BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandara tersibuk urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International (ACI) dengan jumlah penumpang pesawat terbang sebesar 57,221,169 penumpang. Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang berlokasi di Cengkareng, Jakarta selalu menduduki posisi 20 besar teratas sebagai bandara tersibuk dari beberapa tahun sebelumnya. Bandara ini merupakan bagian dari PT Angkasa Pura II disamping bandar udara lainnya seperti Bandara Internasional Kuala Namu, Bandara Halim Perdana Kusuma dan sebagainya. Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki kapasitas sebesar 26,000,000 penumpang dengan check-in counter sebanyak 180 gerai. Bandara ini juga mampumenangani 74 penerbangan per jam. Menurut Tri, Ditjen Perhubungan Udara dan Indonesia Slot Coordinator (IDSC), kemampuan ini akan ditingkatkan menjadi 86 penerbangan per jam pada Juni 2015 untuk memenuhi pengoperasian bandara yang optimal. Hal ini dinyatakan dalam harian Kompas pada tanggal 30 Januari 2014. Berdasarkan laporan tahunan yang dimiliki oleh PT Angkasa Pura II pada tahun 2013 terdapat 647,343 pergerakan pesawat dan 86,341,507 pergerakan penumpang. 1
2 Tabel 1.1 Data Pergerakan Pesawat, Penumpang dan Kargo PT Angkasa Pura II Tahun 2009-2013 Sumber: PT Angkasa Pura II Dilihat dari banyaknya pergerakan penumpang sebesar 86,341,507 penumpang dan kemampuan bandara yang hanya dapat menampung sebesar 26,000,000 penumpang, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penumpang melebihi kapasitas yang dimiliki. Oleh karena itu, telah dilaksanakan pembangunan infrastruktur. Selain dari segi infrastruktur yang diperhatikan, bagaimanakah bandara ini dapat menangani bagasi penumpang secara efisien sehingga tidak terdapat delay atau keterlambatan terhadap bagasi penumpang yang akan mempengaruhi kepuasan dari pengguna pesawat terbang. Penanganan bagasi pada saat check-in, merupakan sesuatu yang terjadi ketika penumpang menitipkan bagasinya kemudian petugas check-in akan mendata penumpang tersebut dan membuat print out berupa nomor barcode yang akan dipasang pada bagasi tersebut. Kemudian akan diberikan pula nomor barcode dibelakang tiket yang akan digunakan pada saat kedatangan di bagage claim area kemudian nomor barcode tersebut akan dicocokan dengan nomor barcode yang tertempel pada bagasi untuk menghindari kemungkinan tertukarnya bagasi dengan penumpang lainnya. Menurut informasi terkait miss-handling baggage berdasarkan SITA pada tahun 2015, memberikan informasi bahwa di dunia terdapat 187 bandara
3 dan pada tahun 2014 terdapat 2,800,000 bagasi yang mengalami kesalahan penanganan. Hal ini menyebabkan pengeluaran biaya sebasar 2,010,000,000 USD pada tahun 2013. Gambar 1.1 Miss-handling Baggage Periode 2007-2013 Sumber: SITA Dari hasil data tersebut menunjukkan bahwa dengan jumlah penumpang yang kian meningkat dan banyaknya bagasi yang ditangani akan mengakibatkan pengeluaran yang besar dalam menangani kesalahan yang terjadi. Selain itu, dari segi pengguna jasa pesawat terbang, berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari internet bahwa sistem penangan bagasi di bandara Internasional Soekarno-Hatta masih perlu ditingkatkan. Keluhan ini berupa padatnya lokasi check-in counter dan pengambilan bagasi yang sangat lama pada claim baggage area.
4 Gambar 1.2 Lokasi Check-in Counter Bandara Internasional Soekarno-Hatta Sumber: Viva News Gambar 1.3 Pengambilan Bagasi Pada Claim Baggage Area di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Sumber: http//www.skyscrapercity.com Cepat ataukah lambatnya bagasi dapat diterima oleh penumpang penumpang setelah keluar dari pesawat dapat menunjukkan bagaimana kualitas sistem penanganan bagasi itu sendiri. Demikian juga saat departure, penanganan bagasi harus selesai dalam sejumlah waktu yang telah ditentukan sebelum keberangkatan pesawat di mana hal ini masih belum dapat diterapkan dengan baik oleh masing-masing maskapai penerbangan.
