II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU PADA UD JULU ATIA, KECAMATAN POLONGBANGKENG SELATAN, KABUPATEN TAKALAR

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

9 Universitas Indonesia

VII. RENCANA KEUANGAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

III. METODE PENELITIAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Investasi dan Proyek 2.2 Pengertian Bisnis 2.3 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA CV. BU DENA CATERING. Nama : Mamih Mayangsari Npm : Kelas : 3EA24

I. PENDAHULUAN. Tahun Produksi Impor

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Pemikiran

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

III. METODE PENELITIAN

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

Untuk Daerah Tertinggal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat.

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun (http://id.wikipedia.org/wiki/tebu, 2011). Pada saat ini tanaman tebu telah dimanfaatkan secara optimal menjadi produk-produk yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Di Indonesia, pemanfaatan tertinggi bagian tanaman tebu adalah pada bagian batangnya, karena batang tebu mengandung nira yang memiliki kadar gula yang tinggi untuk selanjuntnya diproses menjadi beberapa jenis gula diantaranya gula kristal, gula merah dan gula semut (Lhestari, 2006). 2.2. Gula Merah Tebu Menurut Dachlan (1984), gula merah tebu merupakan hasil olahan dari nira dengan cara menguapkan airnya kemudian dicetak. Gula merah berbentuk padat dan berwarna cokelat kemerahan sampai dengan coklat tua. Sedangkan gula merah tebu menurut SNI 01-6237-2000 adalah gula yang dihasilkan dari pengolahan sari tebu (Saccharum officinarum) melalui pemasakan dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diperbolehkan dan berwarna kecokelatan (Lhestari, 2006). Gula merah tebu diproduksi secara tradisional di beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. Pembuatan gula merah dilakukan secara sederhana di daerah pedesaan dengan teknologi sederhana. Tahap awal dari proses pembuatan gula merah adalah persiapan nira. Nira dihasilkan dari pemerasan tebu dengan menggunakan mesin peras. Nira kemudian disaring dengan menggunakan kain penyaring untuk menyaring kotoran seperti potongan ranting, daun kering dan serangga. Nira yang telah disaring dimasukkan ke dalam wajan pemasakan untuk dipanaskan pada suhu sekitar 110 0 C sambil dilakukan

7 pengadukan. Nira yang sudah mengental kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah untuk didinginkan sebelum dicetak menjadi gula merah (Santoso, 1993). Batang Tebu Bagase Penggilingan Nira Penjernihan dengan pemanasan awal 70 0 C Larutan Kapur Nira Jernih Pemanasan 100-110 0 C Penggumpalan Pencetakan Gula Merah Tebu Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Gula Merah Tebu (Utami, 2008) Mutu gula merah tebu terutama berasal dari rasa dan juga penampilannya yang meliputi bentuk, warna, kekerasan dan kekeringannya. Gula merah yang berwarna lebih cerah dan agak keras lebih disukai serta memiliki harga jual yang lebih tinggi (Narulita, 2008).

8 Berdasarkan spesifikasi yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia dalam SNI 01-6237-2000, syarat mutu gula merah tebu dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini : Tabel 3. Spesikasi Syarat Mutu Gula Merah Tebu No Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu I Mutu II 1 Keadaan Bau Rasa Warna - - - Khas Khas Coklat muda Khas Khas Coklat sampai tua sampai tua Penampakan - Tidak berjamur Tidak berjamur 2 Bagian yang tidak % Maksimal 1,0 Maksimal 5,0 larut dalam air, b/b 3 Air, b/b % Maksimal 8,0 Maksimal 10,0 % Minimal 65 Minimal 60 4 Gula (dihitung sebagai sukrosa), b/b 5 Gula pereduksi (dihitung sebagai glukosa), b/b 6 Bahan tambahan makanan pengawet Residu Benzoat 7 Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Hg) % Maksimal 11 Maksimal 14 Maksimal 20 Maksimal 200 Maksimal 2,0 Maksimal 2,0 Maksimal 40,0 Maksimal 40,0 Maksimal 0,03 Maksimal 20 Maksimal 200 Maksimal 2,0 Maksimal 2,0 Maksimal 40,0 Maksimal 40,0 Maksimal 0,03 8 Cemaran Arsen Maksimal 0,1 Maksimal 0,1 Sumber : Badan Standardisasi Nasional (2000) 2.3. Potensi Pengembangan Gula Merah Tebu di Provinsi Sulawesi Selatan muda Pengembangan gula merah tebu harus didukung oleh ketersediaan lahan dan kesesuaian iklim untuk menjamin ketersediaan bahan baku tebu. Terdapat lahan dengan luas 252.790 hektar yang sangat baik untuk pengembangan tebu. Potensi produksi tebu pada lahan yang baik (tersedia air) sekitar 140 ton per hektar. Apabila produktivitas tebu adalah 90 ton/ha

