ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU PADA UD JULU ATIA, KECAMATAN POLONGBANGKENG SELATAN, KABUPATEN TAKALAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU PADA UD JULU ATIA, KECAMATAN POLONGBANGKENG SELATAN, KABUPATEN TAKALAR"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU PADA UD JULU ATIA, KECAMATAN POLONGBANGKENG SELATAN, KABUPATEN TAKALAR Oleh RIDA AKZAR H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU PADA UD JULU ATIA, KECAMATAN POLONGBANGKENG SELATAN, KABUPATEN TAKALAR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh : RIDA AKZAR H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

3 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD Julu Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar : Rida Akzar : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc NIP Mengetahui : Ketua Departemen Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP Tanggal Lulus:

4 RINGKASAN RIDA AKZAR. H Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD Julu Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO. Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena tergolong dalam kelompok bahan pokok untuk konsumsi sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia mengalami kekurangan suplai gula nasional sehingga harus dilakukan impor gula untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Gula merah merupakan salah satu alterntif untuk memenuhi kebutuhan gula. Gula merah diproduksi dengan menggunakan bahan baku dari kelompok tanaman palem seperti pohon aren, lontar, nipah, dan kelapa. Namun gula merah juga dapat diproduksi dengan bahan baku tebu. Industri pengolahan gula merah dengan bahan baku tebu merupakan suatu aktivitas yang baru dikenal oleh segelintir petani di Kabupaten Takalar dengan potensi areal perkebunan tebu yang luas dan iklim yang sesuai. Industri ini merupakan salah satu industri yang berpotensi besar meraup keuntungan. Hal ini disebabkan karena proses pembuatannya yang relatif mudah, menggunakan teknologi sederhana, biaya investasinya relatif kecil dan peningkatan kebutuhan gula yang terus berkembang. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis kelayakan dari pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu pada UD Julu Atia bila dilihat dari aspek finansial dan non finansial serta (2) Menganalisis sensitivitas dari kelayakan pengembangan usaha tersebut. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder bersumber dari studi pustaka, seperti buku, literatur, jurnal, dan internet. Pengolahan data kualitatif dilakukan untuk menganalisis aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, lingkungan, serta ekonomi dan sosial. Sedangkan pengolahan data kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan menghitung, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Gross B/C, Profitability Ratio (PR), Payback Period (PBP), analisis trend, serta analisis sensitivitas dengan bantuan aplikasi komputer Microsoft Excel Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial, usaha pengolahan gula merah tebu layak untuk dijalankan dengan nilai kriteria kelayakan sebagai berikut: NPV Rp ; Gross B/C 1,063; Net B/C 3,44; IRR 42,37 persen, PR 3,32; dan PBP 3 tahun 1 bulan 14 hari. Hasil analisis sensitivitas adalah kenaikan harga BBM sebesar 33,33 persen tidak menyebabkan perubahan yang sangat signifikan pada nilai kelayakan. Usaha tetap layak dijalankan dengan penurunan produksi harian sebesar 13,33 dan 20 persen, penurunan rendemen tebu menjadi 7 persen dan penurunan harga jual sebesar 10 persen. Analisis switching value menghasilkan nilai penurunan produksi maksimal 21,26 persen (11,81 ton per hari), penggunaan rendemen tebu minimal 6,307 persen dan penurunan harga maksimal 19,67 persen agar NPV tetap positif.

5 Hasil analisis kelayakan non finansial, yaitu aspek pasar, usaha ini sudah mempunyai pasar yang jelas pada pasar lokal dan akan dikembangkan untuk pasar antar pulau dan ekspor. Dari aspek teknis, bahan baku tersedia di sekitar pabrik dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Dilihat dari aspek manajemen dan hukum, usaha dipimpin oleh seorang pemilik dan dibantu oleh tenaga kerja yang terdiri dari 18 orang. Usaha ini memiliki dampak positif terhadap aspek sosial dan ekonomi yaitu dapat mengurangi tingkat pengangguran di daerah sekitar pabrik dan meningkatkan kesejahteraan petani tebu. Dilihat dari aspek lingkungan, usaha ini tidak menghasilkan sisa atau limbah yang dapat merusak lingkungan atau bisa dikatakan ramah lingkungan.

6 RIWAYAT HIDUP Rida Akzar dilahirkan di Pare-Pare pada tanggal 15 Juni 1989 dari pasangan suami istri, ayahanda Dr. Ir. Rahim Darma, M.Sc dan ibunda Haeria Soekarno. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Dasar Islam Athirah Makassar pada tahun 1996 dan lulus pada tahun Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Islam Athirah Makassar dan lulus pada tahun 2005 kemudian menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Atas Negeri 17 Makassar pada tahun Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor). Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa dan kepanitiaan di kampus. Penulis diamanahkan sebagai Ketua Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM IPB) pada tahun Kemudian pada tahun 2010 dipercaya untuk menjadi Kepala Departemen Budaya dan Seni BEM FEM IPB Penulis juga tergabung sebagai staf di Direktorat Public Relation Himpunan Profesi Departemen Manajemen, Centre of Management pada tahun Penulis juga dipercaya memegang beberapa jabatan sebagai ketua pelaksana dan kepala divisi pada beberapa kepanitiaan di himpunan profesi dan BEM FEM IPB. Pada tahun 2011 penulis mengikuti kegiatan magang di Departemen Accounting PT Surya Artha Nusantara Finance. Penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan survey dengan bertindak sebagai surveyor di beberapa kota, yaitu Jakarta, Bogor dan Palu. Dalam mengaplikasikan ilmu manajemen, penulis bersama beberapa teman kuliah mendirikan sebuah usaha travel dengan nama NavigaTour yang sampai saat ini masih aktif dan bertindak sebagai Manajer Informasi dan Teknologi. iii

7 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-nya sehingga skripsi ini dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD. Julu Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, dan petunjuk yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan Anugerah dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Bogor, April 2012 Penulis iv

8 UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan baik itu berupa bimbingan, saran, motivasi dan semangat dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing penulis, memberikan saran, pengarahan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Farida Ratna Dewi, S.E, MM yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi dosen penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM yang juga telah bersedia menjadi dosen penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini. 4. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Kepala Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. 5. Seluruh staf Departemen Manajemen, FEM IPB atas bantuannya selama penulis menempuh perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Ayahanda Rahim Darma dan Ibunda Haeria Soekarno atas kasih sayang, motivasi, semangat serta doanya demi kelancaran dan kesuksesan penulis. 7. Saudara-saudara tercinta Riri Amandaria, Risca Alfina dan Riad Azkar. 8. Putri Utami yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. 9. Teman teman satu bimbingan skripsi Wirda, Amel, Sheila, Ratu, Mumun, Wita dan Nisaul atas segala bantuannya dan semangatnya. 10. Sahabat terbaik sejak TPB Frizky, Ardi, Ray dan Risya, terima kasih atas kekeluargaan, keceriaan dan kebersamaannya. 11. Teman seperjuangan dari Makassar Fadli dan Wina, terima kasih atas bantuannya selama di kota rantau Bogor. v

9 12. Rekan-rekan Orasi khususnya Departemen Budaya dan Seni BEM FEM IPB 2010 Ubur, Puspa, Regi, Ka Ika dan Anggi atas team worknya selama setahun. 13. Teman-teman khususnya Direktorat Public Relation Arni, Risya, Bery, Ica, Vidi, dan Meita terima kasih atas kerja samanya selama di Himpro Manajemen. 14. Sahabat sahabat NavigaTour Kak Suci, Kak Beph dan Kak Ario terima kasih atas kerja sama, pelajaran dan pengalaman di bisnis travel. Semoga bisnis travel kita terus berkembang. 15. Keluarga besar Manajemen 45, terima kasih atas kekeluargaannya selama tiga tahun di Departemen Manajemen. Semoga silaturahmi dapat tetap terjaga. 16. Dg.Ronrong dan istri sebagai pemilik usaha gula merah tebu di Kabupaten Takalar yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis dan penyusunan skripsi ini 17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. vi

10 DAFTAR ISI RINGKASAN RIWAYAT HIDUP... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu Gula Merah Tebu Potensi Pengembangan Gula Merah di Provinsi Sulawesi Selatan Studi Kelayakan Bisnis Tujuan Studi Kelayakan Bisnis Tahap-Tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis Aspek Aspek Penilaian Bisnis Analisis Sensitivitas Penelitian Terdahulu III. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Kriteria Investasi Analisis Sensitvitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Usaha Awal Pengembangan Usaha Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha Aspek Pasar vii Halaman

11 4.3.2 Aspek Teknis Aspek Finansial Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial Ekonomi Aspek Lingkungan Model Pemberdayaan Petani Pemberdayaan Kelembagaan Kelompok Tani Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

12 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Produksi, Impor, dan Konsumsi Gula Nasional (dalam juta ton) Perbandingan Gula Pasir dan Gula Merah Spesifikasi Syarat Mutu Gula Merah Tebu Biaya Operasional Pertahun UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton Pendapatan UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton Rencana Kebutuhan Modal Ringkasan Biaya Investasi Pada Tahun Pertama Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Ringkasan Modal Kerja Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu (per tahun) Nilai Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Hasil Kelayakan dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga BBM Nilai NPV, IRR dan Net B/C Terhadap Jumlah Produksi Harian Ringkasan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Ringkasan Biaya Operasional Pertahun Ringkasan Modal dan Penerimaan Ringkasan Sumber Modal Ringkasan Analisis Sensitivitas (Rendemen Tebu 7 %) Ringkasan Analisis Sensitivitas (Penurunan Harga Jual) Ringkasan Analisis Switching Value Jenis Pekerjaan dan Jumlah Karyawan Jenis Pekerjaan dan Upah Tenaga Kerja Perbandingan Pendapatan Pengolahan Gula Kristal dan Gula Merah Rekapitulasi Hasil Studi ix

13 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Diagram Alir Pembuatan Gula Merah Tebu (Utami, 2008) Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis Aspek-Aspek Penilaian dalam Studi Kelayakan Kerangka Pemikiran Penelitian Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian Layout Pabrik Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Struktur Organisasi Model Kelembagaan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu \ x

14 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Rencana Kebutuhan Fisik Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Index Harga Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Rancangan Anggaran Biaya Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Rekapitulasi Biaya Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Penyusutan Aset Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Tingkat Suku Bunga Pinjaman Bank Anuitas Pengembalian Pinjaman Modal Investasi Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Anuitas Pengembalian Pinjaman Modal Kerja Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pajak Bumi dan Bangunan UU. NO 28 Tahun Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Gross B/C, Net B/C, IRR Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Profitability Ratio Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Payback Period Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Perhitungan Kelayakan Finansial Secara Manual Dokumentasi xi

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena tergolong dalam kelompok bahan pokok untuk konsumsi seharihari. Pada tahun 2010, total konsumsi gula nasional baik konsumsi industri maupun rumah tangga sebesar 4,55 juta ton sedangkan produksi gula hanya 2,44 juta ton sehingga terjadi kekurangan suplai gula (Simposium Gula Nasional, 2012). Kekurangan suplai gula tersebut dipenuhi dengan melakukan impor gula. Pada Tabel 1, terlihat bahwa produksi nasional tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi secara keseluruhan sehingga pemerintah harus melakukan impor gula. Produksi yang tidak mampu mengimbangi konsumsi gula disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu penurunan areal perkebunan tebu karena lahan dikonversi untuk daerah perumahan dan industri, penurunan rendemen, harga gula yang terus menurun, dan penurunan efisiensi pabrik (Susila, 2006). Tabel 1. Produksi, Impor, dan Konsumsi Gula Nasional (dalam juta ton) Total Konsumsi Konsumsi Total Tahun Produksi Impor Suplai Langsung Industri Permintaan ,24 2,37 4,61 2,78 1,21 3, ,31 1,71 4,02 3,08 1,22 4, ,95 2,84 5,79 3,39 1,31 4, ,57 2,04 4,61 3,83 1,51 5, ,3 2,75 5,05 2,97 1,57 4, ,24 2,91 5,15 2,86 1,69 4,55 Sumber: Simposium Gula Nasional (2012) Gula merah merupakan salah satu alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan gula di Indonesia (Priyono, 2006). Gula merah diproduksi dengan menggunakan bahan baku dari kelompok tanaman palem seperti pohon aren, lontar, nipah, dan kelapa. Namun gula merah juga dapat diproduksi dengan bahan baku tebu menggunakan teknik pengolahan yang sangat sederhana dan dapat diusahakan pada skala industri rumah

16 2 tangga. Gula merah tebu dihasilkan dari pengolahan nira tebu yang berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua (Lhestari, 2006). Gula merah banyak digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebagai pemanis, penambah aroma dan warna. Salah satu sifat yang membedakan gula merah dan gula pasir adalah gula merah dapat menimbulkan tekstur makanan yang lebih empuk. Gula merah juga digunakan sebagai bahan baku pada industri kecil baik makanan maupun minuman seperti industri kecap dan tauco yang menggunakan gula merah sebagai pemanis (Soekarto dkk, 2010). Pola hidup masyarakat yang semakin memperhatikan nutrisi makanan yang dikonsumsi, gula merah akan semakin diminati sebagai pengganti konsumsi gula putih. Gula merah memiliki manfaat nutrisi yang lebih baik jika ditinjau dari segi kesehatan. Perbandingan kandungan dan manfaat antara gula putih dan gula merah ditunjukkan pada Tabel 2. Keunggulan tersebut mampu menjadi pendukung dikembangkannya usaha gula merah tebu (Narulita, 2008) Tabel 2. Perbandingan gula pasir dan gula merah Variabel Gula Pasir Gula Merah Rasa Manis Ya Ya Glukosa Ada Ada Galaktomanan (berfungsi Tidak ada Ada untuk kesehatan) Energi spontan (energi bisa Tidak Ya langsung digunakan oleh tubuh) Antioksidan Tidak Ya Lebih bermanfaat untuk Tidak Ya diabetes Mengandung senyawa nongizi Tidak Ya yg bermanfaat untuk diabetes (penelitian terbaru yang belum dipublikasikan) Aroma khas nira Tidak Ya Mengandung senyawa yg Tidak Ya bermanfaat untuk kesehatan seperti yg ada dalam kelapa muda (peneliti Depkes RI, non publikasi) Sumber: (2007)

