BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Sosial

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidak bahagiaan, sehingga

Koping individu tidak efektif

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

Usia yang Tinggal di Panti Werdha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu atau Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak dapat diulang kembali. Hal-hal yang terjadi dimasa awal perkembangan individu akan memberikan pengaruh terhadap tahap-tahap selanjutnya. Salah satu tahap yang akan dilalui oleh individu tersebut adalah masa lanjut usia atau sering disebut lansia (Setiawan B.M, 2013). WHO dan Undang-undang RI no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa lanjut usia adalah mereka yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Perubahan-perubahan dalam kehidupan yang harus dihadapi oleh individu usia lanjut khususnya berpotensi menjadi tekanan dalam hidup karena menjadi tua adalah sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan, ketidakberdayaan, kemunduran terutama pada fungsi-fungsi fisik, sosial, ekonomi, psikologi, dan munculnya penyakit-penyakit. Pada masa ini manusia berpotensi mempunyai masalah-masalah kesehatan umum, kesehatan jiwa, maupun masalah sosialisasi dalam masyarakat (Padila, 2013). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan 1

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis (Nugroho, 2012). Pada waktu seseorang memasuki masa lanjut usia, terjadi berbagai perubahan semua perubahan sistem tubuh pada lansia akibat proses menua mengakibatkan lansia mengalami penurunan kemampuan aktivitas fisik dan baik yang bersifat fisik, mental, maupun sosial. Perubahan yang bersifat fisk antara lain adalah penurunan kekuatan fisik, stamina, dan penampilan. Hal ini dapat menyebabkan beberapa orang menjadi depresif atau merasa tidak senang saat memasuki masa usia lanjut. Mereka menjadi tidak efektif dalam pekerjaan dan peran sosial, jika mereka bergantung pada energi fisik yang sekarang tidak dimilikinya lagi. Sebaliknya, mereka harus lebih menekankan kemampuan berpikir dari pada kemampuan fisik dalam memecahkan masalah. Jadi, yang terpenting bagi orang lanjut usia, adalah mengalihkan kemampuan fisik pada kemampuan mental atau kebijaksanaan dalam perilakunya (Indriana, 2012). Perubahan penampilan fisik yang tidak diinginkan, sehingga lansia tidak produktif lagi secara sosial dan ekonomi. Keadaan ini merupakan suatu stressor yang dapat menimbulkan perasaan negatif bagi lansia yakni perasaaan tidak berdaya, tidak berguna, frustasi, putus asa, sedih dan perasaan terisolasi, sehingga lansia akan meminimalkan interaksi dengan orang lain. Apalagi ditambah dengan masalah financial juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Teori sosiokultural menyatakan bahwa dalam proses menua akan terjadi teori pembebasan yang menjelaskan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang 2

berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda yang meliputi kehilangan peran, hambatan kontak sosial, dan berkurangnya komitmen (Padilla, 2013). Perubahan sosial yang terjadi pada orang lanjut usia antara lain terjadinya penurunan aktivitas, juga menurunnya keterikatan sosial maupun psikologis. Aktivitas yang menurun pada masa lanjut usia, biasanya berkaitan dengan menurunnya kemampuan fisik dibanding usia-usia sebelumnya. Keterikatan sosial yang mengalami penurunan misalnya, interaksi antara orang lanjut usia dengan orang-orang yang ditemuinnya dalam kehidupan sehari-hari (Indriana, 2012). Menurut Ebersole, dkk, 2005, Dalam Masithoh, 2010. Perubahan sosial yang dapat dialami lansia adalah perubahan status dan perannya dalam kelompok atau masyarakat, kehilangan pasangan hidup, serta kehilangan sistem dukungan dari keluarga teman dan tetangga. Lansia yang tidak siap dengan perubahan fisik, sosial, financial, akan sangat berdampak pada perubahan psikologisnya. Salah satu penyebab adanya penyakit fisik yang serius khususnya yang berkaitan dengan otak serta tinggal di tempat khusus seperti panti sosial dapat mengakibatkan lansia mengalami perubahan periaku Perubahan perilaku yang berkaitan dengan emosi berupa perasaan sedih, takut, marah, frustasi, merasa bersalah, merasa tidak berdaya dan merasa tidak berguna. Perubahan ini merupakan indikator adanya masalah psikososial pada lansia. Menurut Padila tahun 2013 di seluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan mencapai 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun, dan diperkirakan 3

pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliyar. Begitu juga di Indonesia lanjut usia mengalami peningkatan secara cepat setiap tahunnya. Peningkatan pertambahan penduduk lansia ini mulai dirasakan sejak tahun 2000 yaitu jumlah lansia 14,439,567 juta orang dengan peningkatan 7,18% dengan usia harapan hidup 64,5 tahun, pada tahun 2006 jumlah lansia 19 juta orang dengan peningkatan sekitar 8,90% dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 23,9 jiwa dengan peningkatan 9,77% dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta orang dengan peningkatan sekitar 11,34%. Berdasarkan data yang ada di Provinsi Gorontalo jumlah penduduk lansia pada tahun 2013 mencapai 42,254 jiwa yang berumur 60 tahun keatas. Menurut Departemen Sosial RI (2010), upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan kesejahteraan pada lanjut usia khususnya pada lanjut usia yang terlantar salah satunya dengan program pelayanan dalam panti social tresna werdha dengan harapan lanjut usia dapat menikmati hidupnya dengan rasa aman, tentram lahir dan batin. Panti werdha menurut Departemen Sosial RI (2010) merupakan unit pelaksana teknis dibidang pembinaan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti makanan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial, mental serta agama, sehingga lansia dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin. Selain dampak positif yang ditimbulkan oleh panti, juga terdapat kondisi bahwa didalam panti dimana hubungan antar individu 4