9 pada lahan dengan luas cukup 10.000 ha dari potensi lahan sawah yang ada, maka produksi gula yang dapat dicapai sekitar 900 ribu ton per tahun jika petani mengolahnya menjadi gula merah. Hal ini akan berbeda jika diolah menjadi gula kristal karena hasilnya yang diperoleh hanya sekitar 750 ribu ton gula kristal. Produksi tersebut masih kategori rendah, mengingat rendemen yang digunakan hanya 7,5 persen. Rendemen tebu masih dapat lebih tinggi bila tebu diolah oleh petani menjadi gula merah kemudian diolah menjadi gula pasir (Darma,2011). 2.4. Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang menganalisis secara mendalam mengenai suatu usaha atau bisnis yang sedang dijalankan untuk menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Sedangkan menurut Umar (2009), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Studi kelayakan bisnis sangat diperlukan dalam proses pengambilan keputusan investasi karena dapat memberikan gambaran mengenai prospek tingkat manfaat diterima dari bisnis yang akan dijalankan. Menurut Umar (2009), dalam studi kelayakan bisnis terdapat beberapa pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis, yaitu: a. Pihak Investor Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk memberikan masukan bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Calon investor akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat karena calon investor memeliki kepentingan langsung terhadap keuntungan yang diperoleh dari modal yang telah ditanamkan. b. Pihak Kreditor Pihak kreditor memerlukan laporan studi kelayakan bisnis digunakan untuk melakukan penilaian sebelum memutuskan untuk memberikan kredit.

10 c. Pihak Manajemen Perusahaan Laporan studi kelayakan bisnis berguna bagi manajemen perushaan untuk merealisasikan ide proyek yang bermuara pada keuntungan perusahaan. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal pendanaan yaitu berapa alokasi dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investor dan kreditor. d. Pihak Pemerintah dan Masyarakat Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakankebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kebijakan perusahaan. e. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang didapatkan dan biaya yang ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional. 2.4.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis dilakukan agar proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia atau dengan kata lain tidak membuang waktu, tenaga, pikiran secara cuma-cuma serta tidak menimbulkan masalah yang tidak perlu di masa yang akan datang. Terdapat lima tujuan perlunya menyusun studi kelayakan bisnis suatu proyek sebelum dijalankan, yaitu: a. Menghindari risiko kerugian karena di masa yang akan datang semacam kondisi ketidakpastian. Studi kelayakan bisnis dapat meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan terjadi. b. Memudahkan perencanaan, baik itu meliputi jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi proyek akan dibangun, siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, dan berapa besar keuntungan yang akan diperoleh.

11 c. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan karena telah disusun berbagai rencana yang akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. d. Memudahkan pengawasan karena pelaksanaan proyek akan didasarkan pada perencanaan yang telah disusun. Pengawasan perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. e. Memudahkan pengendalian sehingga apabila terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke perencanaan sesungguhnya sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai. 2.4.2 Tahap-Tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), tahapan dalam melakukan studi kelayakan bisnis perlu dilakukan secara benar agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tahapan dalam studi kelayakan dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan studi kelayakan dan keakuratan penilaian. Tahapan dalam melakukan studi kelayakan yang umum dilakukan adalah: a. Pengumpulan data dan informasi Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber-sumber yang dapat dipercaya, misalnya Biro Pusat Statistika (BPS), Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bank Indonesia (BI) dan sebagianya. b. Melakukan pengolahan data Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan informasi tersebut. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan menggunakan metode-metode dan ukuran yang telah lazim digunakan dalam bisnis.

