyak keluhan datang dari masyarakat yang menunjukkan bahwa reformasi birokrasi yang telah dijalankan selama ini belum berjalan secara efektif dan efisien, serta belum memenuhi keinginan masyarakat. Saat ini arah dan kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi secara nasional ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Operasionalisasi dari Grand Design tersebut ditetapkan dalam Permenpan No.20 Tahun 2010 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2009-2014. Road Map Reformasi Birokrasi tersebut merupakan rencana rinci pelaksanaan reformasi birokrasi, sehingga dengan adanya road map reformasi birokrasi ini maka setiap Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Pemda) dapat mengarahkan lembaganya menjalankan reformasi birokrasi secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan berkelanjutan 1. 1 Permenpan-RB RI No.30 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi Pada Pemerintah Daerah. Reformasi Birokrasi Pada Pemerintah Daerah.

Kebijakan ini memberikan kesempatan kepada masing-masing pemerintah daerah untuk melaksanakan reformasi birokrasi sesuai dengan kemampuannya. Salah satu yang menjadi pertimbangan hal ini dilakukan adalah bahwa kesiapan aparatur masing-masing daerah untuk melaksanakan reformasi birokrasi berbedabeda. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Menpan-RB, Azwar Abu Bakar, bahwa masing-masing daerah memiliki kondisi obyektif beragam, baik karakteristik, kesiapan aparatur, maupun lingkungan strategisnya yang berbeda. Karena itu, pelaksanaan reformasi birokrasi pemda dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, sesuai kemampuan masing-masing pemda 2. Dengan diserahkannya pelaksanaan reformasi birokrasi pada pemerintahan daerah, maka pemerintah daerah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan program tersebut yang tentunya akan dilaksanakan oleh semua aparatur pemerintahan sehingga dapat dipastikan bahwa peran aparatur pemerintah daerah sebagai penyelenggara reformasi birokrasi sangat besar dan penting. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, pemerintah daerah dituntut bisa mengawasi, mengontrol semua pegawai di lingkungan pemerintahannya agar bisa melaksanakan reformasi birokrasi tersebut dengan baik. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memastikan setiap pegawai selalu memiliki kinerja (Y) yang baik dan memuaskan. Pada umumya kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan 3. Sehingga kinerja dapat dipandang sebagai proses 2 www.jpnn.co.id. Edisi Selasa, 28 Mei 2013 18:16:00 WIB. Diakses pada tanggal 29 September 2016. 3 Edy sutrisno, Budaya Organisasi, Kencana, Jakarta, 2011, hlm. 170. 2

tentang bagaimana pekerjaan berlangsung untuk mencapai hasil kerja, namun hasil pekerjaan itu sendiri juga menunjukkan kinerja 4. Lebih jauh Miner menjelaskan bahwa kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya 5. Berdasarkan penjelasan tesebut jika perilaku pegawai yang menuntun kepada kinerjanya dihubungkan dengan cita-cita reformasi birokrasi, tidak diragukan lagi bahwa kinerja (Y) pegawai sangat menentukan keberhasilan reformasi birokrasi, dan dengan kinerja (Y) maka dapat dilihat apakah tujuan tercapai atau tidak. Setiap organisasi publik memerlukannya untuk melihat hasil kerja dari aparatur organisasinya sendiri. Satu hal yang harus disadari adalah bahwa semua aturan dan strategi tersebut tidak akan ada artinya jika pegawai yang dikenai aturan tidak mematuhi aturan tersebut. Reformasi birokrasi yang dicita-citakan akan berhasil hanya jika semua pegawai taat dan patuh secara terus menerus pada aturan yang telah ditetapkan baik secara sukarela maupun terpaksa. Sikap patuh dan taat ini disebut disiplin kerja (X). Menurut Lijan Poltak Sinambela, terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kinerja (Y) dengan disiplin kerja (X). Ia mengatakan bahwa disiplin kerjalah yang mempengaruhi kinerja pegawai, dalam artian semakin tinggi disiplin kerja seseorang maka akan semakin tinggi juga kinerja orang tersebut 6. Berdasarkan teori tersebut maka dapat diketahui bahwa disiplin akan mempengaruhi kinerja (Y) seseorang dalam menjalankan tugasnya. 4 Wibowo, Manajemen Kinerja, Rajawali Press, Jakarta, hlm. 81. 5 Sutrisno., loc.cit. 6 Lijan Poltak Sinambela, Kinerja Pegawai: Teori, Pengukuran, dan Aplikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm. 237. 3