5 Penanganan bagasi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dilakukan oleh PT Gapura Angkasa yang merupakan perusahaan yang ahli dalam menganani bagasi penumpang pesawat terbang dari 11 perusahaan penerbangan asing yang ada di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. PT Gapura Angkasa memiliki jasa ground handling yang profesional dan sesuai standar yang dikeluarkan oleh IATA. PT Gapura Angkasa awalnya dibangun karena menyadari dibutuhkannya penanganan bagasi yang lebih profesional yang didirikan oleh PT Garuda Indonesia, PT Angkasa Pura II dan PT Angkasa Pura I. Adapun airlines yang ditangani seperti China Airlines, China Southern Airlines, Korean Airlines, Thai Airways, Malaysian Airlines, Japan Airlines, Royal Brunei Airlines, domestik airlines yaitu Garuda Airways dan lain-lain. Perusahaan ini sehari-hari dapat melayani kurang lebih 180 penerbangan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Beberapa bandara di dunia sendiri telah menerapkan sistem penanganan bagasi dengan teknologi RFID yang telah diyakini menjadi metode yang paling efisien. Bandara tersebut diantaranya adalah Hongkong International Airport, Milano Malpensa Airport Itali, Libon Airport Portugal dan Aalborg International Airport Denmark. Di Indonesia pula telah diterapkan sistem RFID pada sistem penanganan bagasi Bandara Kuala Namu, Medan yang berbeda dari sistem yang dilakukan oleh PT Gapura Angkasa. Definisi dari efisiensi sendiri adalah pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa. Dalam kasus
6 penanganan bagasi ini akan dilakukakan dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) untuk menilai efisiensi Bandara Internasional Soekarno-Hatta saat ini. DEA adalah sebuah metode optimasi program matematika yang dipergunakan untuk mengukur efisiensi teknis suatu unit kegiatan ekonomi (UKE) dan membandingkan secara relatif terhadap UKE lain. Berdasarkan pada penelitian ini, akan menganalisa efisiensi sistem penanganan bagasi tiap-tiap airlines dengan judul PENGUKURAN EFISIENSI SISTEM PENANGANAN BAGASI PENGGUNA PESAWAT TERBANG DI TERMINAL 2 BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS PADA PT GAPURA ANGKASA). B. Rumusan Masalah Penelitian Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat efisiensi sistem penanganan bagasi setiap penerbangan pada tiap-tiap airlines di Bandara Internasional Soekarno- Hatta khususnya Terminal 2? Berapa banyak penerbangan dengan sistem penanganan bagasi yang sudah efisien? 2. Bagaimana optimalisasi penanganan bagasi baik dari jumlah check-in counter dan durasi delivery baggage?
7 C. Pembatasan Masalah Sistem penanganan bagasi yang diteliti adalah sistem penanganan bagasi dari Maskapai Penerbangan Asing (MPA) departure area di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta khususnya pada Terminal 2 yang penanganannya dilakukan oleh PT Gapura Angkasa. D. Tujuan Penelitian dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui tingkat efisiensi sistem penanganan bagasi setiap penerbangan pada tiap-tiap airlines. Untuk mengetahui berapa banyak penerbangan tiap-tiap airlines PT Gapura Angkasa yang sudah efisien. b. Untuk mengetahui optimalisasi penanganan bagasi baik dari jumlah check-in counter dan durasi delivery baggage demi mencapai efisiensi yang maksimal. 2. Kontribusi Penelitian Adapun kontribusi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kontribusi praktik Mengetahui besarnya tingkat efisiensi tiap airlines dalam sistem penanganan bagasi penumpang pesawat terbang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, sehingga dapat diketahui apakah sistem yang dijalankan telah efisiensi bagi masing-masing airlines.
8 b. Kontribusi kebijakan Bagi perusahaan, sebagai arah dalam meminimalkan input dan memaksimalkan output. Bagi airlines, sebagai bahan pertimbangan dalam pencapaian kepuasan pengguna airlines dalam hal penanganan bagasi. Bagi bandara, sebagai bahan pertimbangan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan bandara khususnya bagasi penumpang bagian penerbangan. Bagi universitas, sebagai referensi di perpustakaan untuk menambah pengetahuan. Bagi pemerintah, sebagai gambaran untuk meningkatkan pelayanan khususnya terhadap wisatawan asing yang datang ataupun meninggalkan Indonesia sebagai gerbang utama dan terakhir pencitraan Indonesia.