17 3 Industri gula merah tebu merupakan salah satu industri berpotensi meraup keuntungan besar. Hal ini disebabkan karena proses pembuatannya relatif mudah, alat-alat yang dibutuhkan sederhana, dan dapat menjadi alternatif pengolahan tebu selain diolah menjadi gula kristal di pabrik gula. Industri ini juga dapat dijalankan dengan mudah karena biaya investasi yang dibutuhkan relatif kecil sehingga dapat diusahakan pada skala industri kecil maupun rumah tangga. Potensi tersebut juga didukung oleh permintaan gula merah tebu oleh pihak industri sangat tinggi, misalnya di Jawa Timur dari kebutuhan sebesar ribu ton per tahun, petani hanya bisa memenuhi kebutuhan produksi sekitar 5 ribu ton (Rosdiansyah, 2012). Gula merah tebu juga memiliki potensi ekspor sehingga semakin menguntungkan industri gula merah tebu. Permintaan ekspor gula merah terbesar berasal dari Kanada, Amerika, Belgia, Australia, dan Eropa. Permintaan mencapai 500 ton per bulan sedangkan pasokan gula merah saat ini hanya sebesar 30 hingga 50 ton per bulan ( 2011). Di Jawa Timur telah ada industri gula merah tebu, milik Ahmad Rubai, yang menjadi produsen sekaligus eksportir tunggal untuk gula merah tebu ke Jepang sejak tahun Ahmad Rubai mengekspor gula merah tebu sebanyak 300 ton per tahun dengan omset mencapai Rp. 15 M pertahun. Jepang menggunakan gula merah tebu sebagai bahan baku untuk industri sirup, kecap dan kue basah (Astuti, 2009). Produksi gula merah tebu merupakan aktivitas baru yang dikenal oleh petani tebu di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Gula merah tebu di Kabupaten Takalar juga berpotensi untuk dikembangkan dengan melihat ketersediaan lahan, iklim yang sesuai dan juga teknik budidaya tebu yang telah dikenal dengan baik oleh masyarakat. Pada tahun 2010, di Sulawesi Selatan terdapat areal pertanaman tebu seluas hektar, jumlah petani orang dengan produksi ,16 ton tebu sedangkan di Kabupaten Takalar sendiri terdapat perkebunan tebu seluas 918,71 ha, jumlah petani 500 orang dengan produksi 918,71 ton (BPS

18 4 Sulsel, 2011). Menurut Darma (2011), masih terdapat lahan dengan luas hektar sawah dan juga lahan tegalan/lahan kering yang berpotensi untuk pengembangan tebu sebagai bahan baku gula merah di Sulawesi Selatan. UD Julu Atia yang dimiliki Pak Syamsuddin Dg.Ronrong adalah usaha pengolahan gula merah tebu dengan lokasi pabrik di Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Usaha ini dirintis pendiriannya pada tahun 2010 dan mulai beroperasi pada tahun Pada awal pendiriannya, kapasitas produksi hariannya adalah 2 ton tebu per hari. Gula merah yang dihasilkan dipasarkan ke pasar lokal dengan permintaan tiga kali lipat dibandingkan kapasitas produksi harian. Berdasarkan pengalaman tersebut, pemilik berkehendak untuk membangun pabrik baru dengan kapasitas 15 ton tebu per hari untuk memenuhi permintaan lokal. Produk juga akan dipasarkan ke pasar nasional (antar pulau) dan akan dikembangkan ke pasar ekspor. Untuk melakukan pengembangan usaha, perlu dikaji kelayakan pengembangan usaha tersebut berdasarkan aspek finansial dan nonfinansialnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD Julu Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan dari usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia bila dilihat dari aspek finansial dan non finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis, dan aspek lingkungan? 2. Bagaimana sensitivitas dari kelayakan usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia terhadap perubahan yang terjadi berkaitan pelaksanaan bisnis?

19 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kelayakan dari usaha pengolahan gula merah UD Julu Atia bila dilihat dari aspek finansial dan non finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis, dan aspek lingkungan. 2. Menganalisis sensitivitas dari kelayakan usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia terhadap perubahan yang terjadi menyangkut pelaksanaan bisnis Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang studi kelayakan bisnis terhadap komoditas pertanian di Indonesia. 2. Bagi pengusaha gula merah dapat memberikan informasi mengenai kelayakan dari aspek kelayakan finansial dan non finansial dalam pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu. 3. Bagi investor dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada usaha pengembangan gula merah tebu Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus menganalisis kelayakan usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia di Kabupaten Takalar dengan melihat aspek finansial dan non finansial yaitu aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis, dan aspek lingkungan. Penelitian ini juga akan menganalisis sensitivitas usaha pengolahan gula merah tebu terhadap perubahan yang berkaitan dengan pelaksanaan bisnis.

20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun ( 2011). Pada saat ini tanaman tebu telah dimanfaatkan secara optimal menjadi produk-produk yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Di Indonesia, pemanfaatan tertinggi bagian tanaman tebu adalah pada bagian batangnya, karena batang tebu mengandung nira yang memiliki kadar gula yang tinggi untuk selanjuntnya diproses menjadi beberapa jenis gula diantaranya gula kristal, gula merah dan gula semut (Lhestari, 2006) Gula Merah Tebu Menurut Dachlan (1984), gula merah tebu merupakan hasil olahan dari nira dengan cara menguapkan airnya kemudian dicetak. Gula merah berbentuk padat dan berwarna cokelat kemerahan sampai dengan coklat tua. Sedangkan gula merah tebu menurut SNI adalah gula yang dihasilkan dari pengolahan sari tebu (Saccharum officinarum) melalui pemasakan dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diperbolehkan dan berwarna kecokelatan (Lhestari, 2006). Gula merah tebu diproduksi secara tradisional di beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. Pembuatan gula merah dilakukan secara sederhana di daerah pedesaan dengan teknologi sederhana. Tahap awal dari proses pembuatan gula merah adalah persiapan nira. Nira dihasilkan dari pemerasan tebu dengan menggunakan mesin peras. Nira kemudian disaring dengan menggunakan kain penyaring untuk menyaring kotoran seperti potongan ranting, daun kering dan serangga. Nira yang telah disaring dimasukkan ke dalam wajan pemasakan untuk dipanaskan pada suhu sekitar C sambil dilakukan

21 7 pengadukan. Nira yang sudah mengental kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah untuk didinginkan sebelum dicetak menjadi gula merah (Santoso, 1993). Batang Tebu Bagase Penggilingan Nira Penjernihan dengan pemanasan awal 70 0 C Larutan Kapur Nira Jernih Pemanasan C Penggumpalan Pencetakan Gula Merah Tebu Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Gula Merah Tebu (Utami, 2008) Mutu gula merah tebu terutama berasal dari rasa dan juga penampilannya yang meliputi bentuk, warna, kekerasan dan kekeringannya. Gula merah yang berwarna lebih cerah dan agak keras lebih disukai serta memiliki harga jual yang lebih tinggi (Narulita, 2008).

22 8 Berdasarkan spesifikasi yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia dalam SNI , syarat mutu gula merah tebu dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini : Tabel 3. Spesikasi Syarat Mutu Gula Merah Tebu No Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu I Mutu II 1 Keadaan Bau Rasa Warna Khas Khas Coklat muda Khas Khas Coklat sampai tua sampai tua Penampakan - Tidak berjamur Tidak berjamur 2 Bagian yang tidak % Maksimal 1,0 Maksimal 5,0 larut dalam air, b/b 3 Air, b/b % Maksimal 8,0 Maksimal 10,0 % Minimal 65 Minimal 60 4 Gula (dihitung sebagai sukrosa), b/b 5 Gula pereduksi (dihitung sebagai glukosa), b/b 6 Bahan tambahan makanan pengawet Residu Benzoat 7 Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Hg) % Maksimal 11 Maksimal 14 mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg Maksimal 20 Maksimal 200 Maksimal 2,0 Maksimal 2,0 Maksimal 40,0 Maksimal 40,0 Maksimal 0,03 Maksimal 20 Maksimal 200 Maksimal 2,0 Maksimal 2,0 Maksimal 40,0 Maksimal 40,0 Maksimal 0,03 8 Cemaran Arsen mg/kg Maksimal 0,1 Maksimal 0,1 Sumber : Badan Standardisasi Nasional (2000) 2.3. Potensi Pengembangan Gula Merah Tebu di Provinsi Sulawesi Selatan muda Pengembangan gula merah tebu harus didukung oleh ketersediaan lahan dan kesesuaian iklim untuk menjamin ketersediaan bahan baku tebu. Terdapat lahan dengan luas hektar yang sangat baik untuk pengembangan tebu. Potensi produksi tebu pada lahan yang baik (tersedia air) sekitar 140 ton per hektar. Apabila produktivitas tebu adalah 90 ton/ha

23 9 pada lahan dengan luas cukup ha dari potensi lahan sawah yang ada, maka produksi gula yang dapat dicapai sekitar 900 ribu ton per tahun jika petani mengolahnya menjadi gula merah. Hal ini akan berbeda jika diolah menjadi gula kristal karena hasilnya yang diperoleh hanya sekitar 750 ribu ton gula kristal. Produksi tersebut masih kategori rendah, mengingat rendemen yang digunakan hanya 7,5 persen. Rendemen tebu masih dapat lebih tinggi bila tebu diolah oleh petani menjadi gula merah kemudian diolah menjadi gula pasir (Darma,2011) Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang menganalisis secara mendalam mengenai suatu usaha atau bisnis yang sedang dijalankan untuk menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Sedangkan menurut Umar (2009), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Studi kelayakan bisnis sangat diperlukan dalam proses pengambilan keputusan investasi karena dapat memberikan gambaran mengenai prospek tingkat manfaat diterima dari bisnis yang akan dijalankan. Menurut Umar (2009), dalam studi kelayakan bisnis terdapat beberapa pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis, yaitu: a. Pihak Investor Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk memberikan masukan bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Calon investor akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat karena calon investor memeliki kepentingan langsung terhadap keuntungan yang diperoleh dari modal yang telah ditanamkan. b. Pihak Kreditor Pihak kreditor memerlukan laporan studi kelayakan bisnis digunakan untuk melakukan penilaian sebelum memutuskan untuk memberikan kredit.

24 10 c. Pihak Manajemen Perusahaan Laporan studi kelayakan bisnis berguna bagi manajemen perushaan untuk merealisasikan ide proyek yang bermuara pada keuntungan perusahaan. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal pendanaan yaitu berapa alokasi dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investor dan kreditor. d. Pihak Pemerintah dan Masyarakat Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakankebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kebijakan perusahaan. e. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang didapatkan dan biaya yang ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional Tujuan Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis dilakukan agar proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia atau dengan kata lain tidak membuang waktu, tenaga, pikiran secara cuma-cuma serta tidak menimbulkan masalah yang tidak perlu di masa yang akan datang. Terdapat lima tujuan perlunya menyusun studi kelayakan bisnis suatu proyek sebelum dijalankan, yaitu: a. Menghindari risiko kerugian karena di masa yang akan datang semacam kondisi ketidakpastian. Studi kelayakan bisnis dapat meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan terjadi. b. Memudahkan perencanaan, baik itu meliputi jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi proyek akan dibangun, siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, dan berapa besar keuntungan yang akan diperoleh.

25 11 c. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan karena telah disusun berbagai rencana yang akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. d. Memudahkan pengawasan karena pelaksanaan proyek akan didasarkan pada perencanaan yang telah disusun. Pengawasan perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. e. Memudahkan pengendalian sehingga apabila terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke perencanaan sesungguhnya sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai Tahap-Tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), tahapan dalam melakukan studi kelayakan bisnis perlu dilakukan secara benar agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tahapan dalam studi kelayakan dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan studi kelayakan dan keakuratan penilaian. Tahapan dalam melakukan studi kelayakan yang umum dilakukan adalah: a. Pengumpulan data dan informasi Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber-sumber yang dapat dipercaya, misalnya Biro Pusat Statistika (BPS), Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bank Indonesia (BI) dan sebagianya. b. Melakukan pengolahan data Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan informasi tersebut. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan menggunakan metode-metode dan ukuran yang telah lazim digunakan dalam bisnis.

26 12 c. Analisis Data Analisis data dilakukan dalam rangka menentukan kriteria kelayakan dari suatu aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dengan kriteria-kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria yang layak digunakan. d. Mengambil keputusan Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil tersebut. e. Memberikan rekomendasi Tahap terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihakpihak tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam memberikan rekomendasi, diberikan juga saran-saran jika memang masih dibutuhkan. Pengumpulan data Pengolahan data Analisis data Dijalankan Direkomendasikan Mengambil keputusan Dibatalkan tidak layak Gambar 2. Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis Aspek Aspek Penilaian Bisnis Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan studi kelayakan bisnis. Masing-masing aspek saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri (Kasmir dan Jakfar, 2009). Aspek yang perlu diperhatikan terbagi dalam dua kelompok, yaitu aspek finansial (keuangan) dan non finansial. Aspek non finansial terdiri

27 13 dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi, dan aspek lingkungan (Nurmalina dkk, 2010). 1. Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar bertujuan untuk menguji serta menilai sejauh mana pasar dari produk tersebut mampu mempengaruhi pengembangan usaha tersebut. Dalam pembahasannya, terdapat beberapa faktor yang perlu dinilai, yaitu kecenderungan permintaan produk tersebut dari tahun ke tahun, seberapa besar market share yang tersedia di masa yang akan datang dan seberapa besar market share yang ditargetkan untuk diraih serta faktor yang mempengaruhi permintaan (Ibrahim, 2003). Aspek pasar menempati prioritas pertama dalam studi kelayakan bisnis. Kegiatan bisnis diharapkan dapat berjalan dengan baik dan produk mendapat tempat di pasaran serta dapat menghasilkan penjualan yang memadai dan menguntungkan (Nurmalina dkk, 2010). Dalam aspek pasar juga dirumuskan strategi pemasaran yang akan dijalankan untuk menangkap peluang pasar yang ada. Dalam hal ini, strategi tersebut dirumuskan melalui proses riset pemasaran, baik terjun lansung ke lapangan maupun dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang dijalankan untuk menentukan besarnya pasar nyata dan potensi pasar yang ada (Kasmir dan Jakfar, 2009). 2. Aspek Finansial Penilaian dalam aspek finansial dilakukan melalui penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Terdapat tiga kegiatan utama dalam penilaian aspek finansial, yaitu: membuat rekap dari penerimaan, rekap biaya yang dikeluarkan, dan menguji apakah aliran kas masuk yang dihasilkan layak berdasarkan kriteria kelayakan yang ada (Sofyan, 2003). Metode penilaian yang akan digunakan adalah menghitung Net Present Value, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Internal Rate of Return, Profitability Ratio dan Payback Period.