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengujian pada teori Lijan Poltak Sinambela yang menyatakan bahwa disiplin kerja (X) merupakan suatu tindakan yang dapat meningkatkan kinerja (Y) seseorang dalam bekerja. Dengan kata lain bahwa disiplin kerja (X) merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi kedisiplinan seseorang dalam bekerja. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang. Kota Padang dipilih karena Pemerintah Kota Padang adalah ibukota provinsi sekaligus kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Sumatera Barat sejak tahun 1980 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat. Hingga tahun 2011 jumlah penduduk kota Padang menempati urutan pertama di Provinsi Sumatera Barat, yaitu 844.316 jiwa 7. Keadaan ini mengharuskan instansi-instansi pemerintahan yang bersinggungan langsung dengan masyarakat harus bekerja lebih keras dan lebih baik dalam melayani masyarakat. Lebih dari itu, Kota Padang juga terpilih menjadi salah satu pilot project atau percontohan pelaksanaan road map reformasi birokrasi 2009-2014 sebagai langkah awal guna memastikan keberhasilan reformasi birokrasi itu sendiri yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 96 tahun 2013. Selain Pemerintah Daerah Kota Padang, terdapat 97 pemerintah daerah lainnya yang juga dipilih secara nasional. Dari semua instansi yang ada di Pemerintahan Kota Padang, menurut Kepala Perwakilan Ombudsman Sumbar, Yunafri, ada sembilan instansi yang dapat 7 www.bps.sumbar. go.id. Diakses pada tanggal 8 Januari 2015. 4

dijadikan sampel untuk melihat gambaran pelayanan publik di Kota Padang karena sembilan instansi tersebut paling banyak bersinggungan langsung dengan masyarakat 8. Instansi tersebut salah satunya adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti memutuskan untuk melihat kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang yang selanjutnya dalam penelitian ini akan disebut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008 merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kependudukan dan pencatatan sipil serta tugas pembantuan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai fungsi merumusan kebijakan teknis di bidang kependudukan dan pencatatan sipil, penyelenggara urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kependudukan dan pencatatan sipil, melakukan pembinaan dan pelaksanaan urusan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil, serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sebagai dinas yang setiap hari selalu bersinggungan langsung dengan masyarakat, Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang sudah seharunsya memiliki kinerja (Y) yang baik sehingga harapan 8 Ranah Berita, edisi Kamis, 22 Agustus 2013. Diakses pada tanggal 8 Januari 2015. 5

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang optimal dapat terwujud, tapi pada kenyataannya permasalahan kinerja (Y) inilah yang terdapat di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang. Fenomena yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang menunjukkan bahwa masih banyak Pegawai Negeri Sipil yang bermasalah dalam bekerja. Bentuk dari masalah tersebut antara lain adalah penggunaan komputer kerja untuk mengunduh film-film atau video yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dalam jam kerja. Dalam penyusunan dokumen, masih banyak Pegawai Negeri Sipil yang bekerja dengan tidak rapi serta tidak teliti, sehingga banyak ditemukan kesalahan dalam penulisan, pelaporan, halaman yang tidak terhubung dengan halaman lainnya, dan beberapa kesalahan lainnya. Sebagai contoh adalah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang Tahun 2014 yang peneliti dapatkan dari instansi tersebut. Didalamnya terdapat banyak kesalahan-kesalahan dalam pelaporan, seperti kesalahan dalam menghitung persentase pencapaian kerja, kesalahan dalam memuat informasi dan penulisan yang kurang rapi. Dalam usaha Pegawai Negeri Sipil untuk mencapai target kerja, peneliti menemukan bahwa Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang masih belum dapat mencapai target yang telah direncanakan. Hal ini tergambar dari belum optimalnya hasil pencapaian kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang. Sebenarnya terdapat hubungan 6