sangat renggang membuat hidupnya terasa sepi. Semua kegiatan telah diatur dan mobilitas setiap individu dibatasi, interaksi sosial terbatas dan terdapat jarak antara penghuni dan staf, terlebih lagi bila hubungan antara lansia dan keluarganya terputus sama sekali sejak ia masuk panti, sehingga lansia merasa bahwa hidupnya dipanti benar-benar merupakan bentuk isolasi sosial terhadap dirinya. Berdasarkan hasil pengambilan data awal yang dilakukan pada tanggal 2 Maret 2015 di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo, didapatkan data bahwa panti sosial ini memliki 35 penghuni lansia, 29 lansia wanita dan 6 lansia pria. Saat pengambilan data awal, latar belakang masalah yang dialami lansia dipanti ini sehingga harus tinggal dipanti adalah karena faktor ekonomi keluarganya yang miskin dan juga terlantar tidak ada sanak keluarga oleh karena itu banyak lansia dipanti yang tidak mendapat kunjungan dari keluarganya. Ada beberapa lansia yang ketika diajak berbicara dan berkenalan hanya diam dan tersenyum, dan ada lagi lansia yang ketika ditanyakan apakah sering berkenalan atau berbincang-bincang dengan teman sekamar atau yang berada dipanti, lansia menjawab kadang-kadang saja dan bahkan ada yang tidak. Menurut Stuart Dan Sundenn tahun 2005; Surtiningrum, 2011; dalam Hasriana dkk, 2013 bahwa pemutusan proses hubungan terkait dengan ketidakmampuan individu terhadap hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon lingkungan yang negatif. Ketidakmampuan individu dalam mempertahankan hubungan interpersonal yang positif dapat mengakibatkan stres. Stres yang meningkat dapat mengakibatkan reaksi yang negatif dan dapat 5

mengakibatkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menurunkan produktivitas individu tersebut, hal ini dapat mengakibatkan munculnya gejala gangguan kesadaran dan gangguan perhatian. Kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan psikiatri atau gangguan jiwa. Pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan di panti sosial ini masih bersifat pada pemenuhan kebutuhan dasar lansia seperti pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, dan aktifitas serta pemeriksaan kesehatan umum, sedangkan pelayanan keperawatan psikososial seperti melatih kemampuan sosialisasi untuk meningkatkan hubungan interpersonal lansia masih kurang dan belum adanya bentuk terapi seperti terapi aktivitas kelompok yang dapat membantu dan memfasilitasi klien untuk mampu bersosialisasi. Mengingat dampak psikologis yang dapat terjadi pada lansia, maka harus dilakukaan pencegahan terjadinya masalah psikologis lansia yang dapat mengarah pada gangguan kesehatan jiwanya. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekolompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok tersebut akan terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang maladaptif (Keliat, 2004). Menurut Keliat dan Akemat, (2005) terapi kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/presepsi, terapi aktivitas 6

kelompok stimulus sensori, terapi aktivitas kelompok orientasi realitas, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien untuk mampu bersosialisasi secara bertahap. Berbagai riset telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi untuk masalah kesehatan jiwa salah satunya untuk kesehatan jiwa lansia, seperti penelitian yang dilakuakan Akbar, dkk, (2014) tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap peningkatan konsep diri pada klien lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa dengan hasil penelitian terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialiasasi terhadap peningkatan konsep diri lansia. Hasriana, dkk, (2013) tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan bersosialisasi pada klien isolasi sosial menarik diri di rumah sakit khusus daerah Provinsi Sulawesi Selatan dengan hasil penelitian terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien berinteraksi sosial sesudah dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Berdasarkan data awal yang didapatkan, teori, dan penelitian terkait diatas, peneliti menyimpulkan perlu diadakannya penelitian mengenai Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi lansia. Untuk mencegah masalah psikologis yang dapat mengarah pada gangguan kesehatan jiwa lansia karena kurangnya kemampuan sosialisasi lansia dengan 7

lingkungan, maka tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi aktivitas kelompok sosialisasi. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, Identifikasi masalah yaitu : 1. Terdapat 10 lansia yang mengalami masalah dalam interaksi sosial yang akan berdampak pada kemampuan sosialisasinya. 2. Masalah yang dialami lansia sehingga harus tinggal dipanti karena faktor ekonomi keluarga yang miskin dan lansia terlantar oleh karena itu banyak lansia yang tidak mendapat kunjungan dari keluarganya sehingga interaksi sosial lansia dan keluarga berkurang bahkan tidak ada. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu: 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan sosialisasi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo sebelum dan sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok sosialisasi? 2. Apakah ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisai lansia di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo? 8

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha ILOMATA Kota Gorontalo. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Menganalisis kemampuan sosialisasi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo sebelum dan sesudah dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. 2. Menganalisis pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi lansia di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu keperawatan tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi lansia. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi lansia Diharapkan dapat membantu lansia untuk kembali dapat berinteraksi sosial dan berkomunikasi dengan lingkungannya. 9

2. Bagi Panti Sosial Diharapkan bagi panti sosial dapat memberikan masukan dan tambahan informasi dalam pemberian pengasuhan bagi para lansia dipanti. 3. Bagi Prodi Jurusan Keperawatan Diharapkan dapat memberikan informasi kepada prodi S1 Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo dan dapat dijadikan dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat peneliti selanjutnya dengan variabel dan metedeologi yang berbeda. 4. Bagi Peneliti Lain Diharapkan dapat dijadikan aplikasi penerapan ilmu pengetahuan yang didapatkan dibangku kulia, pengalaman belajar dilapangan dan dapat meningkatkan dan menambah pengetahuan, pemahaman, wawasan peneliti tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi lansia. 10