28 14 3. Aspek Teknis Menurut Nurmalina dkk (2010), aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Dalam aspek ini akan diteliti mengenai lokasi usaha, gedung, mesin, peralatan serta layout pabrik (Kasmir dan Jakfar, 2009). 4. Aspek Manajemen dan Hukum Terdapat dua macam studi yang perlu dilakukan alam aspek manajemen, yaitu manajemen saat pembangunan proyek bisnis dan manajemen saat bisnis dioperasionalkan secara rutin. Di dalam pembangunan proyek bisnis, telaah manajemennya antara lain menyusun rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengordinasikannya, dan mengawasi pelaksanaan proyek dengan sebaik-baiknya (Umar, 2009). Menurut (Kasmir dan Jakfar, 2009), aspek hukum (operasional) meliputi masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. 5. Aspek Sosial dan Ekonomi Menurut Nurmalina dkk (2010), dalam aspek sosial dan ekonomi, yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial dan ekonomi terhadap masyarakat. Dalam aspek sosial, yang dipelajari adalah penambahan dan pemerataan kesempatan kerja. Dari aspek ekonomi yang dipelajari adalah apakah bisnis tersebut dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak dan menambah kegiatan ekonomi. 6. Aspek Lingkungan Kajian mengenai aspek lingkungan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak yang akan yang akan ditimbulkan dari pendirian usaha tesebut terhadap lingkungan sekitar. Kesalahan

29 15 penilaian dalam aspek lingkungan akan berdampak negatif di kemudian hari, baik bagi pelaku usaha maupun bagi lingkungan (Sofyan, 2003). Aspek ini sangat penting karena akan menentukan juga kelangsungan jalannya bisnis tersebut. Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Penilaian Aspek Manajemen dan Hukum Hasil Studi Aspek Sosial dan Ekonomi Aspek Lingkungan Aspek Finansial Gambar 3.Aspek-Aspek Penilaian dalam Studi Kelayakan 2.5. Analisis Sensitivitas Menurut Sinaga (2009), analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui alternatif kemungkinan hasil studi kelayakan yang diperoleh sehubungan dengan dilakukannya berbagai kemungkinan perubahan atas salah satu atau beberapa komponen yang menyangkut pelaksanaan bisnis. Perubahan atas komponen dapat disebabkan oleh cost overrun, perubahan harga, waktu pelaksanaan, dan perubahan internal rate of return (IRR) atau return on investment (ROI). Tujuan utama dilakukannya analisis sensitivitas tersebut adalah untuk memperbaiki desain dan atau pelaksanaan bisnis sehingga dapat meningkatkan IRR dan untuk mengurangi resiko kerugian, dengan cara melakukan tindakan-tindakan

30 16 pencegahan yang dianggap perlu pada saat pelaksanaan pembangunan proyek Penelitian Terdahulu Pada penelitian Rahmawati (2011) yang mengevaluasi kelayakan usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm di Kecamatan Ciampea Bogor, hasil penelitian yang diperoleh adalah usaha tersebut layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek pemasaran, usaha pembenihan ikan patin mempunyai permintaan yang tinggi baik dari pelanggan di daerah Bogor maupun di daerah sekitar Jawa Barat. Sedangkan dari aspek finansial, usaha pembenihan ikan patin ini layak secara finansial. Kriteria kelayakan investasi menghasilkan NPV usaha bernilai Rp ,00, IRR 51 persen, BCR 2,95, PBP adalah 2,34 tahun dan BEP Rp ,00 serta BEP Quantity sebesar Dalam penelitian Utami (2008) tentang pengembangan usaha gula merah tebu di Kabupaten Rembang, menyatakan bahwa usaha gula merah tebu layak untuk dikembangkan dengan kedua kondisi, yaitu kondisi yang dilakukan saat ini (tanpa pengembangan) dan kondisi penerapan pengembangan. Nilai kriteria kelayakan untuk masing-masing industri sebagai berikut NPV sebesar Rp ,00 dan Rp ,00; IRR sebesar 40,60 %. dan 51,12 %; Net B/C sebesar 1,97 dan 3,34; BEP sebesar Rp ,00 atau Kg/tahun dan Rp ,00 atau Kg/tahun; PBP sebesar 2,96 dan 1,89 tahun. Namun jika ditinjau dari indikator NPV, kondisi pengembangan usaha dengan menerapkan alternatif yang ada memiliki nilai NPV jauh lebih besar dibandingkan nilai NPV kondisi usaha tanpa pengembangan. Sehingga pilihan terbaik untuk mengembangkan usaha gula merah tebu adalah penerapan alternatif pengembangan yang ada, yang didukung pula oleh kriteria investasi lainnya.

31 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri untuk memenuhi kebutuhannya. Pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu di Kabupaten Takalar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan permintaan gula di Indonesia yang saat ini terus mengalami peningkatan. Kondisi saat ini menggambarkan bahwa kapasitas produksi yang tidak dapat mencukupi kebutuhan gula sehingga dilakukan impor gula. Pengembangan komoditas tebu memberikan pilihan bagi petani untuk menjual hasil panennya ke pabrik gula atau mengolahnya sendiri menjadi gula merah. Dengan teknologi pemerasan dan pemasakan dengan tungku hemat energi, petani dapat mengolah sendiri tebu menjadi gula merah. Pengembangan usaha ini dihadapkan pada pilihan petani, namun yang menentukan adalah pendapatan bersih yang akan diperoleh petani. Kondisi usaha gula merah tebu di Kabupaten Takalar saat ini merupakan suatu usaha baru dengan permintaan produk yang tinggi, terdapat kebun tebu yang hanya diperuntukkan sebagai bahan baku pabrik gula dan terdapat lahan luas yang potensial untuk ditanami tebu sebagai bahan baku pembuatan gula merah serta terdapat teknologi yang sederhana. UD Julu Atia yang dimiliki Pak Syamsuddin Dg.Ronrong adalah usaha pengolahan gula merah tebu dengan pabrik yang berlokasi di Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Pada awal pendiriannya, kapasitas produksi hariannya adalah 2 ton tebu per hari. Gula merah yang dihasilkan dipasarkan ke pasar lokal dengan permintaan tiga kali lipat dibandingkan kapasitas produksi harian. Berdasarkan pengalaman tersebut, pemilik berkehendak untuk membangun pabrik baru dengan kapasitas 15 ton tebu perhari untuk memenuhi permintaan lokal dan akan dikembangkan ke pasar antarpulau dan ekspor.

32 18 Untuk mengembangkan suatu bisnis perlu dilakukan berbagai perencanaan yang matang terlebih dahulu. Agar rencana pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia, perlu dilakukan analisis studi kelayakan pengembangan usaha. Studi kelayakan pengembangan usaha akan menganalisis kelayakan pengembangan usahanya yang ditinjau dari aspek finansial maupun non finansial. Dari hasil analisis ini akan diberikan rekomendasi apakah rencana pengembangan usaha tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Jika layak maka rencana pengembangan akan diimplementasikan, tetapi jika tidak layak rencana pengembangan akan dievaluasi baik itu dari aspek finansial maupun non finansialnya.

33 19 UD Julu Atia Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Kondisi Existing: Pabrik Kapasitas Kecil (2 ton tebu per hari) Identifikasi kondisi yang ada: - Kekurangan suplai gula - Gula merah sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan konsumsi gula - Terdapat potensi lahan - Permintaan pasar lokal dan antar pulau belum dapat dipenuhi - Potensi ekspor Pengembangan Usaha dengan Pembangunan Pabrik Kapasitas Besar (15 ton tebu per hari) Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Aspek non finansial: - Aspek pasar - Aspek teknis - Aspek manajemen hukum - Aspek ekonomi dan sosial - Aspek lingkungan Aspek finansial: - Kriteria investasi (NPV, IRR, Gross B/C. Net B/C, PBP, PR) - Analisis sensitivitas Layak Tidak Layak Implementasi Evaluasi Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian

34 19 Faktor-faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan: Harga Produk Manajemen Teknik Produksi Lingkungan: Kebijakan Pemerintah Iklim Kondisi Saat Ini: Permintaan gula meningkat Terdapat lahan potensial Harga gula cenderung meningkat Terdapat teknologi pengolahan Gula merah sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan gula Faktor-faktor berpengaruh yang tidak dapat dikendalikan: Kondisi Ekonomi Kebijakan Pemerintah Iklim Permintaan Wawancara Observasi Studi Literatur Data/informasi aktual: Biaya produksi Biaya investasi Harga jual Modal Usaha Biaya lainlain Profil usaha Proses: Identifikasi Aspek Non finansial Analsis Kelayakan Aspek Finansial Analisis Sensitivitas Parameter Kontrol: NPV > 0 Gross B/C > 1 Net B/C > 1 IRR discount rate PR >1 PBP < periode maksimum Feedback Hasil yang diharapkan: Kelayakan aspek non finansial Kelayakan aspek finansial Tingkat sensitivitas bisnis Outcome Rekomendasi langkah-langkah strategik bagi pengusaha tebu untuk rencana pengembangan usaha yang layak untuk di dijalankan Impact Peningkatan produksi gula merah tebu berbasis petani Peningkatan investasi pada industri gula merah tebu Mengurangi impor gula Mencukupi permintaan gula masyarakat Gambar 5. Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian 20

35 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada UD Julu Atia yang terletak di Desa Patene, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari- Maret Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa UD Julu Atia adalah perusahaan yang pertama mengusahakan pengolahan gula merah dari tebu di Sulawesi Selatan dengan didukung ketersediaan bahan baku, skala produksi, teknologi produksi yang sudah dikuasai oleh pemilik dan pemasaran yang cukup besar Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumbernya. Data primer yang dibutuhkan diperoleh secara langsung dari pengusaha gula merah tebu melalui kegiatan wawancara dan observasi secara langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder bersumber dari studi pustaka, seperti buku, literatur, jurnal dan, internet Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis, dan aspek lingkungan. Sedangkan pengolahan data kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan menghitung, Net Present Value (NPV), Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR), Profitability Ratio (PR), dan Payback Period (PBP), dan analisis sensitivitas dengan bantuan aplikasi komputer Microsoft Excel Hasil dari pengolahan data ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk menggambarkan kelayakan usaha dari bisnis tersebut.

36 Analisis Kriteria Investasi 1. Net Present Value (NPV) Menurut Nurmalina dkk (2010), kelayakan suatu bisnis dinilai dari total manfaat yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan. Bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari nol ( NPV > 0) yang berarti bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. NPV atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Rumus NPV dapat dinyatakan sebagai berikut: NPV =... (1) Keterangan : B t C t = manfaat pada tahun t = biaya pada tahun t t = tahun kegiatan bisnis (t= 0,1,2,3,, n) i = diskon rate (%) 2. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Menurut Nurmalina dkk (2010), Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasanya digunakan dalam analisis bisnis. Perhitungan Gross B/C menggunakan nilai kotor baik dari manfaat maupun biaya. Kriteria ini akan menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai Gross B/C lebih dari 1 (Gross B/C > 1). Secara matematis rumus dari Gross B/C adalah sebagai berikut: Gross B/C = Keterangan: B t C t n = manfaat pada tahun t = biaya pada tahun t = umur bisnis i = diskon rate (%)... (2)

37 23 3. Net Benefit Cost ratio (Net B/C) Menurut Ibrahim (2003), Net B/C adalah rasio antara nilai net benefit yang diskontokan positif dan dengan nilai net benefit yang didiskontokan negatif. Suatu bisnis dikatakan layak jika Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C>1). Rumus dari Net B/C adalah sebagai berikut: Net B/C = Keterangan: B t C t = manfaat pada tahun t = biaya pada tahun t t = tahun i = diskon rate (%) 4. Internal Rate of Return (IRR)... (3) Menurut Nurmalina dkk (2010) IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NVP=0). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari opportunity cost of capital. Berikut rumusan untuk IRR : IRR = + (... (4) Keterangan: i 1 = Diskon rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = Diskon rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif NPV 2 = NPV negatif. 5. Profitability Ratio (PR) Menurut Ibrahim (2003), profitability ratio adalah perbandingan antara manfaat dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah investasi dimana nilainya sudah didiskontokan Rumus: (5)

38 24 Keterangan: Bi = Total benefit Omi = Total Biaya Operasi dan Pemeliharaan Ii = Total Investasi 6. Payback Periode Menurut Nurmalina dkk (2010), metode ini mengukur kecepatan pengembalian investasi. Semakin cepat Payback Period yang dimiliki oleh suatu bisnis maka semakin baik bisnis tersebut untuk dijalankan. Berikut adalah rumusan dari Payback Periode: PBP = N I K M B x 1 tahun... (6) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kepekaan suatu bisnis terhadap perubahan beberapa variabel komponen. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase yang diprediksi. Dengan demikian analisis sensitivitas dapat membantu manajemen sehubungan dengan keputusan yang akan diambil berdasarkan evaluasi akhir hasil perhitungan studi kelayakan pengembangan yang dilakukan, yaitu untuk menentukan apakah rencana pengembangan disetujui atau ditolak (Nurmalina dkk, 2010). Variabel yang menjadi komponen sensitivitas dalam penelitian ini adalah harga bahan bakar minyak, jumlah produksi, rendemen tebu yang digunakan sebagai bahan baku dan penurunan harga jual gula merah tebu.