yang erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja organisasi. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan baik, maka kemungkinan besar kinerja perusahaan atau organisasi juga baik 9. Sehingga jika kinerja (Y) organisasi rendah, maka dapat dipastikan salah satu penyebabnya adalah kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil yang rendah, artinya kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil secara umum dapat dilihat berdasarkan kinerja (Y) yang dicapai oleh organisasi. Pernyataan ini didukung oleh penjelasan Sutrisno yang meyatakan bahwa pada prinsipnya kinerja organisasi dimana seseorang atau kelompok orang berada di dalamnya merupakan pencerminan dari kinerja sumberdaya manusia bersangkutan 10. Berdasarkan penjelasan dari para ahli tersebut, maka untuk menunjukkan kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang secara umum, peneliti menggunakan data laporan hasil kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang itu sendiri. Data yang No. 1 dimaksud adalah data cetak Kartu Keluarga (KK), kutipan akta kelahiran, dan kutipan akta kematian yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Data Cetak KK, Akta Kelahiran dan Kematian yang Diterbitkan Tahun 2013-2014 Indikator Kinerja Jumlah Kartu Keluarga (KK) yang diterbitkan. Tahun 2013 Tahun 2014 % Target Realisasi Target Realisasi 50.000 lembar 31.418 lembar 62,83 % 70.500 lembar 77.031 lembar % 109,26 % 2 Jumlah kutipan 40.000 23.855 59,63 % 32.500 21.424 65,92 % 9 Sutrisno, op.cit., hlm. 171. 10 Ibid., hlm. 179. 7

3 akta kelahiran yang diterbitkan. Jumlah kutipan akta kematian yang diterbitkan. akta akta Akta lembar - 163 akta 188 akta 183 akta 97,34 % Sumber: LAKIP Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang Tahun 2014. Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan persentase pencapaian target yang berhasil direalisasikan yang memberikan arti bahwa kinerja (Y) individu Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang mengalami peningkatan walaupun belum optimal, hal ini menjelaskan bahwa terdapat beberapa kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perencanaanya. Dengan kata lain Pegawai Negeri Sipil belum memiliki kinerja (Y) yang begitu baik sehingga belum dapat mengimplementasikan program-program atau kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan dan target yang telah ditentukan. Tidak tercapainya target kerja juga sangat dipengaruhi oleh perilaku individu dalam menggunakan waktu kerja organisasi tersebut, artinya waktu tersebut harus benar-benar sepenuhnya digunakan untuk bekerja. Berdasarkan temuan peneliti, dari hasil olahan data mengenai waktu kerja yang digunakan oleh pegawai, terdapat beberapa masalah yang ditemukan oleh peneliti, antara lain semua Pegawai Negeri Sipil seharusnya hadir di tempat kerja selama 7,5 jam dalam sehari, namun peneliti masih menemukan Pegawai Negeri Sipil hadir kurang dari 7,5 jam seperti yang seharusnya, bahkan ada yang hanya hadir 5-6 jam dalam satu hari kerja. Dari 57 orang pegawai, terdapat lebih dari 30 Pegawai Negeri Sipil yang pernah melakukan hal tersebut, dan kebanyakan dari 30 orang Pegawai Negeri Sipil tersebut melakukannya secara berulang-ulang. 8