12 c. Analisis Data Analisis data dilakukan dalam rangka menentukan kriteria kelayakan dari suatu aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dengan kriteria-kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria yang layak digunakan. d. Mengambil keputusan Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil tersebut. e. Memberikan rekomendasi Tahap terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihakpihak tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam memberikan rekomendasi, diberikan juga saran-saran jika memang masih dibutuhkan. Pengumpulan data Pengolahan data Analisis data Dijalankan Direkomendasikan Mengambil keputusan Dibatalkan tidak layak Gambar 2. Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis 2.4.3 Aspek Aspek Penilaian Bisnis Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan studi kelayakan bisnis. Masing-masing aspek saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri (Kasmir dan Jakfar, 2009). Aspek yang perlu diperhatikan terbagi dalam dua kelompok, yaitu aspek finansial (keuangan) dan non finansial. Aspek non finansial terdiri

13 dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi, dan aspek lingkungan (Nurmalina dkk, 2010). 1. Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar bertujuan untuk menguji serta menilai sejauh mana pasar dari produk tersebut mampu mempengaruhi pengembangan usaha tersebut. Dalam pembahasannya, terdapat beberapa faktor yang perlu dinilai, yaitu kecenderungan permintaan produk tersebut dari tahun ke tahun, seberapa besar market share yang tersedia di masa yang akan datang dan seberapa besar market share yang ditargetkan untuk diraih serta faktor yang mempengaruhi permintaan (Ibrahim, 2003). Aspek pasar menempati prioritas pertama dalam studi kelayakan bisnis. Kegiatan bisnis diharapkan dapat berjalan dengan baik dan produk mendapat tempat di pasaran serta dapat menghasilkan penjualan yang memadai dan menguntungkan (Nurmalina dkk, 2010). Dalam aspek pasar juga dirumuskan strategi pemasaran yang akan dijalankan untuk menangkap peluang pasar yang ada. Dalam hal ini, strategi tersebut dirumuskan melalui proses riset pemasaran, baik terjun lansung ke lapangan maupun dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang dijalankan untuk menentukan besarnya pasar nyata dan potensi pasar yang ada (Kasmir dan Jakfar, 2009). 2. Aspek Finansial Penilaian dalam aspek finansial dilakukan melalui penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Terdapat tiga kegiatan utama dalam penilaian aspek finansial, yaitu: membuat rekap dari penerimaan, rekap biaya yang dikeluarkan, dan menguji apakah aliran kas masuk yang dihasilkan layak berdasarkan kriteria kelayakan yang ada (Sofyan, 2003). Metode penilaian yang akan digunakan adalah menghitung Net Present Value, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Internal Rate of Return, Profitability Ratio dan Payback Period.

14 3. Aspek Teknis Menurut Nurmalina dkk (2010), aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Dalam aspek ini akan diteliti mengenai lokasi usaha, gedung, mesin, peralatan serta layout pabrik (Kasmir dan Jakfar, 2009). 4. Aspek Manajemen dan Hukum Terdapat dua macam studi yang perlu dilakukan alam aspek manajemen, yaitu manajemen saat pembangunan proyek bisnis dan manajemen saat bisnis dioperasionalkan secara rutin. Di dalam pembangunan proyek bisnis, telaah manajemennya antara lain menyusun rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengordinasikannya, dan mengawasi pelaksanaan proyek dengan sebaik-baiknya (Umar, 2009). Menurut (Kasmir dan Jakfar, 2009), aspek hukum (operasional) meliputi masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. 5. Aspek Sosial dan Ekonomi Menurut Nurmalina dkk (2010), dalam aspek sosial dan ekonomi, yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial dan ekonomi terhadap masyarakat. Dalam aspek sosial, yang dipelajari adalah penambahan dan pemerataan kesempatan kerja. Dari aspek ekonomi yang dipelajari adalah apakah bisnis tersebut dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak dan menambah kegiatan ekonomi. 6. Aspek Lingkungan Kajian mengenai aspek lingkungan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak yang akan yang akan ditimbulkan dari pendirian usaha tesebut terhadap lingkungan sekitar. Kesalahan