39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha UD Julu Atia adalah usaha pengolahan gula merah tebu yang terletak di Desa Patene, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Takalar merupakan salah satu lokasi Pabrik Gula PTPN XIV dengan areal perkebunan tebu dan tebu rakyat berada di Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Jeneponto. Dua pabrik gula (PG) lainnya milik PTPN XIV yaitu PG Arasoe dan PG Camming berada di Kabupaten Bone. Luas areal tanaman tebu yang diusahakan oleh PTPN XIV adalah hektar dan diusahakan oleh rakyat hektar. Kabupaten Takalar sebagai lokasi Pabrik Gula Takalar berada di antara Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto pada poros jalan Kota Makassar ( ibu kota provinsi Sulawesi Selatan) dengan Kabupaten Jeneponto. UD Julu Atia yang dimiliki oleh Pak Syam ini dirintis pendiriannya di Kabupaten Takalar pada tahun 2010 dan mulai beroperasi pada tahun Usaha ini diawali dari ajakan Ibu Dr. Ir. A. Majda A. Zain, MS, Rektor Universitas Islam Makassar (UIM) dan sekaligus sebagai istri Wakil Gubernur Sulawesi Selatan (Ir. Agus Arifin Nu mang, MS.) dengan membawa pengusaha gula merah tebu ke Puncak Lawang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, untuk melihat pengolahan gula merah tebu secara tradisional yang sudah dikembangkan sebelum kemerdekaan. Setelah dari Sumatera Barat, kunjungan dilanjutkan lagi ke Kecamatan Slumbung, Kabupaten Kediri sebagai salah satu sentra produksi gula merah tebu di Provinsi Jawa Timur. Pada kesempatan tersebut Pak Syam bertemu dengan salah satu eksportir gula merah tebu, H. Rubai, yang sudah mengekspor gula merah ke Jepang sejak tahun 1995 tetapi sudah mengusahakan gula merah tebu sejak tahun Melihat keberhasilan dari H. Rubai, Pak Syam kemudian bertekad untuk mengolah gula merah tebu di Takalar. Obsesi ini beralasan mengingat bahwa Pak

40 26 Syam sudah mengusahakan budi daya tebu sejak 2000, dan memahami betul prospek budi daya tebu dan pengolahan gula merah tebu. Visi yang diusung oleh Pak Syam untuk mendirikan UD Julu Atia ini adalah Sebagai pemasok dan eksportir gula merah tebu terbesar di Sulawesi Selatan. Visi tersebut ditetapkan bukan tanpa dasar, Pak Syam termasuk kelompok tani dan petani maju. Beliau pernah mendatangkan bibit jenis varietas baru senilai Rp 93 juta yang didatangkan dari Pasuruan, Jawa Timur, dan saat ini banyak digunakan oleh petani tebu di Sulawesi Selatan. Dari bibit tersebut Pak Syam pernah mencapai panen sebanyak 500 ton tebu dari 3 hektar lahan. Pak Syam juga memiliki tanaman tebu yang sudah mencapai ratoon 7 dengan produksi 70 ton/hektar. Kemudahan dan produksi yang tinggi dari budi daya tebu membuat pak Syam sangat yakin bahwa usaha pengolahan gula merah tebu memiliki prospek yang menjanjikan. Misi Pak Syam sebagai pemilik UD Julu Atia ini adalah: a. Menghasilkan gula merah tebu yang memenuhi standar ekspor. b. Membangun jaringan produksi dengan petani tebu. c. Menjadikan Sulawesi Selatan sebagai salah satu lumbung gula merah tebu di Indonesia. Misi yang dirumuskan diwujudkan dengan memperbaiki kualitas tebu yang dapat dilakukan melalui kegiatan budi daya dan teknik pengolahan yang tepat. Namun kualitas tebu lebih banyak ditentukan oleh teknis pengolahan yang dapat dikendalikan, sementara teknis budi daya tebu tidak terlalu megalami pengaruh dari perubahan alam atau iklim. Budi daya tebu di Kabupaten Takalar dan beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan bukan hal yang baru, sehingga untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan mudah dengan membangun jaringan kerja sama dengan petani tebu baik dalam betuk kerja sama dalam pengolahan gula merah tebu maupun dalam pemasaran produk. Potensi luas areal lahan kering dan sawah yang tidak berpengairan yang cukup luas, budaya masyarakat bertanam tebu, dan karakter masyarakat

41 27 Sulawesi Selatan yang cepat berkembang, memungkinkan Sulawesi Selatan berpotensi menjadi lumbung gula di Indonesia Awal Pengembangan Usaha Sebelum memulai rencana bisnis pengembangan (business plan) usaha pengolahan gula merah tebu, terlebih dahulu dilakukan analisis usaha yang pertama dikembangkan sebagai suatu proses pembelajaran dan sarana pengembangan jaringan bisnis. Pabrik dibangun di samping rumah tempat tinggal Pak Syam dengan kapasitas produksi rata-rata 2 ton tebu per hari. Pada awal usahanya, Pak Syam hanya bertindak sebagai pengolah tebu. Tebu berasal dari petani tebu dan penjualannya juga diserahkan kepada petani sehingga Pak Syam hanya menerima upah pengolahan (upah giling). Dengan mempekerjakan empat orang tenaga kerja. Usaha pengolahan gula merah tebu dapat memberikan pendapatan bersih sekitar Rp 27,93 juta per tahun dengan nilai investasi sekitar Rp 22 juta (tidak termasuk bangunan) untuk periode investasi selama sepuluh tahun. Tabel 4. Biaya Operasional Pertahun UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton No Uraian (Rp) Nilai (Rp) Penyusutan (Rp) Biaya/tahun (Rp) 1 Mesin peras Motor penggerak Tungku Perlengkapan Pemeliharaan Tenaga Kerja Bahan Bakar Oli Total

42 28 Tabel 5. Pendapatan Pertahun UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton No. Uraian Nilai (Rp) 1 Pendapatan Rp Biaya Operasional Rp Pendapatan Bersih Rp Dengan menggunakan sistem bagi hasil 65-35, yaitu 65 persen untuk pemilik tebu 35 persen untuk pabrik pengolahan sebagai jasa penggilingan, dimana tebu diantar hingga pabrik pengolahan sehingga biaya tebang dan biaya angkut ditanggung oleh pemilik tebu (petani). Harga jual gula merah tebu yang berlaku adalah Rp 6.000/kg. Pabrik kecil ini dapat dioperasikan selama tujuh bulan (210 hari) masa giling atau setara dengan areal tebu seluas 6-7 hektar bila digunakan dua shift pekerjaan Aspek Aspek Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan pengembangan usaha gula merah tebu ini dikaji menurut aspek aspek-aspek yang terdapat dalam analisis kelayakan usaha. Aspek kelayakan usaha tersebut adalah aspek finansial, aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis dan aspek lingkungan Aspek Pasar Dalam aspek pasar, yang dikaji adalah potensi pasar dari produk yang akan dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari potensi pasar dan kebijakan terhadap bauran pemasaran yang dilakukan. 1. Potensi Pasar Pasar yang menjadi sasaran UD Julu Atia milik Pak Syam ini adalah pasar lokal, antar pulau dan akan dikembangkan ke pasar ekspor. Setelah menjalankan usaha gula merah dengan mesin skala kecil, kapasitas 2 ton tebu per hari, pasar yang dilayani selama ini adalah pasar lokal. Berdasarkan pengalaman selama setahun, permintaan lokal sangat tinggi dengan kisaran tiga kali lipat dari kapasitas produksi. Produk gula merah

43 29 yang dihasilkan langsung terjual pada hari produksi dengan harga Rp 8.000/kg, sementara prediksinya hanya Rp /kg. Permintaan lain yang belum dapat dipenuhi adalah permintaan dari Jayapura sebanyak 20 ton per bulan dan Kalimantan Timur 15 ton per bulan. Surabaya sudah meminta ton untuk satu tahun. Pengalaman ini menggambarkan prospek pasar gula merah sangat tinggi. Harga gula merah dari palm berkisar antara Rp /kg. Dengan membandingkan harga gula merah tebu dan gula merah dari palm dimana perbedaannya cukup besar, dapat dikatakan bahwa gula merah tebu memiliki prospek pasar yang besar dan menjanjikan. Selain itu, proses pembuatan gula merah tebu sangat mudah dibandingkan dengan proses pembuatan gula palem. Pengembangan pemasaran produk ke pasar ekspor didasarkan pada permintaan ekpor gula merah tebu. Misalnya Koperasi Serba Usaha Jatirogo, Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta, mendapat order ekspor gula merah hingga 500 ton per bulan yang hanya dapat dipenuhi sebesar 30 hingga 50 ton per bulan Permintaan ekspor yang belum dapat terpenuhi adalah permintaan dari Kanada, Amerika, Belgia, Australia, dan Eropa ( 2011). Kelompok Tani Sariwangi di Banyumas juga hanya dapat memenuhi permintaan gula merah tebu dari Jepang sebesar 10 persen. Dari permintaan sebesar 500 ton perbulan, hanya 50 ton permintaan yang dapat dipenuhi (Sanjaya, 2011). Berdasarkan potensi pasar gula merah tebu baik dari pasar lokal, antar pulau, maupun pasar ekspor, Pak Syam sangat yakin bahwa produk yang akan diproduksi akan terserap oleh pasar, baik untuk memenuhi permintaan pasar lokal, antar pulau dan pasar ekspor. 2. Bauran Pemasaran Pengembangan pemasaran gula merah tebu dapat dilakukan dengan menggunakan kumpulan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk mencapai tujuan pemasaran yaitu variabel product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi). Sebagian dari strategi ini sudah

44 30 dilaksanakan oleh Pak Syam selama ini seperti produk gula padat dua kategori warna, pasar lokal dan antar pulau, dan promosi. Strategi harga belum dilakukan karena produksi masih sedikit. a. Product (Produk) Produk berupa gula merah tebu yang dipasarkan harus memiliki bentuk dan kualitas produk yang baik untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan terhadap konsumen. Produk tersebut berkaitan dengan bentuk, warna dan kualitas. Varietas tebu yang cocok untuk dijadikan bahan baku gula merah adalah varietas PS864, PSJT, BL, dan Cenning. Kualitas gula merah sangat dipengaruhi oleh bahan baku, kegiatan pascapanen, dan kegiatan pengolahan. Tebu sangat dipengaruhi oleh iklim, umur tanam, dan varietas. Umur sangat berkaitan dengan rendemen gula, sehingga pengetahuan petani mengenai teknik bertanam sangat penting. Kualitas gula merah berkaitan dengan perilaku penyimpanan, warna, dan kebersihan. Semakin lama daya simpan gula merah semakin tinggi kualitasnya. Warna gula merah sangat relatif, berkaitan dengan preferensi konsumen. Untuk konsumen di Sulawesi Selatan, warna merah kekuning-kekuningan lebih disenangi, sebaliknya warna hitam merah lebih disenangi di Papua dan Kalimantan Timur. Gula merah tebu dapat diproduksi dengan tiga bentuk produk, yaitu bentuk padat/batu, serbuk, dan cair. Bentuk produk yang dihasilkan UD Julu Atia berbentuk balok dan padat dengan berat sekitar 0,5 kg. Jenis produk padat dibuat dalam dua jenis yaitu warna kehitam-hitaman dan warna merah kekuning-kekuningan. Warna merah kekuning-kuningan diproduksi untuk pasar lokal, sedangkan warna merah gelap atau kehitaman untuk pasar Jayapura dan Kalimantan Timur. Sementara untuk pasar pulau Jawa, belum ditentukan jenisnya. Bentuk produk lain yang sudah dapat diproduksi adalah gula serbuk atau dikenal sebagai gula semut (bentuknya seperti semut yang

45 31 berkumpul/bergerombol), namun belum dipasarkan karena kapasitas produksi atau skala produksi yang dilakukan selama ini masih yang kecil. Produk gula semut akan diproduksi pada tahun giling 2012, walaupun masih dalam jumlah kecil untuk mendeteksi permintaan pasar, baik harga maupun kualitas. Gula cair belum ada perencanaan, walaupun permintaan sudah ada, yaitu oleh industri kecap, namun metode pembuataannya masih sedang dipelajari oleh Pak Syam. b. Place (Tempat) Place (tempat) berkaitan dengan keputusan penentuan lokasi penjualan dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan barang kepada konsumen. Pemilihan tempat penjualan gula merah tebu adalah penjualan di pasar-pasar lokal, antar pulau dan pada pengembangannya akan diekspor. Pasar yang sudah dilayani selama setahun didominasi pasar lokal, Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Jeneponto, dan Kota Makassar. Pak Syam sendiri sudah membuka kontrak kerja sama dengan salah satu pedagang besar gula merah di Surabaya dengan kontrak 3000 ton. Pasar ini akan dipenuhi melalui kerjsama dengan produsen gula merah tebu di Sulawesi Selatan yang juga dibina oleh Pak Syam bersama Univeristas Islam Makassar. c. Price (Harga) Berdasarkan pengalaman selama setahun, permintaan lokal sangat tinggi dengan kisaran tiga kali lipat dari kapasitas produksi. Produk gula merah yang dihasilkan langsung terjual setelah gula merah dihasilkan dengan harga Rp 8.000/kg, sementara prediksi Rp /kg. Sedangkan harga gula merah dari jenis palm (aren, lontar, dan kelapa) adalah Rp /kg. Perbandingan harga ini menunjukkan bahwa gula merah tebu memiliki posisi pasar yang sangat kompetitif. Harga diperkirakan akan semakin kompetitif yaitu sekitar Rp Rp 6.000/kg apabila industri gula merah tebu terus berkembang. Harga ini juga layak dijadikan sebagai bahan baku gula

46 32 kristal. Gula merah tebu dijadikan bahan baku pada beberapa pabrik gula di Jawa Timur. Hal ini juga pernah terjadi pengrajin gula merah tradisional di Kabupaten Wajo yang dijual ke Pabrik Gula Bone (PTPN XIV) pada tahun 1980an d. Promotion (Promosi) Selama tahun 2011, gula merah tebu Pak Syam sudah dipasarkan setiap ada pameran produk hasil pertanian yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Kabupaten Takalar dan Provinsi Sulawesi Selatan. Gula merah tebu dijual dengan harga Rp /kg atau Rp /batang, dimana setiap satu kilogram terdiri dari dua batang Aspek Teknis Analisis dalam aspek teknis usaha gula merah tebu mencakup lokasi usaha, peralatan produksi dan proses produksi. Berikut ini hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis. 1. Lokasi Usaha UD Julu Atia berlokasi di Desa Patene, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Lokasi usaha gula merah tebu memiliki sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan usaha. Tebu sebagai bahan baku utamanya banyak tersedia di sekitar pabrik sehingga tidak memerlukan biaya transportasi yang tinggi. Petani dapat dengan mudah mendistribusikan tebunya ke pabrik. Akses transportasi yang mudah untuk memasarkan hasil produksi ke pasar lokal maupun pasar antar pulau. 2. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan gula merah tebu adalah: a. Parang, golok, atau pisau besar. Alat ini digunakan untuk mengikis permukaan kulit, dan membuang mata batang tebu. b. Mesin pemeras batang tebu. Alat ini digunakan untuk mengekstrak nira tebu dari batang tebu dengan cara pemerasan. Bagian utama dari mesin ini berupa tiga silinder penggiling sehingga batang tebu

47 33 tertekan dan tertarik oleh putaran silinder-silinder tersebut. Tekanan tersebut akan memeras batang tebu sehingga mengeluarkan cairan nira. Mesin ini merupakan pengembangan dari alat pemeras tebu tradisional (disebut kilangan tebu) yang silindernya terbuat dari kayu dan diputar oleh sapi atau kerbau. c. Wajan besar, dengan ukuran 45 inci yang terbuat dari plat baja dengan ketebalan 12 mm dan kedalaman sekitar 20 cm, sehingga proses penguapan lebih cepat dengan suhu konstan. Alat ini digunakan untuk memanaskan nira tebu sampai kental. d. Pengaduk. Alat ini digunakan untuk mengaduk nira yang sedang dipanaskan agar proses penguapan cepat terjadi sehingga nira tebu lebih cepat mengental. Pada proses ini juga, busa nira/gula dibuang karena tidak dapat mengental. Busa nira/gula yang dikenal gula dengan sebutan tetes di pabrik gula e. Penyaring. Alat ini digunakan untuk menyaring cairan tebu yang akan dipanaskan, dan sedang dipanaskan. Pada proses ini penyaringan ini berfungsi menghilangkan kotoran yang dapat merusak kondisi proses pemasakan dan kualitas gula. f. Cetakan. Alat ini digunakan untuk mencetak nira tebu yang mengental dari proses pemasakan. Hal yang diperhatikan dalam pencetakan adalah suhu agar bentuk gula yang dihasilkan sesuai dengan bentuk cetakan. g. Tungku. Alat ini digunakan sebagai tempat berpijak wajan yang dibuat dari batu merah, semen, dan tanah liat. 3. Proses Pembuatan Gula Merah Nira tebu adalah cairan yang diekstraksi dari batang tanaman tebu. Cairan ini mengandung gula antara % (b/v). Meknisme pengolahan nira tebu menjadi gula merah tebu atau saka tidak berbeda jauh dengan proses pembuatan gula merah lainnya. Tahapan-tahapan dalam pemasakan gula merah tebu adalah:

48 34 a. Persiapan Tebu Tebu yang akan digiling adalah tebu yang dibawa oleh petani dari kebun tebu miliknya yang segera diangkut ke pabrik pengolahan setelah ditebang. Pengangkutan setelah penebangan tidak melebihi dari lima jam untuk menjaga kualitas gula merah. Tebu dibongkar pada halaman penumpukan yang berdampingan dengan mesin pengolahan. Tebu yang akan digiling terlebih dahulu dibersihkan daun dan kotoran yang melekat. b. Pemerasan Tebu Tebu diperas dengan menggunakan mesin pemeras dengan kapasitas 20 ton tebu per hari yang digerakkan dengan mesin Yanmar Diesel 22 HP. Tebu yang bersih dimasukkan ke mesin pemeras dengan cara memegang batang tebu 2-3 batang. Nira yang dihasilkan dialirkan ke bak penampungan, sementara ampas tebu diangin-anginkan dan selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar, namun apabila terjadi kekurangan akan ditambah dengan sekam padi. c. Penyaringan Penyaringan dilakukan untuk memisahkan ampas tebu yang ikut masuk bercampur dengan nira tebu. Penyaringan dilakukan secara bertahap dengan ukuran lubang saringan yang berbeda. Setelah diperoleh nira tebu, nira dipompa naik ke bak penampungan. Sebelum dimasak di atas wajan pemasakan, dilakukan penyaringan dua kali untuk memisahkan kotoran yang halus. Selain itu, pada proses pemasakan juga dilakukan penyaringan sekaligus membuang busa nira yang muncul. d. Pemasakan Nira tebu yang sudah disaring dimasukkan ke dalam wajan yang berada di atas tungku pemasakan. Pemasakan adalah pemisahan air dan gula melalui proses penguapan. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan ampas tebu sebagai bahan bakarnya. Apabila rendemen tebu tinggi, ampas tebu cukup bahkan berlebih untuk memasak nira

49 35 menjadi gula merah, namun bila rendemen gula rendah berarti kandungan brisk nya rendah sehingga membutuhkan waktu pemasakan yang lebih lama. Pada kondisi ini, ampas tebu tidak cukup, sehingga ditambah dengan sekam padi. Pada proses pemasakan, nira selalu diaduk untuk mempercepat proses penguapan, menyaring kotoran yang terbentuk akibat pemanasan. Busa dan kotoran yang mengapung selama pemasakan dibuang. Setelah cairan nira mengental yaitu air gula tinggal sekitar 1/5 atau 1/6 dari volume nira sebelumnya atau sudah berbentuk sirup berarti gula sudah masak dan siap untuk dicetak. 4. Pencetakan Gula merah kental kemudian dituang ke wadah lain untuk proses pendinginan. Setelah itu, dipindahkan ke wadah lebih kecil (ukuran 1,5-2 liter) yang dapat diangkat dengan sebelah tangan dan diaduk hingga hampir dingin, lalu dituang ke wadah cetakan. Gula yang ada di cetakan ditunggu hingga keras dan kering secara sempurna dikeluarkan dari cetakan. 5. Pengemasan Pengemasan dilakukan agar daya simpan produk gula merah dapat bertahan lama dan sekaligus penampilannya lebih baik. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan plastik lembut yang melekat dengan mudah. Gambar 6. Layout Pabrik Usaha Gula Merah Tebu

50 Aspek Finansial Preferensi masyarakat akan berkembang seiring dengan waktu, mengingat bahwa gula merah tebu diproduksi tanpa menggunakan bahan tambahan kimia dan akan dikembangkan menjadi produk organik. Masyarakat sudah menyadari pentingnya produk organik, baik terhadap kesehatan maupun terhadap lingkungan. Gula merah tebu sangat mudah dikembangkan apabila kebun tebu diintegrasikan dengan ternak sapi. Budi daya tebu mudah dikembangkan karena sekali penanaman dapat dipanen lima hingga sepuluh tahun dengan pemeliharaan yang tidak intensif dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya seperti padi, kacang-kacangan, sayuran, jagung. Analisis kelayakan usaha gula merah tebu ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut: a. Periode usaha yang direncanakan adalah sepuluh tahun telah disepakati dengan pihak pemilik usaha. b. Usaha dimulai pada Januari 2011 (tahun nol) dan berakhir pada Desember c. Investasi dimulai pada tahun ke-0 (2011) dan pabrik mulai berproduksi pada tahun ke-1 (2012). d. Hari kerja dalam satu tahun adalah 180 hari. e. Target produksi 15 ton per hari. f. Bahan baku yang digunakan adalah tebu dengan rendemen 8%. g. Penentuan harga bahan baku tebu didasarkan pada persentase 65% untuk petani tebu dan 35% untuk pemilik pabrik. h. Harga jual gula merah tebu Rp 5.000/kg tetap disetiap tahun. i. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah suku bunga pinjaman rata-rata bank yaitu sebesar 11,67 persen. j. Sumber modal adalah modal sendiri dan pinjaman ke bank. k. Petani yang akan menjual tebunya ke pabrik akan langsung datang membawa tebunya ke lokasi pabrik sehingga pemilik tidak memerlukan biaya transportasi untuk mengangkut bahan baku ke lokasi pabrik.

51 37 l. Nilai sisa dihitung dengan asumsi pada akhir periode usaha nilai sisanya sebesar 10 persen dari nilai belinya. m. Pajak bumi dan bangunan dikenakan disetiap tahun sebagai biaya tetap dengan tarif 0.2% dari Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun n. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2008, yaitu: 1. Untuk lapisan penghasilan kena pajak sampai dengan Rp , tarif pajaknya 5%. 2. Untuk lapisan penghasilan kena pajak diantara Rp sampai dengan Rp , tarif pajaknya 15%. 3. Untuk lapisan penghasilan kena pajak diatas Rp hingga Rp , tarif pajaknya 25%. 4. Untuk lapisan penghasilan kena pajak diatas Rp tarif pajaknya 30%. o. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tiga perubahan, yaitu: 1. Terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) solar 2. Terjadi penurunan kapasitas produksi 3. Terjadi perubahan rendemen pada bahan baku tebu yang digunakan. 1. Kebutuhan Modal Modal merupakan keseluruhan biaya yang diperlukan untuk memulai dan menjalankan suatu usaha. Komponen modal terdiri dari biaya investasi yang dibutuhkan pada tahun ke-0 dan biaya modal kerja pada tahun ke-1 ketika perusahaan sudah mulai berproduksi. Kebutuhan modal pada usaha gula merah tebu ini sebesar Rp Sumber modal diperoleh dari modal sendiri dengan persentase 33,6 persen dan meminjam kepada bank dengan persentase 66,4 persen. Pinjaman modal yang diajukan kepada bank sebesar Rp dengan alokasi modal investasi sebesar Rp dan modal kerja sebesar Rp Pengembalian pinjaman kepada bank dilakukan dengan metode anuitas yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9.

52 38 Tabel 6. Rencana Kebutuhan Modal Rencana Kebutuhan Modal Pada Tahun ke Nol Rp Sumber Permodalan a. Modal 33,6% Rp Sendiri b. Pinjaman Bank 66,4% Rp Alokasi Dana a. Modal Periode Pinjaman Rp Pinjaman Investasi 5 tahun b. Modal Kerja Periode Pinjaman 2 tahun Rp Suku Bunga Pinjaman Rata-Rata Bank 11,67% 2. Investasi dan Pengembangan Kegiatan investasi yang dilakukan dalam usaha pengembangan gula merah tebu ini berupa pembelian lahan pabrik, pembangunan pabrik dan gudang penyimpanan. Investasi juga dilakukan dengan melakukan pembelian peralatan meliputi pembelian tungku, wajan baja, mesin penggerak, mesin pemeras, mesin pemutar untuk gula semut, satu set penampung nira tebu dan timbangan serta perlengkapan lainnya yang akan digunakan dalam proses produksi. Total biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp biaya investasi usaha dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Biaya investasi tertinggi adalah biaya pembangunan pabrik sebesar Rp dengan persentase 32,93 persen. Tabel 7. Ringkasan Biaya Investasi Pada Tahun Pertama Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Jenis Jumlah (Rupiah) Persentase Lahan % Bangunan Pabrik % Gudang % Tungku % Wajan Baja % Mesin Penggerak % Mesin Pemeras % Mesin Pemutar % 1 Set Penampung % Nira Tebu Timbangan % Biaya Perlengkapan %

53 39 3. Modal Kerja UD Julu Atia dikelola oleh pemilik secara langsung dan dibantu oleh beberapa karyawan yang berasal dari daerah sekitar pabrik. Karyawan bertanggung jawab atas kegiatan produksi harian yang dilakukan di pabrik sehingga diperlukan deskripsi pekerjaan yang jelas untuk karyawan. Modal kerja dalam usaha pengolahan gula merah tebu ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap tahun dan tidak tergantung pada jumlah produksinya. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada jumlah produksi. Biaya tetap dalam usaha pengolahan gula merah tebu ini adalah biaya perawatan, biaya telepon, listrik, pajak bumi dan bangunan, serta oli mesin. Biaya variabel terdiri dari upah karyawan, pembelian bahan baku berupa tebu, packaging gula merah tebu dan bahan bakar (solar). Sebagian besar biaya variabel dikeluarkan untuk biaya produksi yaitu biaya pembelian bahan baku. Bahan baku berupa tebu memiliki pengeluaran dengan persentase sebesar 75,9 persen. Nilai pembelian bahan baku tebu juga tergantung dari rendemen tebu yang akan digunakan. Semakin tinggi rendemennya, maka akan semakin tinggi juga biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian bahan baku tebu. Pada Tabel 8 disajikan biaya yang termasuk dalam modal kerja selama masa giling 180 hari dan kapasitas produksi harian sebesar 15 ton per hari. Tabel 8. Ringkasan Modal Kerja Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu (pertahun) Jenis Jumlah Persentase (Rupiah) Bahan Bakar (Solar) % Oli % Listrik % Telepon % Perawatan % Pajak Bumi dan % Bangunan Bahan Baku % (Tebu+Packaging) Tenaga Kerja %

54 40 4. Proyeksi Pendapatan Pendapatan adalah total produksi dikalikan dengan harga jual. Pendapatan yang diterima oleh usaha pengembangan gula merah tebu ini diasumsikan sama setiap tahun dalam waktu 10 tahun. Biaya produksi diasumsikan tetap disetiap tahun sehingga penerimaan juga akan tetap disetiap tahunnya. Pendapatan diperoleh dari penjualan gula merah tebu ke pasar tradisional maupun menjual kepada supplier di luar daerah (antar pulau). UD Julu Atia dapat memproduksi kg gula merah tebu per tahun dengan harga jual Rp per kilogram. Total pendapatan kotor yang diperoleh adalah Rp per tahun. Pendapatan diperoleh setahun setelah melakukan investasi pada tahun ke Analisis Kriteria Kelayakan Usaha Analisis kriteria kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu bisnis untuk dijalankan yang dilihat dari sisi finansial dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money). Perhitungan kriteria investasi menggunakan metode Discounted Cash Flow, dimana seluruh penerimaan selama sepuluh tahun ke depan didiskontokan pada masa kini. Analisis kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Gross Benefit/Cost (Gross B/C), Net Benefit/Cost (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Ratio(PR) dan Payback Periode (PBP). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan tingkat suku bunga pinjaman rata-rata bank yaitu 11,67 persen. Tabel 9. Nilai Kriteria Investasi Usaha Pengembangan Gula Merah Tebu Kriteria Investasi Nilai NPV Rp Gross B/C 1,063 Net B/C 3,44 IRR 42,37% PR 3,32 PBP 3 tahun 1 bulan 14 hari

55 41 a. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah nilai masa kini manfaat bersih (net benefit) selama 10 tahun periode usaha. Nilai NPV pada usaha gula merah tebu ini adalah Rp Nilai ini menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama 10 tahun periode usaha dengan tingkat suku bunga 11,67 persen pertahun. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha gula merah tebu layak untuk dijalankan karena NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol (NPV>0) b. Gross Benefit/Cost Ratio (Gross B/C) Gross Benefit/Cost Ratio adalah rasio antara present value manfaat kotor dan present value biaya kotor. Suatu usaha dikatakan layak jika Gross B/C nilainya lebih dari satu. Nilai Gross B/C pada usaha gula merah tebu ini sebesar 1,063 yang berarti setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan mendapat manfaat kotor Rp 1,063 selama periode usaha dengan tingkat suku bunga 11,67 %. Dengan nilai Gross B/C tersebut dapat dikatakan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. c. Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit/Cost Ratio merupakan rasio antara present value net benefit yang bernilai positif dan present value net benefit yang bernilai negatif. Suatu usaha dikatakan layak jika rasio Net B/C lebih dari satu. Pada usaha gula merah tebu ini rasio Net B/C sebesar 3,44. Hal ini berarti bahwa setiap Rp1 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan pengembalian manfaat bersih sebesar Rp 3,44. Karena rasio Net B/C lebih dari satu, maka usaha ini layak untuk dijalankan. d. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah tingkat pengembalian usaha terhadap modal yang ditanamkan pada suatu usaha. Suatu usaha layak dijalankan jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga yang ditetapkan. Nilai IRR pada usaha gula merah tebu ini adalah 42,37 persen. Nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan sebesar 11,67 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

56 42 kemampuan pengembalian modal yang digunakan lebih besar dari tingkat discount rate yang digunakan. e. Profitability Ratio (PR) Profitability Ratio adalah perbandingan antara present value dari penerimaan kas bersih masa yang akan datang terhadap investasi yang telah ditanamkan. Hasil perhitungan menunjukkan nilai PR usaha gula merah tebu sebesar 3,32. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai PR nya lebih besar dari satu sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. f. Payback Period (PBP) Payback Period dihitung untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanamkan bisa kembali. Perhitungan PBP tidak memperhitungkan nilai waktu uang (time value of money), (Sofyan,2003). Secara umum suatu usaha layak untuk dijalankan jika PBP nya lebih kecil dari periode usahanya. PBP dari usaha gula merah tebu ini adalah 3 tahun 1 bulan 14 hari. Nilainya lebih kecil dari periode usaha 10 tahun sehingga layak untuk dijalankan. 6. Analisis Sensitivitas dan Switching Value Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Hal ini juga berkaitan dengan ketidakpastian di masa mendatang. Analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan dengan mengubah harga bahan bakar minyak (solar), penurunan kapasitas produksi, perubahan rendemen bahan baku tebu yang digunakan dan penurunan harga jual gula merah. Pada penelitian ini juga dilakukan metode switching value untuk mengetahui nilai maksimal perubahan variabel yang mempengaruhi usaha. a. Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Mesin penggerak untuk memproduksi gula merah menggunakan bahan bakar solar. Pada uji sensitivitas skenario yang dibuat adalah kenaikan harga BBM sebesar 33,33 persen. Kenaikan harga BBM menyebabkan terjadinya perubahan pada nilai NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, PBP