Beberapa anggota DPRD Kota Padang mengkritik kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Padang karena belum memberikan kepuasan kepada masyarakat, antara lain Zaharman dan Wismar Panjaitan, menurutnya persoalan yang terjadi adalah kondisi perkantoran tidak layak, sistem pelayanan tidak baik, sumber daya manusia yang belum terlatih. ditambah dengan proses pengurusan oleh masyarakat yang memakan waktu cukup panjang 11. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Padang Vidal Triza juga mengakui bahwa sistem pelayanan di SKPD itu memang belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Menurutnya kekurangan tersebut terjadi karena SDM dan sarana serta prasarana yang ada belum mencukupi dan belum terakomodir, sehingga ia tidak memiliki kekuatan untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 12. Secara teori, Miner mengatakan bahwa untuk mengukur kinerja (Y) dapat dilihat dari kualitas kerja, kuantitas kerja, waktu kerja, dan kerjasama. Fenomenafenomena diatas cukup kuat untuk menunjukkan permasalahan kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang jika merujuk kepada konsep kinerja (Y) yang telah dikemukakan oleh Miner. Oleh karena itu peneliti akan menggunakan konsep kinerja (Y) yang dikemukakan oleh Miner dalam penelitian ini. Permasalahan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang tidak hanya pada kinerja (Y) pegawai, tapi juga pada disiplin kerja (X) pegawai. Disiplin merupakan kunci aturan dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan adanya 11 Lukipos, edisi 24 Oktober 2014, 24, 12:31:43 WIB. Diakses pada tanggal 8 Januari 2015. 12 Harian Haluan, edisi 12 Desember 2014, 02:19 WIB. Diakses pada tanggal 8 Januari 2015. 9

disiplin yang kuat maka peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dapat dipastikan terwujud. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sinambela bahwa tujuan utama pendisiplinan adalah memastikan bahwa perilakuperilaku pegawai konsisten dengan aturan-aturan, menciptakan atau mempertahankan rasa hormat dan saling percaya di antara supervisi dengan bawahannya, dan membantu pegawai supaya menjadi lebih produktif sehingga dapat menguntungkan dalam jangka waktu panjang 13. Sehingga jika disiplin tidak ditegakkan dengan baik maka sudah pasti akan menimbulkan masalah pada organisasi dan individu-individu dalam organisasi tersebut. Jika disiplin dapat ditegakkan maka pada praktiknya seorang pegawai yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan, tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, dan menaati peraturan yang ada dalam lingkungan kerja dengan kesadaran yang tinggi tanpa ada rasa paksaan. Dalam surat edaran Badan Kepegawaian Daerah Nomor 870.495/BKDPdg/2015 tentang Kewajiban Masuk Kerja Dan Menaati Ketentuan Jam Kerja Serta Segala Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan dijelaskan bahwa setiap PNS pada SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Padang wajib melaksanakan apel pagi pada jam 07.30 WIB memakai pakaian dinas sesuai ketentuan, rapi dengan atribut lengkap (papan nama, logo pemda, dan pin Saya 13 Sinambela, op.cit., hlm. 242-243. 10

Anti Sogok ) dan pulang sesuai dengan ketentuan jam dinas. Jam istirahat dimulai pada jam 12.00 WIB hingga jam 13.30 WIB. Berdasarkan observasi peneliti di lapangan dapat dilihat bahwa disiplin Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang banyak mengalami masalah, antara lain dengan keterlambatan Pegawai Negeri Sipil masuk kantor, pulang kerja sebelum waktunya, dan kemangkiran untuk melakukan hal-hal yang diluar kegiatan kerja. Pernyataan ini didukung oleh bukti berupa data yang telah diolah kembali oleh peneliti berdasarkan catatan rekaman absensi Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang yang diambil melalui fasilitas fingerprint yang dapat tergambar pada tabel berikut: Tabel 1.2 Data Pelanggaran Jam Kerja Berdasarkan Rekaman Fasilitas Finger Print Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang (1 Mei 2015-12 Oktober 2015) Jumlah Pegawai Negeri Sipil Hari Kerja /Pegawai Hari Kerja Seluruh Pegawai 57 Orang 117 Hari 6669 Hari Sumber: Olahan Peneliti (2016) Terlambat Masuk Kerja Seluruh Pegawai 182 Kali Kejadian Pulang Lebih Awal Seluruh Pegawai 270 Kali Kejadian Dari data diatas dapat dilihat jumlah keterlambatan dan Pegawai Negeri Sipil yang pulang sebelum waktunya masih banyak. Menurut data tersebut, tidak semua Pegawai Negeri Sipil melakukan pelanggaran dalam hal keterlambatan dan pulang lebih awal, tetapi Pegawai Negeri Sipil yang melakukannya cukup banyak. 11