15 penilaian dalam aspek lingkungan akan berdampak negatif di kemudian hari, baik bagi pelaku usaha maupun bagi lingkungan (Sofyan, 2003). Aspek ini sangat penting karena akan menentukan juga kelangsungan jalannya bisnis tersebut. Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Penilaian Aspek Manajemen dan Hukum Hasil Studi Aspek Sosial dan Ekonomi Aspek Lingkungan Aspek Finansial Gambar 3.Aspek-Aspek Penilaian dalam Studi Kelayakan 2.5. Analisis Sensitivitas Menurut Sinaga (2009), analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui alternatif kemungkinan hasil studi kelayakan yang diperoleh sehubungan dengan dilakukannya berbagai kemungkinan perubahan atas salah satu atau beberapa komponen yang menyangkut pelaksanaan bisnis. Perubahan atas komponen dapat disebabkan oleh cost overrun, perubahan harga, waktu pelaksanaan, dan perubahan internal rate of return (IRR) atau return on investment (ROI). Tujuan utama dilakukannya analisis sensitivitas tersebut adalah untuk memperbaiki desain dan atau pelaksanaan bisnis sehingga dapat meningkatkan IRR dan untuk mengurangi resiko kerugian, dengan cara melakukan tindakan-tindakan

16 pencegahan yang dianggap perlu pada saat pelaksanaan pembangunan proyek. 2.6. Penelitian Terdahulu Pada penelitian Rahmawati (2011) yang mengevaluasi kelayakan usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm di Kecamatan Ciampea Bogor, hasil penelitian yang diperoleh adalah usaha tersebut layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek pemasaran, usaha pembenihan ikan patin mempunyai permintaan yang tinggi baik dari pelanggan di daerah Bogor maupun di daerah sekitar Jawa Barat. Sedangkan dari aspek finansial, usaha pembenihan ikan patin ini layak secara finansial. Kriteria kelayakan investasi menghasilkan NPV usaha bernilai Rp.153.983.555,00, IRR 51 persen, BCR 2,95, PBP adalah 2,34 tahun dan BEP Rp.310.083.025,00 serta BEP Quantity sebesar 1.946.422. Dalam penelitian Utami (2008) tentang pengembangan usaha gula merah tebu di Kabupaten Rembang, menyatakan bahwa usaha gula merah tebu layak untuk dikembangkan dengan kedua kondisi, yaitu kondisi yang dilakukan saat ini (tanpa pengembangan) dan kondisi penerapan pengembangan. Nilai kriteria kelayakan untuk masing-masing industri sebagai berikut NPV sebesar Rp 257.968.831,00 dan Rp 854.471.865,00; IRR sebesar 40,60 %. dan 51,12 %; Net B/C sebesar 1,97 dan 3,34; BEP sebesar Rp. 195.968.791,00 atau 59.384 Kg/tahun dan Rp 158.721.400,00 atau 45.349 Kg/tahun; PBP sebesar 2,96 dan 1,89 tahun. Namun jika ditinjau dari indikator NPV, kondisi pengembangan usaha dengan menerapkan alternatif yang ada memiliki nilai NPV jauh lebih besar dibandingkan nilai NPV kondisi usaha tanpa pengembangan. Sehingga pilihan terbaik untuk mengembangkan usaha gula merah tebu adalah penerapan alternatif pengembangan yang ada, yang didukung pula oleh kriteria investasi lainnya.