57 43 dan PR dimana nilainya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa usaha ini tidak sensitif terhadap kenaikan harga BBM. Tabel 10. Hasil Kelayakan dengan Analisis Sentivitas Kenaikan Harga BBM NPV = Rp IRR = 38% Gross B/C = 1,056 PR = 3,08 Net B/C = 3,19 PBP = 3 tahun 5 bulan 27 hari b. Penurunan Kapasitas Produksi Analisis sensitivitas dilakukan dengan skenario penurunan kapasitas produksi harian dimana kapasitas produksi harian normal sebesar 15 ton per hari. Penurunan kapasitas produksi tersebut sebesar 13,33 dan 20 persen dengan masing-masing jumlah produksi yaitu 13 ton dan 12 ton. Setelah dilakukan perhitungan pada jumlah produksi harian 12 dan 13 ton, usaha ini masih layak untuk dijalankan karena kriteria investasinya masih memenuhi kelayakan finansial. Hasil kelayakan dapat dilihat pada Tabel 11. Dengan melakukan analisis switching value (NPV=0), batas toleransi penurunan kapasitas produksi adalah penurunan 21,26 persen yaitu produksi sebesar 11,81 ton per hari. Penurunan kapasitas produksi diatas persentase 21,26 persen akan menyebabkan nilai NPV negatif sehingga usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Tabel 11. Nilai NPV, IRR dan Net B/C Terhadap Jumlah Produksi Harian Jumlah Produksi NPV IRR Net B/C 13 ton Rp % 1,99 12 ton Rp % 1,16 c. Perubahan rendemen tebu Rendemen tebu adalah persentase banyaknya nira tebu yang dapat dijadikan bahan baku gula merah tebu dari berat tebu. Perubahan rendemen akan menyebabkan perubahan pada harga beli tebu kepada petani dan perubah terhadap jumlah (kg) gula merah yang dihasilkan. Rendemen awal yang digunakan adalah rendemen 8 persen. Skenario untuk analisis sensitivitas dilakukan dengan penggunaan tebu rendemen 7 persen. Usaha ini masih layak untuk dijalankan dengan hasil

58 44 kelayakannya adalah NPV Rp , Net B/C 2,02 dan IRR 24%. Perhitungan switching value menunjukkan bahwa batas toleransi penggunaan tebu sebagai bahan baku adalah tebu dengan rendemen 6,307 persen dimana NPV=0. Penggunaan tebu dengan rendemen dibawah 6,307 persen akan membuat NPV menjadi negatif. d. Penurunan Harga Jual Harga jual merupakan komponen inflow bagi arus kas perusahaan. Penurunan harga jual (awalnya Rp5.000) tentu akan menurunkan penerimaan kas dari perusahaan. Skenario analisis sensitivitas dilakukan dengan menurunkan harga jual sebesar 10 persen menjadi Rp Dengan penurunan harga tersebut, usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan. Nilai NPV Rp ; Net B/C 2,20 dan IRR 25,76 persen. Perhitungan switching value menunjukkan bahwa batas toleransi penurunan harga jual gula merah adalah sebesar 19,67 persen (Rp 4.017) dimana NPV=0. Penurunan harga jual diatas 19,67 persen menyebabkan NPV menjadi negatif. Tabel 12. Ringkasan Rencana Anggaran Biaya (RAB) No Item Rencana Anggaran Biaya 1 Bangunan Rp Peralatan dan Perlengkapan Rp Bahan Baku Produksi Rp Tenaga Kerja Rp Lain-Lain Rp Total Rp Tabel 13. Ringkasan Biaya Operasional Pertahun No Item Jumlah (Rp) 1 Biaya Tetap (Fixed Cost) Rp Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost) Rp Total Rp

59 45 Tabel 14. Ringkasan Modal dan Penerimaan No Item Jumlah (Rp) 1 Kebutuhan Modal Awal Rp Investasi Rp Modal Kerja (untuk 2 minggu) Rp Arus Penerimaan (Hasil Penjualan) Rp Total Rp Tabel 15. Ringkasan Sumber Modal No Item Jumlah (Rp) 1 Modal Pribadi Rp Pinjaman ke Bank Rp Total Rp Tabel 16. Ringkasan Analisis Sensitivitas (Rendemen Tebu 7%) Item Nilai NPV Rp IRR 24% Net B/C 2,02 Tabel 17. Ringkasan Analisis Sensitivitas (Penurunan Harga Jual 10%) Item Nilai NPV Rp IRR 25,67% Net B/C 2,20 Tabel 18. Ringkasan Analisis Switching Value Item Batas Toleransi (NPV=0) Jumlah Produksi Harian 11,81 ton Rendemen 6,307persen Harga Jual Rp Aspek Manajemen dan Hukum Dalam aspek manajemen dan hukum, penilaian kelayakan meliputi hal yang berkaitan dengan perizinan dan legalitas badan hukum usaha, struktur organisasi, kepemilikan, deskripsi pekerjaan dan sistem kompensasi.

60 46 1. Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha Sebelum mendirikan usaha, secara formal diisyaratkan untuk meminta izin usaha kepada pihak yang terkait. Badan usaha yang dimiliki adalah Usaha Dagang (UD). Nama perusahaan adalah UD Julu Atia, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar Nomor: 02615/KPT-TK/SIUP- PO/IV/2010 dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perseorangan No. TDP : Dengan memiliki bentuk badan usaha, usaha akan memperoleh banyak kemudahan, seperti kemudahan memasarkan produk baik di pasar lokal, nasional, maupun kemudahan dalam melakukan ekspor. 2. Struktur Organisasi Struktur formal suatu organisasi dibuat untuk memudahkan pembagian kerja bagi setiap individu di dalamnya. Struktur organisasi UD Julu Atia ini tergolong masih sangat sederhana. Pemilik langsung membawahi tiga tingkatan karyawan, yaitu sekretaris dan bendahara yang masih dipegang oleh istri pemilik sendiri. Dua tingkatan selanjutnya adalah manajer operasional dan tenaga kerja pabrik. Pengambilan keputusan dalam segala hal menjadi wewenang dari pimpinan usaha. Pemilik UD Julu Atia Sekretaris dan Bendahara Manajer Operasional Teknis Mesin Pemeras Tebu Pemasakan Pencetakan Packaging Gambar 7. Struktur Organisasi Usaha Gula Merah Tebu 3. Kepemilikan Pemilik usaha gula merah tebu ini adalah Pak Syamsudin Dg. Ronrong yang bertindak sebagai pimpinan. Modal dalam menjalankan usaha ini menggunakan modal pribadi pemilik dan pinjaman dari bank.

61 47 4. Deskripsi Pekerjaan Dalam pengembangan usaha gula merah tebu ini, pemilik sekaligus pimpinan membawahi 18 orang karyawan, rincian jumlah karyawan berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 19. Jenis Pekerjaan dan Jumlah Karyawan Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Manajer Operasional 1 Teknis Mesin 3 Pemeras Tebu 4 Pemasakan 4 Pencetakan 3 Packaging 3 a. Pimpinan (Pemilik) Pemilik yang bertindak sebagai pimpinan dalam usaha ini memiliki peranan penting dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Tugas umum dari pemimpin adalah: 1. Memegang tanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan fungsi manajerial, yaitu fungsi produksi, pemasaran, keungan dan sumber daya manusia. 2. Mengambil keputusan yang tepat apabila terjadi suatu permasalah dalam perusahaan. 3. Menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan konsumen. b. Manajer Operasional Manajer operasional bertugas mengawasi kegiatan produksi harian di pabrik agar kapasitas produksi dapat tercapai. c. Teknis Mesin Teknis mesin bertugas untuk memastikan mesin-mesin yang digunakan untuk berproduksi siap untuk dipakai setiap harinya. d. Pemeras Tebu Bertanggung jawab untuk memeras tebu dengan menggunakaan mesin pemeras. Proses ini membutuhkan tenaga yang kuat karena batang tebu

62 48 yang dimasukkan ke dalam mesin bobotnya lumayan berat dan juga dibutuhkan kecepatan agar kerja mesin menjadi efisien. e. Pemasakan Tugasnya adalah memasukkan nira tebu yang sudah disaring ke dalam wajan pemasakan yang berada di atas tungku pemasakan. Nira selalu diaduk untuk mempercepat proses penguapan, menyaring kotoran yang terbentuk akibat pemanasan. f. Pencetakan Bertanggung jawab untuk menuangkan nira yang sudah menjadi gula merah kental ke wadah cetakan. Gula merah yang ada dicetakan ditunggu hingga keras dan kering secara sempurna dikeluarkan dari cetakan. g. Packaging Tugasnya adalah melakukan pengemasan terhadap gula merah sudah keras dan kering dengan sempurna menggunakan plastik lembut yang melekat dengan mudah. 5. Sistem Kompensasi Sistem pemberian kompensasi kepada tenaga kerja dilakukan secara mingguan. Perhitungan kompensasinya didasarkan pada upah harian. Berikut tabel yang mencantumkan jenis pekerjaan dan upah tenaga kerja per hari. Tabel 20. Jenis Pekerjaan dan Upah Tenaga Kerja Jenis Pekerjaan Upah (Rupiah/hari) Manajer Operasional Teknis Mesin Pemeras Tebu Pemasakan Pencetakan Packaging Aspek Sosial dan Ekonomi Dalam aspek sosial dan ekonomi dilihat kontribusi usaha tersebut terhadap kehidupan sosial dan ekonomi dimana lokasi usaha

63 49 tersebut didirikan. Dilihat dari aspek sosial, usaha ini mampu mempekerjakan sebanyak 18 orang pegawai yang direkrut dari sekitar lokasi pabrik. Hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran di daerah tersebut. Upah yang diberikan kepada pegawai juga cukup tinggi, yaitu rata-rata Rp64.000/orang/hari dimana upah minimum Sulsel tahun 2011 sekitar Rp /orang/hari ( 2012) Selain dari sisi tenaga kerja, usaha ini juga akan memberikan keuntungan bagi petani tebu di sekitar pabrik karena memiliki kepastian penjualan hasil panennya dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan apabila petani tebu menjualnya ke pabrik gula kristal. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan bagi petani tebu. Semakin besar skala dan perkembangan usaha ini tentunya akan semakin banyak manfaat sosial dan ekonomi yang akan dirasakan oleh masyarakat sekitar Aspek Lingkungan Setiap bisnis yang dijalankan pada dasarnya harus memperhatikan perubahan lingkungan sebagai dampak dari adanya usaha tersebut. Aspek lingkungan menitikberatkan pada dampak negatif yang mungkin bisa terjadi akibat limbah yang dihasilkan dari suatu usaha. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat keberadaan pabrik tersebut berada ditengah-tengah lingkungan tempat tinggal masyarakat. Jika suatu usaha tidak tanggap dan bertanggung jawab atas perubahan lingkungan yang terjadi, tentu masyarakat tidak akan menyukai keberadaan usaha tersebut dan akhirnya akan berdampak buruk bagi kelangsungan suatu usaha. Pada usaha gula merah tebu ini dapat dikatakan tidak menghasilkan sisa atau limbah yang dapat merusak lingkungan atau bisa dikatakan ramah lingkungan. Ampas tebu yang dihasilkan dari pemerasan tebu digunakan sebagai bahan bakar untuk pemasakan nira tebu sehingga ampas tidak terbuang ke lingkungan.

64 Model Pemberdayaan Petani Pembangunan pabrik pengolahan gula merah tebu dapat memberikan pilihan bagi petani. Ada petani lebih suka mengolah tebunya di pabrik gula, dan ada juga yang lebih memilih untuk mengolah menjadi gula merah. Pengolahan gula merah lebih menguntungkan namun sedikit lebih repot bila dimasukkan ke pabrik gula. Rendemen yang dicapai pada pengolahan tebu menjadi gula pasir di Pabrik Gula Talakar (PTPN XIV) adalah 4-6 persen, dengan rata-rata kisaran 4,8 persen, sementara rendimen untuk gula merah adalah sekitar 6-12 persen dengan rata-rata 8 persen. Sistem bagi hasil yang diberlakukan adalah persen. Bagian petani sebanyak 65 persen dan bagian untuk pengolahan adalah 35 persen. Harga gula kristal pada pabrik gula Rp 7.800/kg (pasaran umum 8500/kg) sedangkan harga gula merah tebu Rp 6.000/kg. Berikut perbandingan pendapatan petani tebu jika tebunya didistribusikan ke pabrik gula atau ke diolah menjadi gula merah. Tabel 21. Perbandingan Pendapatan Pengolahan Gula Kristal dan Gula Merah No. Uraian Gula Kristal Putih Gula Merah Tebu Kriteria (%) Unit (Kg) Kriteria (%) 1. Rendemen , Bagi Hasil petani 65 persen 3. Nilai Penerimaan (Rp/ton) Unit (Kg) , ,5 22, , , Biaya angkut (Rp/ton) Waktu pembayaran 2-3 bulan 0-1 bulan 6. Kepastian rendimen Rendah Tinggi 7. Frekuensi Panen Sekaligus Bertahap 8. Birokrasi/manajemen Rumit Sederhana Sumber: Hasil wawancara dengan Pak Syam, Maret 2012.