Bahkan terdapat beberapa Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran tersebut secara berulang-ulang. Temuan peneliti pada beberapa media massa juga turut mendukung data tersebut. Menurut Haluan, sedikitnya 30 Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil), Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T), serta Kantor Arsip Perpustakaan dan Dokumentasi Kota Padang, diminta berjanji agar tidak terlambat masuk kantor dan memakai atribut lengkap. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang terlambat masuk kantor pun ikut bergabung di barisan tersebut. Dia juga mendapat teguran yang sama, agar berjanji untuk tidak terlambat lagi 14. Yang termasuk disiplin oleh Hasibuan adalah jika pegawai mematuhi semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Konsep disiplin yang dikemukakan oleh Hasibuan memiliki makna yang hampir sama dengan pengertian disiplin menurut PP No.53 Tahun 2010 yaitu Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. PP No.53 Tahun 2010 inilah yang menjadi acuan penegakan disiplin pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang. Fenomena yang terjadi terkait dengan disiplin kerja (X) antara lain masih adanya Pegawai Negeri Sipil yang menggunakan fasilitas kerja untuk kepentingan 14 Harian Haluan, edisi 21 Januari 2015. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015 12

pribadi, kurangnya pemeliharaan fasilitas yang diberikan tersebut, penggunaan seragam yang tidak sesuai dengan ketentuan, tidak menggunakan pin tanda pengenal dan merokok ditempat kerja. Dalam Peraturan Walikota Padang No.14 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok dijelaskan bahwa ada 7 kawasan yang dilarang untuk merokok. Salah satu dari kawasan tersebut adalah kawasan tempat kerja. Tempat kerja yang dimaksud dijelaskan dalam Bab 2 Pasal 10, yaitu perkantoran pemerintah, perkantoran swasta, industry dan bengkel sedangkan dalam PP No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS pasal 3 angka 4 dituliskan aturan bahwa PNS harus menaati segala ketentuan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku. Artinya PNS tidak boleh merokok di lingkungan kerja. Berikut beberapa hasil dokumentasi peneliti berupa foto yang menunjukkan permasalahan kedisiplinan kerja pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang: Gambar 1.1. Pelanggaran Terhadap Aturan Berpakaian Sumber: Dokumentasi Peneliti (2015) Gambar 1.1 diambil pada hari Selasa, 13/10/2015 pada jam 13:58 WIB dimana Pegawai Negeri Sipil seharusnya menggunakan pakaian dinas kuning 13

khaki sesuai dengan peraturan yang berlaku, tapi pada gambar terdapat dua orang Pegawai Negeri Sipil yang tidak mematuhi peraturan tersebut. Gambar 1.2. Pelanggaran Terhadap Aturan Waktu Kerja Sumber: Dokumentasi Peneliti (2015) Gambar 1.2 diambil pada hari Jumat, 09/10/2015 pada jam 13:45 WIB, dimana pelayanan sudah mulai dilakukan. Pada Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kursi yang kosong dan tidak ada Pegawai Negeri Sipil yang bertugas. Gambar 1.3. Pelanggaran Terhadap Pemanfaatan Fasilitas Kerja Sumber: Dokumentasi Peneliti (2015) 14

Gambar 1.3 diambil pada jam 14:20 WIB, dan terlihat sebuah komputer kerja yang digunakan untuk mengakses sebuah situs yang dapat diguakan untuk mengunduh film korea. Selain itu juga dapat dilihat bahwa terdapat banyak kursi yang kosong yang menandakan bahwa ada Pegawai Negeri Sipil yang tidak berada pada tempatnya pada waktu kerja. Gambar 1.4. Pelanggaran Terhadap Pemanfaatan Waktu Kerja Sumber: Dokumentasi Peneliti (2015) Gambar 1.4 diambil pada jam 13:40. Pada foto terlihat seorang Pegawai Negeri Sipil yang sedang duduk santai memainkan handphone sementara waktu kerja sudah dimulai. Selanjutnya Haluan terbitan 19 Mei 2014 mengatakan bahwa terdapat masalah praktik percaloan pada Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kota Padang. Selain praktik percaloan, banyak laporan dari masyarakat yang mengeluh tentang persoalan pengurusan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 15. Berita ini menjadi bukti bahwa Pegawai Negeri Sipil Dinas 15 Harian Haluan, edisi 19 Mei 2014. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015 15

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang tidak mengerjakan pekerjaannya dengan baik, karena percaloan tidak ada dalam Standar Operasional Prosedur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang. Pengurusan keperluan masyarakat yang membutuhkan waktu lama juga menunjukkan bahwa Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil secara umum tidak mampu menyelesaikan tugasnya tepat waktu sehingga menyebabkan masyarakat mengeluh. Dalam penelitian ini, untuk mengukur disiplin seseorang dalam pekerjaannya, peneliti menggunakan konsep disiplin Hasibuan yang memberikan 3 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur disiplin kerja (X), yaitu jika karyawan tersebut selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, serta mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengasumsikan bahwa kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang bermasalah salah satunya disebabkan oleh disiplin kerja (X) Pegawai Negeri Sipil instansi tersebut juga bermasalah karena disiplin kerja (X) memberikan pengaruh terhadap kinerja (Y) yang dihasilkan oleh pegawai. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh atau dampak yang ditimbulkan dari tindakan disiplin kerja (X) terhadap kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang, karena Lijan Poltak Sinambela menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kinerja (Y) dengan disiplin kerja (X). Ia mengatakan bahwa disiplin kerjalah yang mempengaruhi kinerja pegawai, dalam 16

artian semakin tinggi disiplin kerja seseorang maka akan semakin tinggi juga kinerja orang tersebut 16. Dalam penelitian ini, pengaruh dari disiplin kerja (X) dilihat dari besaran koefisien korelasi dari data yang diolah dengan aplikasi SPSS. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang, maka perlu dikemukakan permasalahan penelitian dalam kalimat pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana disiplin kerja (X) Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang? 2. Bagaimana kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang? 3. Bagaimana pengaruh disiplin kerja (X) terhadap kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang? 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis dan mengetahui disiplin kerja (X) Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang. b. Untuk menganalisis dan mengetahui kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang 16 Sinambela, op.cit., hlm. 237. 17

c. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh disiplin kerja (X) terhadap kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang. 1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoretis a. Memberikan konstribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga dapat memperkuat aplikasi teori disiplin kerja (X) dan kinerja (Y) dalam khazanah Ilmu Administrasi Negara. b. Menambah referensi dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya. 1.4.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan, pertimbangan bagi instansi Pemerintahan di Indonesia khususnya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padang dalam upaya peningkatan kinerja (Y) Pegawai Negeri Sipil melalui disiplin kerja (X). 18

1.5.Sistematika Pembahasan Dalam penulisan penelitian ini, sistematika pembahasan disusun berdasarkan bab demi bab yang akan diuraikan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, berisi tentang studi penelitian yang relevan, teori-teori utama tentang disiplin kerja (X) dan kinerja (Y), skema pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional. BAB III METODE PENELITIAN, berisi tentang pendekatan penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, uji validitas, teknik analisis data, hipotesis, lokasi penelitian. 19