65 51 Catatan: Dengan harga jual gula Kristal Rp 7800/kg dan gula merah Rp 6.000/kg Pengembangan Kelembagaan Kelompok Petani Pengembangan gula merah tebu dapat dikelola secara efisien apabila dikembangkan dengan suatu bentuk kelembagaan. Ada beberapa pola pengembangan yang dapat dilakukan baik dalam bentuk kelompok tani maupun kerja sama dalam pengolahan. Pengembangan kelembagaan petani tebu melalui kelompok sebagai suatu pola pemberdayaan terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu organisasi, sumber daya, dan manajemen. 1. Organisasi Organisasi yang terlibat dalam pengembangan usaha gula merah tebu memiliki peranan masing-masing dalam menjalin kerja sama. Organisasi tersebut adalah: a. Kelompok Tani Tebu (KTB), dikembangkan dengan berbasis pada kapasitas pabrik besar hektar. Kelompok yang beranggotakan sekitar 10 petani per kelompok atau sekitar 20 ha yang berada satu hamparan, sehingga setiap pabrik dilayani oleh tiga KTB. Kelompok tani dapat berada pada tiga lokasi yang berbeda, namun semua harus dekat dengan lokasi pabrik. b. Petani adalah pemilik saham, dan pabrik sebagai suatu suatu unit usaha yang dikelola oleh wadah koperasi. c. Koperasi petani dilengkapi dengan struktur atau unsur dewan penasehat, pengurus, badan pemeriksa, manajer/karyawan, dan AD/ART. d. Bank memberikan pembiayaan kepada pabrik dan kelompok tani melalui koperasi. Koperasi bertindak sebagai badan penjamin pengembalian dana pinjaman petani kepada bank. e. Pengurus terdiri dari tiga orang yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Pengurus berasal dari masing-masing satu kelompok tani. Hal yang sama pada dewan pengawas yang terdiri dari tiga orang, satu ketua dan dua anggota. Anggota dewan pengurus berasal dari

66 52 masing-masing satu anggota kelompok tani sebagai perwakilan. Manajer bersumber dari luar yang direkrut melalui proses seleksi oleh pengurus dan dewan penasehat. Dewan penasehat bersumber dari PPL perkebunan, kepala desa, dan konsultan dari Universitas Muslim Indonesia, Makassar. 2. Sumberdaya Sumber daya yang mendukung dalam pengembangan usaha gula merah tebu ini adalah: a. Pabrik besar dengan kapasitas 20 ton tebu per hari dengan nilai investasi sekitar Rp 400 juta. Masa giling 210 hari atau setara hektar dengan produksi ton/hektar. Pabrik ini dimiliki oleh kelompok dengan sistem pemegang saham. b. Lahan yang dimiliki petani anggota berkisar 2 hektar/petani sehingga setiap pabrik akan dimiliki oleh sekitar 30 petani tebu. Petani tebu akan dikelompokkan menjadi tiga KTB yang beranggotakan sekitar 10 petani per kelompok berdasarkan hamparan kebun tebu dan masa panen/tebun yang sama. Masa panen tebu dibagi pada tiga kategori, yaitu masak awal (April-Juni), masak tengah (Juni-Agustus), dan masak akhir (Agustus-Oktober). c. Kebutuhan dana untuk pembangunan kebun adalah Rp /hektar, sementara untuk investasi pabrik Rp sudah termasuk modal kerja sekitar Rp 20 juta. Dengan demikian kebutuhan dana untuk pembangunan satu unit pabrik pengolahan gula merah beserta 60 ha lahan tebu adalah Rp Biaya investasi merupakan saham petani, sehingga setiap petani memiliki saham sekitar Rp 13,5 juta untuk setiap petani. Sedangkan biaya pembangunan kebun adalah Rp 10 juta/ha. Dengan demikian, dana yang dibutuhkan setiap petani untuk pembangunan kebun tebu dan saham di pabrik sebesar Rp 33,5 juta (Rp 20 juta untuk pembangunan kebun 2 hektar ditambah Rp 13,5 juta untuk investasi pabrik). Semua kebutuhan dana investasi ini diharapkan bersumber dari pembiayaan bank seperti BRI, BNI, dan bank lainnya yang ada di kabupaten.

67 53 Pinjaman untuk pembangunan kebun dapat diangsur sebanyak dua kali atau dua kali panen, sementara pinjaman untuk pabrik dibayar selama lima tahun, dengan masa tenggang pembayaran enam bulan setelah pinjaman digunakan untuk membangun pabrik. d. Pembangunan kebun dengan dana Rp 10 juta/hektar pinjaman dari bank digunakan untuk pengolahan tanam, penanaman, bibit, pupuk, dan pemeliharan. e. Pembangunan pabrik dengan dana Rp 400 juta digunakan untuk pabrik yang lengkap, tanah, bangunan dan modal kerja. f. Pembangunan pabrik dilakukan setelah delapan bulan tebu sudah ditanam, sehingga pinjaman petani sudah harus diterima pada bulan April dan untuk pabrik pada bulan Desember pada tahun berjalan. 3. Manajemen Sistem manajemen diperlukan agar organisasi dapat berjalan dengan baik dan tujuan organisasi dapat dicapai. Beberapa aturan yang termasuk dalam sistem manajemen dijabarkan sebagai berikut: a. Pengelolaan pabrik dilakukan dalam satu sistem manajemen yang dipisahkan dengan manajemen kebun. Kebun dikelola sendiri oleh kelompok atau petani. b. Pengelolaan pabrik dalam pengolahan tebu menjadi gula merah menggunakan sistem bagi hasil antar pabrik dan petani anggota secara individu dengan sistem persen. Pola ini dilakukan oleh pabrik gula di Sulawesi Selatan. c. Manajemen pabrik dilakukan oleh pengurus yang dibantu oleh manajer atau karyawan. Pembangunan kebun dilakukan oleh manajer bersama petani. d. Setelah selesai menanam, pemupukan pertama dan kedua, kebun diserahkan ke masing-masing anggota petani. Pengelolaan dalam bentuk pemeliharaan hingga tebang-angkut dilakukan sendiri oleh masing-masing petani. e. Penentuan jadwal tebang angkut ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan antara dewan penasehat, badan pengawas,

68 54 manajer/pegawai pabrik, dan ketua kelompok tani. Pada kesempatan ini teknis pemeliharaan (pemupukan, penyiangan, dsb.) juga dibicarakan. Koperasi Pembiayaan Pembayaran Konsultan Pabrik Gula Merah Tebu Bank Kelompok Tani 1 Masa Tanam (April-Juni) Kelompok Tani 2 Masa Tanam (Juni-Agustus) Kelompok Tani 3 Masa Tanam (Agustus-Oktober) Gambar 8. Model Kelembagaan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu 4.5. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial merupakan suatu rekomendasi berupa langkah strategis yang perlu dilakukan oleh pemilik usaha. Dirumuskan beberapa strategi yang dapat dijalankan oleh UD Julu Atia agar visi untuk menjadi eksportir gula merah terbesar di Sulawesi Selatan dapat tercapai. Berikut perumusan strategi pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu: 1. Meningkatkan produksi dan kualitas. Produksi ditingkatkan dalam rangka memenuhi kebutuhan gula merah dalam negeri sehingga dapat mengurangi impor gula. Kualitas juga perlu ditingkatkan agar produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk saingan dan mampu menjadi produk substitusi gula kristal. 2. Mengembangkan produk gula organik. Melihat permintaan masyarakat akan produk organik meningkat, diharapkan gula merah tebu dapat menjadi produk alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.

69 55 3. Meningkatkan keterampilan karyawan untuk memenuhi permintaan pasar. Hal ini dilakukan agar keterampilan karyawan meningkat sehingga kualitas dan kuantitas produkis dapat meningkat dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar yang terus bertumbuh. 4. Mencari dan mempelajari penggunaan alat-alat yang menunjang standardisasi poses produksi dan standar kualitas produk. 5. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) agar kualitas yang diinginkan oleh konsumen tercapai secara konsisten. 6. Membangun jaringan pasar lokal, antar pulau, dan ekspor untuk pemasaran produk. 7. Mendorong pengembangan integrasi tebu-sapi untuk meningkatkan produktivitas lahan dan menunjang pengembangan produk organik. 8. Mengembangkan kebun inti untuk memanfaatkan karyawan di luar masa giling. Hal ini juga sebagai bentuk antisipasi terhadap fluktuasi dari harga komoditas beras dan palawija yang dapat mengubah preferensi petani untuk menanam tebu. 9. Melakukan promosi pemasaran agar dapat mengubah preferensi konsumen dari mengkonsumsi gula kristal menjadi gula merah Tabel 22. Rekapitulasi Hasil Studi No Analisis Pembahasan 1 Aspek Pasar Potensi pasar dapat dilihat dari perkembangan konsumsi gula yang terus meningkat. Pasar yang menjadi sasaran usaha ini adalah pasar lokal, antar pulau dan ekspor. Pengembangan pasar dilakukan dengan menggunakan variabel pemasaran yang dapat dikendalikan, yaitu place, price, product, dan promotion. 2 Aspek Teknis Lokasi usaha gula merah tebu memiliki sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan usaha. Bahan baku tebu tersedia di sekitar pabrik sehingga petani sangat mudah untuk mendistribusikan hasil tebunya ke pabrik. Proses produksi gula merah dilakukan secara tradisional dengan menggunakan teknologi sederhana.

70 56 Lanjutan Tabel 22 3 Aspek Finansial NPV = Rp (Layak) Gross B/C = 1,063 (Layak) Net B/C = 3,44 (Layak) IRR = 42,37% (Layak) PR = 3,32 (Layak) PBP = 3 tahun 1 bulan 14 hari 4 Sensitivitas Usaha tidak sensitif apabila terjadi kenaikan harga 5 Aspek Manajemen dan Hukum 6 Aspek Sosial Ekonomi 7 Aspek Lingkungan 8 Kelembagaan kelompok petani BBM sebesar 33,33%. Batas toleransi penurunan kapasitas produksi minimal sebesar 11,81 ton per hari. Batas toleransi untuk rendemen tebu yang dapat digunakan adalah 6,307 persen. Batas toleransi penurunan harga jual gula merah adalah 19,67 persen. Badan usaha yang dimiliki adalah Usaha Dagang (UD). Struktur organisasinya adalah pemilik langsung membawahi manajer operasional dan tenaga kerja pabrik. Usaha ini memiliki dampak positif terhadap aspek sosial dan ekonomi. Dapat mengurangi tingkat pengangguran di daerah sekitar pabrik, meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan bagi petani tebu. Usaha gula merah tebu ini tidak menghasilkan sisa atau limbah yang dapat merusak lingkungan atau bisa dikatakan ramah lingkungan. Pengembangan gula merah tebu dapat dikelola secara efisien apabila dikembangkan dengan suatu bentuk kelembagaan. Pengembangan kelembagaan petani tebu melalui kelompok sebagai suatu pola pemberdayaan terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu organisasi, sumber daya, dan manajemen.

71 57 Lanjutan Tabel 22 9 Strategi Pengembangan Usaha Pengembangan usaha gula merah tebu dilakukan dalam rangka mewujudkan visi Pak Syam. Strategi pengembangan dirumuskan dalam implikasi manajerial.

72 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, baik dengan analisis kuantitatif dan kualitatif dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia layak untuk dijalankan berdasarkan hasil kelayakan dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi serta aspek lingkungan. 2. Analisis kelayakan finansial dengan periode usaha 10 tahun dan tingkat suku bunga 11,67 persen menghasilkan keuntungan Rp ; Gross B/C 1,063 ; Net B/C 3,44 ; IRR 42,37 persen ; Profitability Ratio 3,32 ; dan Payback Period selama 3 tahun 1 bulan 14 hari. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. 3. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha ini tidak sensitif terhadap penurunan produksi harian, penurunan persentase rendemen tebu dan penurunan harga jual gula merah tebu. Tingkat toleransi agar usaha ini tetap layak untuk dijalankan adalah produksi minimal 11,81 ton per hari, rendemen tebu minimal 6,307 persen, dan harga jual Rp Saran Pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu dapat menjadi industri yang mampu memasok bahan baku bagi pabrik gula kristal. Dilihat dari proses pengolahannya, gula merah tebu merupakan setengah proses dari gula kristal yang belum diputihkan. Penggunaan gula merah tebu sebagai bahan baku pabrik gula kristal akan menghemat biaya produksi karena pabrik gula tidak lagi menggiling tebu. Hal ini dimaksudkan agar pabrik gula kristal dapat berjalan dengan didukung oleh pabrik gula merah tebu. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang akan diperoleh pabrik gula kristal jika bahan bakunya tidak menggunakan tebu tetapi menggunakan gula merah tebu.

73 DAFTAR PUSTAKA Astuti. R.S Rubai, Eksportir Gula Merah. gula.merah. [7 Maret 2012] Badan Standardisasi Nasional (BSN) Standar Nasional Indonesia (SNI) : Gula Merah Tebu. Badan Standardisasi Nasional (BSN), Jakarta. Bank Indonesia Suku Bunga Dasar Kredit. [11 April 2012] Biro Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan Dalam Angka Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar. Dachlan, M.A Proses Pembuatan Gula Merah. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, BBIHP, Bogor. Darma, R Pengembangan Industri Gula Tebu dan Restrukturisasi Perbesaran di Sulawesi Selatan. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin, Makassar Kasmir dan Jakfar Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua.Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Ibrahim, Y Studi Kelayakan Bisnis. Rieka Cipta, Jakarta. Lhestari A.P Pengaruh Waktu Tunda Giling Tebu dan Penambahan Natrium Metabisulfit terhadap Mutu Gula Merah Tebu. Skripsi pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lensa Indonesia Permintaan Gula Merah Meningkat, Rafinasi Jadi Alternatif. [ 7 Maret 2012 ]. Narulita, R.R Peningkatan Mutu Gula Merah Tebu Melalui Penerapan Teknologi Pemasakan Sistem Uap (Studi Kasus di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah). Skripsi pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A Studi Kelayakan Bisnis. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor. Priyono, S Analisa Kondisi Usaha dan Rancang Ulang Tata Letak Industri Gula Merah Tebu (Studi Kasus di Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun). Skripsi pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rahmawati, R Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Alma Fish Farm di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor

74 60 Rosadi, H., dkk Manajemen Industri Gula. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta Rosdiansyah Permintaan Gula Merah Meningkat, Rafinasi Jadi Alternatif. [6 Maret 2012]. Sanjaya, F Peluang Ekspor Gula Merah ke Luar Negeri Sangat Besar. [11 April 2012]. Santoso, H.B Pembuatan Gula Kelapa. Penerbit Kanisius, Jakarta. Sinaga, D Studi Kelayakan Bisnis dalam Ekonomi Global. Mitra Wacana Media, Jakarta Soekarto, dkk Kajian Beberapa Jenis Penggunaan Gula Merah Untuk Industri dan Pengolahan Pangan di Indonesia. [13 April 2012] Sofyan Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta. Susila, W.R Dinamika Impor Gula Indonesia: Sebuah Analisis Kebijakan. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. [13 April 2012] Umar, H Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3 Revisi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Utami, M.F Studi Pengembangan Usaha Gula Merah Tebu di Kabupaten Rembang (Studi Kasus di Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang). Skripsi pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tebu. [24 Februari 2012] Ganti Pemanis Anda dengan Gula Jawa. [11 April 2012] Gula-Merah-Terbuka-Lebar Peluang Ekspor Gula Merah Tebu Terbuka Lebar. [13 April 2012] UMR 2012 Seluruh Indonesia. [27 Maret 2012]

75 LAMPIRAN

76 62 Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Apa visi misi dari usaha? 2. Profil perusahaan 3. Luas lahan 4. Dari mana modal untuk memulai usaha? 5. Produk apa yang dipasarkan? 6. Target konsumen 7. Sarana apa saja yang tersedia? 8. Berapa harga jual yang ditetapkan? 9. Berapa kapasitas produksi? 10. Jumlah tenaga kerja 11. Berapa gaji karyawan perbulan? 12. Bagaimana sistem pembayarannya? 13. Bagaimana promosi produk? 14. Apa permasalahan dalam usaha? 15. Bagaimana solusinya? 16. Berapa penjualan dari tahun sebelumnya? 17. Target pasar? 18. Proses produksi 19. Bagaimana model kelembagaan yang melibatkan kelompok petani tebu dalam usaha? 20. Aspek Kelayakan Finansial (proyeksi selama 10 tahun kedepan) a. Proyeksi penerimaan b. Inflow 1. Penjualan tebu 2. Penjualan gula merah c. Outflow a. Biaya Investasi (peralatan dan perlengkapan) b. Biaya tetap c. Biaya variabel( bahan baku dan tenaga kerja) 21. Aspek Kelayakan nonfinansial a. Aspek pasar 1. Penjualan selama setahun 2. Harga jual b. Aspek teknis 1. Lokasi usaha 2. Teknik pengolahan tebu 3. Pasca panen 4. Peralatan dan fasilitas yang digunakan c. Aspek manajemen dan hukum 1. Perizinan dan legalitas badan hukum usaha

77 Lanjutan Lampiran 1 2. Struktur organisasi 3. Kepemilikan 4. Deskripsi pekerjaan 5. Sistem kompensasi 6. Sistem penerimaan tenaga kerja d. Aspek sosial dan ekonomi e. Aspek lingkungan 1. Limbah yang dihasilkan dari sisa pengolahan 63

78 Lampiran 2. Rencana Kebutuhan Fisik Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu KEBUTUHAN FISIK PABRIK PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU No ITEM Tahun ke Satuan A. BANGUNAN 1 Lahan m Bangunan Pabrik m Gudang m B. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN 1 Peralatan a Tungku Unit 1 b Wajan Baja Unit 9 c Mesin Penggerak Unit 1 d Mesin Pemeras Unit 1 e Mesin Pemutar Unit 1 f 1 set Penampung nira tebu Unit 1 g Timbangan Unit Perlengkapan a Gayung Penyaring Unit b Lemari Unit 2 c Ember Unit d Kipas Angin Unit 2 2 e Tenda Unit 2 2 g Parang Unit 4 4 h Cetakan Unit

79 Lanjutan Lampiran 2 No ITEM Tahun ke satuan C BAHAN BAKU PRODUKSI A Tebu ton B Packaging roll D LAIN-LAIN a Bahan Bakar (Solar) liter b Oli liter c Listrik bulan d Telepon bulan e Perawatan bulan E TENAGA KERJA a Manager Operasional orang b Teknis Mesin orang c Pemeras Tebu orang d Pemasakan orang e Pencetakan orang f Packaging orang

80 Lampiran 3. Index Harga Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu INDEX HARGA PABRIK PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU (Ribuan) Tahun Item Satuan No A Bangunan Lahan Rp/m 2 56 Bangunan Pabrik Rp/m Gudang Rp/m B Peralatan dan Perlengkapan Peralatan Tungku Rp/unit Wajan Baja Rp/unit Mesin Penggerak (23pka) Rp/unit Mesin Pemeras Rp/unit Mesin Pemutar Rp/unit set Penampung nira tebu Rp/unit Timbangan Rp/unit Perlengkapan Gayung Penyaring Rp/unit Lemari Rp/unit 200 Ember Rp/unit Kipas Angin Rp/unit Tenda Rp/unit Parang Rp/unit Cetakan Rp/unit

81 Lanjutan Lampiran 3 Item No C Bahan Baku Produksi Satuan Tahun Tebu rupiah/ton Packaging rupiah/roll D Biaya Lain-Lain Bahan Bakar (Solar) rupiah/liter Oli rupiah/liter Listrik rupiah/bulan Telepon rupiah/bulan Perawatan rupiah/bulan E Tenaga Kerja Manager Operasional rupiah/orang Teknis Mesin rupiah/orang Pemeras Tebu rupiah/orang Pemasakan rupiah/orang Pencetakan rupiah/orang Packaging rupiah/orang

82 Lampiran 4. Rancangan Anggaran Biaya Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu RANCANGAN ANGGARAN BIAYA PABRIK PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU (Jutaan) Tahun ke No Item Satuan A Bangunan Rp 50 Lahan Rp 125 Bangunan Pabrik Rp 75 Gudang B Peralatan dan Perlengkapan Peralatan Rp 20 Tungku Rp 13 Wajan Baja Rp 23 Mesin Penggerak (23pka) Rp 60 Mesin Pemeras Rp 5 5 Mesin Pemutar Rp 3 1 set Penampung nira tebu Rp 3 3 Timbangan Perlengkapan Gayung Penyaring Rp Lemari Rp Ember Rp Kipas Angin Rp Tenda Rp

83 Lanjutan Lampiran 4 No Item Satuan Tahun ke Parang Rp Cetakan Rp C Bahan Baku Produksi Tebu Rp Packaging D Biaya Lain-Lain Bahan Bakar (Solar) Rp Oli Rp Listrik Rp Telepon Rp Perawatan Rp E Tenaga Kerja Manager Operasional Rp Teknis Mesin Rp Pemeras Tebu Rp Pemasakan Rp Pencetakan Rp Packaging Rp

84 Lampiran 5. Rekapitulasi Biaya Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Rekapitulasi Biaya (dalam Ribuan) NO ITEM Tahun A FIXED COST (FC) Oli Listrik Telepon Perawatan Pajak Bumi dan Bangunan TOTAL FC B VARIABEL COST (VC) Bahan Bakar (Solar) Biaya Bahan Baku Tenaga Kerja TOTAL VC FC+VC

85 Lampiran 6. Penyusutan Aset Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu JENIS ASSET NILAI NILAI AKHIR TERKENA AWAL NO (10%x NAA) BIAYA PENYUSUTAN ASSET UMUR EKONOMI BIAYA PENYUSUTAN (Rp/THN) NILAI SISA PADA TAHUN KE 10 1 Bangunan Pabrik Gudang Tungku Wajan Baja Mesin Penggerak Mesin Pemeras Penampung Nira Tebu Lahan TOTAL Rp Rp

86 Lampiran 7. Tingkat Suku Bunga Pinjaman Bank (Februari 2012) No. Bank Suku Bunga Pinjaman No. Bank Suku Bunga Pinjaman 1 Mandiri 12.50% 10 Sinarmas 10.99% 2 BNI 12.95% 11 Danamon 13% 3 BRI 11.75% 12 Permata 10.75% 4 Artha Graha 12.78% 13 BII 11.03% 5 BCA 10.50% 14 BTN 10.37% 6 Bukopin 12.90% 15 CITI 8.25% 7 Panin 10.77% 16 NISP 10.50% 8 Mega 17.75% 17 HSBC 9.50% 9 CIMB Niaga 11.25% 18 Mutiara 12.50% Rata-Rata 11,67% Sumber: Bank Indonesia,

87 Lampiran 8. Anuitas Pengembalian Pinjaman Modal Investasi Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu BUNGA BANK & PENGEMBALIAN PINJAMAN POKOK Pinjaman untuk Modal Investasi Jumlah Angsuran 60 Rate Suku Bunga 11,67% Angsuran Angsuran Angsuran Total Sisa Ke Pokok Bunga Angsuran Pinjaman , ,320, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,88 (0.00) 73

88 Lampiran 9. Anuitas Pengembalian Pinjaman Modal Kerja Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu BUNGA BANK & PENGEMBALIAN PINJAMAN POKOK Pinjaman untuk Modal Kerja Jumlah Angsuran 24 Rate Suku Bunga 11,67% Angsuran Angsuran Angsuran Total Sisa Ke Pokok Bunga Angsuran Pinjaman , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,68 (0.00) 74

89 Lampiran 10. Pajak Bumi dan Bangunan UU. NO 28 Tahun 2009 PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Tarif 0.2%) NJOP BUMI NJOP BANGUNAN NJOP TOTAL NJOPTKP NJKP PBB 0.2% x TARIF

90 Lampiran 11. Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu N O URAIAN Operational Cost 0 (OC) 1 INVESTASI + OC + KREDIT BANK =(TC) ; (= Ci.) PAJAK 2 Penghasilan TC (=Ci.) + 3 PAJAK PENERIMAAN 4 KOTOR (GROSS) FAKTOR 5 DISKONTO; DF (n, r=11.67%) 6 PV OC TAHUN ANALISA ,00 0,89 0,79 0,71 0,63 0,56 0,50 0,45 0,40 0,35 0, , , , , , , , , ,97 293, ,01 7 PV TC , , , , , , , , ,77 293, ,91 8 PV (TC + PAJAK) , , , , , , , , ,95 323, ,02 9 PV Penerimaan Kotor= (PVBi) , , , , , , , , , ,37 10 Jumlah Kumulatif ,556, , ,963, , , , ,1 dari (PVBi) , , PV NET 11 BENEFIT=(PVNb i) , , , , , , , , , ,82 12 Jumlah Kumulatif dari (PVNBi) , , , , , , , , , ,39 76

91 Lampiran 12. Gross B/C, Net B/C, IRR Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Gross B/C, Net B/C, IRR Tahun Total Biaya Total Benefit DF(11,67%) PV Biaya PV Manfaat , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,93 TOTAL , ,23 Gross B/C Net B/C 3.44 IRR 42.37% 77

92 78 Lampiran 13. Profitability Ratio Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Profitability Ratio JUM GBi. = ,23 JUM OMi.= ,78 JUM TI = Total Investasi ,06 PR (Jumlah Gbi-Jumlah OMi)/Jumlah Ti PR 3,32 Lampiran 14. Payback Period Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Tahun Investasi Net Benefit Kumulatif Net Benefit , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,44 PBP= 3+( ,47)/( ,45/ ,47)= 3.12 Lampiran 15. Perhitungan Kelayakan Finansial Secara Manual 1. NPV =,, = Rp ,23 Rp ,84 = Rp

93 79 Lanjutan Lampiran Gross B/C Ratio = =,, = 1, Net B/C Ratio = =,, =..., R...., R... R... = 3,44 4. Internal Rate of Return = + ( R... = 40% + x (50%- R... R... 40%) = 42,37% 5. Profitability Ratio = = R...., R...., R..., = 3,32 6. Payback Period = = 3 R... R..., R..., R..., = 3,14 tahun (3 tahun 1 bulan 14 hari) 7. Switching Value a. Penurunan Kapasitas Produksi + ( = 20% + (26,67%-20%) = 21,26% b. Penurunan Rendemen Tebu + ( = 6% + R... R... R... x R... R... R... x (6%- 7%) = 6,307% c. Penurunan Harga Jual + R... ( = 10% + x (20%- R... R... 10%) = 19,67%

94 Lampiran 16. Dokumentasi 80

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun Produksi Impor

I. PENDAHULUAN. Tahun Produksi Impor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena tergolong dalam kelompok bahan pokok untuk konsumsi seharihari. Pada tahun 2010, total konsumsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha UD Julu Atia adalah usaha pengolahan gula merah tebu yang terletak di Desa Patene, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 20 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bogor merupakan salah satu kota wisata yang perlu mengembangkan wisata lainnya, salah satunya adalah wisata Batik. Batik merupakan warisan Indonesia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan pengembangan bisnis merupakan suatu analisis mendalam mengenai aspek-aspek bisnis yang akan atau sedang dijalankan, untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

9 Universitas Indonesia

9 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan atau feasibility study adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi, salah satunya dengan menerapkan teknologi Enhanched Oil Recovery (EOR) pada lapangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H 1 ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK CAIR (KASUS PT MULYO TANI SALATIGA-JAWA TENGAH) Oleh: Windi Widiastuti H

STUDI KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK CAIR (KASUS PT MULYO TANI SALATIGA-JAWA TENGAH) Oleh: Windi Widiastuti H STUDI KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK CAIR (KASUS PT MULYO TANI SALATIGA-JAWA TENGAH) Oleh: Windi Widiastuti H24104093 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DITINJAU DARI ASPEK PENAMBAHAN MODAL PADA USAHA TAHU MULYADI KUDUS

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DITINJAU DARI ASPEK PENAMBAHAN MODAL PADA USAHA TAHU MULYADI KUDUS ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DITINJAU DARI ASPEK PENAMBAHAN MODAL PADA USAHA TAHU MULYADI KUDUS Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata satu (S1) pada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha 4.1.1 Sejarah Perusahaan UKM Flamboyan adalah salah satu usaha kecil menengah yang mengolah bahan pertanian menjadi berbagai macam produk makanan olahan.

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON

PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK Ronald

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, penulis akan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan proses pengerjaan penelitian ini. Antara lain berkenaan dengan latar belakang penelitian, identifikasi

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN (Studi Kasus : Produksi Ditcher Lengan Ayun Untuk Saluran Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu Lahan Kering) Oleh: KETSIA APRILIANNY LAYA F14102099

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE TUGAS AKHIR OLEH : NI PUTU FITRI MAHA INDRAWATI ( 1004105083) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 UCAPAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH PADI BERSERTIFIKAT (STUDI KASUS PT CITRA AGRO INDONESIA, PONOROGO) Oleh KIKI SETYA DEWI H

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH PADI BERSERTIFIKAT (STUDI KASUS PT CITRA AGRO INDONESIA, PONOROGO) Oleh KIKI SETYA DEWI H ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH PADI BERSERTIFIKAT (STUDI KASUS PT CITRA AGRO INDONESIA, PONOROGO) Oleh KIKI SETYA DEWI H24104088 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Premium merupakan jenis bahan bakar minyak yang digunakan pada sektor transportasi, khususnya transportasi darat baik itu digunakan pada kendaraan pribadi maupun kendaraan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT. Oleh: VIDY HARYANTI F

ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT. Oleh: VIDY HARYANTI F ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT Oleh: VIDY HARYANTI F14104067 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Menurut Brockhouse dan Wadsworth (2010:1) studi kelayakan adalah alat yang digunakan dalam proses pengembangan bisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENGADAAN MESIN CETAK OFFSET SEPARASI PADA PERCETAKAN PT PATENT PROCESS

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENGADAAN MESIN CETAK OFFSET SEPARASI PADA PERCETAKAN PT PATENT PROCESS ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENGADAAN MESIN CETAK OFFSET SEPARASI PADA PERCETAKAN PT PATENT PROCESS Gideon Hansen - 0600659515 ABSTRAK Penulisan skripsi ini membahas mengenai rencana pengadaan mesin cetak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci