BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Roda Gigi

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB II DASAR TEORI 2.1 Traktor 2.2 Kekuatan Bahan Definisi

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang mesin pemasta coklat dengan hasil perancangan sesuai kebutuhan.

PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR. Dwi Cahyo Prabowo Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH RIKO PRIANDHANY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LADASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV. ANALISA PERANCANGAN

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Presentasi Tugas Akhir

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.

Oleh : FERLY ARDIANSYAH Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB 4 ANALISIS TEKNIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

NANANG ISMAIL FAHMI JURUSAN TEKNIK MESIN. Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST. MEng TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

DAYA PADA MESIN PENGADUK SERBUK TIRAM PUTIH OLEH : MUHAMMAD FATHONI ENDRIAWAN

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

PERANCANGAN MESIN BOR RADIAL VERTIKAL

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK

BAB IV TURBIN UAP. Secara umum, sebuah turbin uap secara prinsip terdiri dari dua komponen berikut:

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Udara. Bahan Bakar. Generator Kopel Kompresor Turbin

POROS dengan BEBAN PUNTIR

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II LANDASAN TEORI

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

` Gambar 2.1 Nasi Goreng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang

ANALISA PERANCANGAN TURBIN VORTEX DENGAN CASING BERPENAMPANG SPIRAL DAN LINGKARAN DENGAN 3 VARIASI DIMENSI SUDU

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

PERANCANGAN RODA GIGI LURUS, RODA GIGI MIRING DAN RODA GIGI KERUCUT LURUS BERBASIS PROGRAM KOMPUTASI

Tujuan Pembelajaran:

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

Perancangan Sistem Transmisi Untuk Penerapan Energi Laut

PERANCANGAN POROS TRANSMISI DENGAN DAYA 100 HP

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI BAHAN LIMBAH PLASTIK. Oleh:

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

TRANSMISI RANTAI ROL

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

Transkripsi:

BAB III ETODOLOGI PEELITIA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam mengkaji teoritis kekuatan gear box hand tractor. 3.1 etode Penyelesaian asalah Dalam mengkaji teoritis kekuatan gear box hand tractor, diperlukan suatu rencana tahapan penelitian yang disusun secara sistematis. Hal ini bertujuan agar penelitian yang ada dapat dirumuskan dengan benar. etoda penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan tugas akhir ini akan dijelaskan pada diagram alir sebagai berikut : Gambar 3.1. etodologi Analisa Hand Tractor Gear Box 33

3. enghitung Daya Pembajakan Dari gambar teknik mesin diketahui : Jumlah gigi : 1 = 16; = 30; 3= 16; 4= 40; 5= 16; 6= 40; 7= 16; 8= 34. Putaran poros input = 1100 rpm Diameter roda traktor = 0,8 m Langkah pertama untuk menghitung daya pembajakan adalah mencari rasio gear box, putaran roda dan torsi. 3..1 Rasio Gear Box Untuk mencari rasio gear box dapat dicari dengan persamaan (.6). R 1 30 40 40 34 R 16 16 16 16 R 4,9 4 3 6 5 8 7 3.. Putaran Roda Traktor n n n Roda Roda Roda 3..3 Torsi n R 1100 4,9 44,17 rpm Torsi dicari dengan menggunakan persamaan (.11). Gambar 3. Gaya Bajak T T T r 0,8 900 360 m 34

3..4 Daya Pembajakan Dengan menggunakan persamaan (.10) daya pembajakan bisa dicari. n P T 30 44,17 P 360 30 P 1665,17 Watt P,3 Hp 3.3 Perhitungan Rodagigi Gear Box Hand Tractor terdiri dari delapan buah rodagigi, dimana rodagigi 1 berpasangan dengan rodagigi, rodagigi 3 dengan 4, rodagigi 5 dengan 6, dan rodagigi 7 dan 8. Gambar 3.3 Gear box hand tractor 3.3.1 enghitung Tegangan Lentur Rodagigi 1 dan Data diperoleh dari gambar teknik Hand Tractor TESDC Gear Box pada lampiran. Lihat gambar input gear dan second gear. Penyelesaian : Jumlah gigi : p = 16 g = 30 odul : m =,5 mm 35

Lebar : f = 1 mm Angka kualitas gigi : Q v = 6 (Gambar.16) Diameter pitch : D p = 40 mm D g = 75 mm Daya : P =,3 hp Putaran : n p = 1100 rpm Untuk mencari tegangan lentur dan faktor-faktor harus mencari kecepatan tangensial, momen puntir dan gaya tangensial dengan menggunakan persamaan (.30), (.7) dan (.9). ec. Tangensial : omen puntir : Gaya tangensial : Dp n Vt 60 p 0,041100,3 m / s 60 30P 30,3 746 Tp 14, 456 n 1100 T Wt D p p 14,456 7,84 0,04 m Untuk mencari tegangan lentur digunakan persamaan (.31). Langkah pertama untuk mencari tegangan lentur harus mencari faktor-faktor, seperti : aktor Geometri : J p = 0,8 J g = 0,34 (Gambar.17) aktor aplikasi : a = 1,4 (Tabel.1) aktor ukuran : s = 1 (Tabel.) ak. distribusi beban : m = 1,16 (Gambar.14) ak. etebalan rim : b = 1 (Gambar.15) aktor dinamik : v = 0,78 (Gambar.16) Tegangan lentur, σ : Pinion : tp tp Wt mj P a s V m B 7,84 1,4 11,161 18,60,5 1 0,8 0,78 Pa Gear : tg tg Wt mj G a s V m B 7,84 1,4 11,161 140,87,5 1 0,34 0,78 Pa 36

3.3. enghitung Tegangan ontak Rodagigi 1 dan Tegangan kontak dihitung menggunakan persamaan (.35). sebelumnya harus mencari faktor-faktor, seperti : aktor Geometri : I = 0,088 (Gambar.17) aktor elastik : C p = 191 (Tabel.3) aktor aplikasi : C a = 1,4 (Tabel.1) aktor ukuran : C s = 1 (Tabel.) ak. distribusi beban : C m = 1,16 (Gambar.14) ak. etebalan rim : C b = 1 (Gambar.15) aktor dinamik : C v = 0,78 (Gambar.16) Tegangan ontak : Wt CaCsCm C CP 114, 73 md I C P V Pa 3.3.3 enghitung Umur Rodagigi 1 dan Umur rodagigi bisa didapat dengan diagram hubungan faktor L dengan jumlah siklus. Pertama kali yang harus dihitung adalah faktor L dengan menggunakan persamaan (.36). L L L m 1,4 0,781,161,3746 0,005 0,01 0,6 a V m R P f n J P P tp 6 110 / 60160,818,610 Dengan melihat gambar (.18), L = 0,6 maka umur rodagigi diperoleh diatas 10 10 siklus. 37

3.3.4 Hasil Perhitungan Rodagigi Lainya Dengan menggunakan cara seperti perhitungan rodagigi 1- maka tegangan lentur, tegangan permukaan dan umur tiap rodagigi bisa di dapat. Rodagigi Tabel 3.1. Perhitungan Rodagigi Teg. Lentur (Pa) Teg. Permukaan (Pa) Umur (Putaran ) 1 18,60 114,73 >10^10 140,87 114,73 >10^10 3 76,38 1374,96 >10^10 4 199,00 1374,96 >10^10 5 47,13 1300,16 >10^10 6 176,99 1300,16 >10^10 7 36,145 1438,5 10^10 8 184,715 1438,5 10^10 3.4 Perhitungan Poros Gear box hand tractor terdiri dari input shaft, second shaft, coupling shaft, intermediate shaft, dan out put shaft. Pada bab III yang akan dibahas hanya perhitungan input shaft saja yaitu analisa mencari faktor keamanan poros. Sedangkan untuk poros yang lainnya hanya hasil perhitungan saja dengan menggunakan cara perhitungan pada input shaft. 3.4.1 Perhitungan input shaft Gambar 3.4 Input shaft 38

Diketahui : Daya =,3 Hp (Perhitungan 3..4 Daya Pembajakan) Putaran = 1100 rpm (Putaran input Gear Box) Dia. Sproket = 00 mm (Pengukuran Lapangan) Sy poros = 343 Pa (aterial JIS S45C) Jarak AB = 13 mm (Gambar 3.6) Jarak BC = 57 mm Jarak CD = 0,5 mm Sudut α = 0 Gambar 3.5 Reaksi Tumpuan Pada Input Shaft secara 3D 3.4.1.1 Reaksi Tumpuan Bidang x-z Dari gambar (3.5) dengan melihat sumbu x dan z bisa didapat bidang x-z. Bidang x-z Gambar 3.6 Reaksi Tumpuan Pada Input Shaft Bidang x-z 39

Di titik A Beban yang bekerja pada sproket terdiri dari gaya tangensial dan torsi. Gaya tangensial ini juga merupakan gaya radial pada poros yang nantinya menghasilkan momen lentur. Besarnya gaya tangensial dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (.14). Akan tetapi sebelumnya torsi atau momen puntir harus dihitung terlebih dahulu dengan persamaan (.10). 30P 30,3 746 Torsi 14, 46 n 1100 m 3T 314,46 Pulley T Ax 16, 85 D 0, Di titik C Selanjutnya menghitung cx yang merupakan gaya tangensial dari rodagigi, gaya tangensial dihitung dengan persamaan (.9). Dimana D P adalah diameter pitch rodagigi 1 sebesar 40 mm. cx = tangensial Tp 14,46 Wt Cx 7, 84 Dp 0,04 Di titik B Selanjutnya diteruskan dengan menghitung reaksi tumpuan dimana terdapat bantalan. Dengan menerapkan persamaan kesetimbangan momen di titik D maka reaksi tumpuan di bantalan B adalah : Ax Bx Bx Bx D 0 AD Bx BD CD 0 Ax AD Cx CD BD 16,85 (0,095) 7,8 (0,005) 0,0775 394,99 Cx 40

Di titik D emudian dengan menerapkan persamaan kesetimbangan gaya dalam arah vertikal maka reaksi tumpuan di bantalan D adalah : Ax Dx Dx x 0 Bx Bx 394,99 7,8 16,85 900,96 3.4.1. omen Bengkok Bidang x-z Setelah reaksi tumpuan tiap titik diketahui, langkah berikutnya mencari momen bengkok pada setiap titik tumpuan. Di titik D bdx bdx Di titik C bcx bcx bcx Di titik B bbx bbx bbx Di titik A b Ax b Ax b Ax Cx Dx Cx 0 0 m Dx Dx CD 18,47 m Ax 0 900,96 (0,005) Dx BD 8,6 m Cx BC 900,96 (0,0775) 7,8 (0,057) Dx 0 m AD Cx AC Bx AB 900,96 (0,095) 7,8 (0,189) 394,99 (0,13) Distribusi momen bengkok bidang x-z di setiap titik sepanjang poros digambarkan melalui diagram momen lentur berikut ini : 41

Gambar 3.7 Diagram omen Bengkok Bidang x z 3.4.1.3 Reaksi Tumpuan Bidang y-z Dari gambar (3.5) dengan melihat sumbu y dan z bisa didapat bidang y-z. Bidang y-z Gambar 3.8 Reaksi Tumpuan Pada Input Shaft Bidang y-z Dengan cara yang sama maka didapat : Ay By Cy Dy 0 69,59 63,09 193,50 3.4.1.4 omen Bengkok Bidang y-z b Ay bby bcy bdy 0 m 0 m 3,97 m 0 m 4

Distribusi momen bengkok bidang y-z di setiap titik sepanjang poros digambarkan melalui diagram momen lentur berikut ini : Gambar 3.9 Diagram momen bengkok bidang y z 3.4.1.5 omen Bengkok Gabungan Setelah momen bengkok setiap titik bidang x-z dan bidang y-z didapat, langkah selanjutnya menjumlahkan momen bengkok masing-masing titik bidang x-z dan bidang y-z dengan penjumlahan vektor, yaitu : b bx by aka: b A 0 0 0 m bb 8,6 0 8,6 m bc 18,47 3,97 18,89 m bd 0 0 0 m 3.4.1.6 encari faktor keamanan Poros Langkah selanjutnya untuk mencari faktor keamanan poros sebelumnya harus mencari diameter poros setiap titik dari gambar (3.4) input shaft, yaitu: Diameter titik A = mm Diameter titik B = 5 mm Diameter titik C = 0 mm 43

Diameter titik D = 0 mm aterial yang digunakan untuk poros yaitu JIS S45C dengan kekuatan mulur S y = 343 Pa. omen Bengkok Gabungan : 0 m 0 m Perhitungan faktor keamanan di titik A dengan menggunakan persamaan (.13) : b A bb bc bd 8,6 m 18,89 m d 3 S 3 S S 3 y d 3 ( ( L) L ) S y T T S 3 3 (mm) (343Pa) (0mm) 14460mm 49,61 yaitu : Dengan cara yang sama faktor keamanan di titik yang lain bisa diketahui, Di titik A = 49,61 Di titik B = 17,8 Di titik C = 13,3 Di titik D = 37,7 3.4. aktor eamanan Poros Lainya Dengan menggunakan cara seperti perhitungan poros input maka faktor keamanan tiap poros bisa di dapat. 44

Tabel 3.. Data Perhitungan Poros TITI IPUT SECOD COUPLIG ITEREDIATE OUTPUT A 49,61 19,88 7,95 6,1 10,7 B 17,8 7,30 6,0 8,41 4,4 C 13,3 8,90 4,96 5,91 6,55 D 37,7 19,88 6,0 8,13 7,35 E - - 7,95 8,41 - - - - 6,1-3.5 Pemilihan Bearing 3.5.1 Pemilihan Bearing Pada Poros Input Basis Beban Luar Pada pemilihan bearing berbasis beban luar yang harus pertama dicari adalah resultan beban setiap tumpuan. Dari perhitungan poros diperoleh : Beban pada sumbu x : Ax Bx Cx Dx 16,85 394,99 7,8 900,96 Gambar 3.10 Gaya-gaya Pada Input Shaft Bidang x-z Beban pada sumbu y : Ay By Cy Dy 0 69,59 63,09 193,50 Gambar 3.11 Gaya-gaya Pada Input Shaft Bidang y-z 45

Gaya yang bekerja pada tumpuan terdapat pada titik B dan titik D, gaya yang bekerja adalah gaya radial tidak ada gaya aksial. arena gaya yang ada adalah gaya radial saja maka dipilih tipe ball bearing. Di titik B terdapat gaya yang bekerja pada sumbu x dan sumbu y, sehingga resultan gayanya harus dijumlahkan secara vektor, yaitu : B Bx By B B 394,99 69,59 401,07 401,07 4,448 90,16 lb Dari tabel (.4) ball Bearing tipe 300 pilih BSLR yang mempunyai nilai 90,16 lb, maka yang dipilih BSLR 805 lb dengan o. Bearing 6300 dengan diameter dalam 10 mm. Di titik D terdapat gaya yang bekerja pada sumbu x dan sumbu y, sehingga resultan gayanya harus dijumlahkan secara vektor, yaitu : D Dx Dy D D 900,96 193,50 91,51 91,51 4,448 07,16 lb Dari tabel (.4) ball Bearing tipe 300 pilih BSLR yang mempunyai nilai 07,16 lb, maka yang dipilih BSLR 805 lb dengan o. Bearing 6300 dengan diameter dalam 10 mm. 3.5. Pemilihan Bearing Pada Poros Input Basis Diameter Data dari Gambar (3.4) Input Shaft: Diameter titik B = 5 mm Diameter titik D = 0 mm Untuk titik B Dari tabel (.4) ball Bearing tipe 300 pilih o. Bearing 6305. Untuk titik D Dari tabel (.4) ball Bearing tipe 300 pilih o. Bearing 6304. 3.5.3 enghitung Umur Bearing Untuk menghitung umur bantalan digunakan persamaan (.37) dan data basic dynamic load rating pada tabel (.4), maka : Pada input shaft di titik B Basis beban luar : 46

o. Bearing = 6300 P 1 = BDLR = 1400 lb P = 90,16 lb = 3, (untuk ball bearing ) k aka : 6 P 1 L 10 P 3 6 1400 L 10 90,16 10 L 0,3710 putaran Basis diameter : o. Bearing = 6305 P 1 = BDLR = 3550 lb P = 90,16 lb = 3, (untuk ball bearing ) aka : L 10 6 6 L 10 P 1 P L 6,1 10 10 k 3550 90,16 3 putaran 3.6 Perhitungan Pasak aktor keamanan pasak dapat dihitung dengan persamaan (.4), sebelumnya harus menghitung gaya geser yang terjadi pada pasak dengan persamaan (.9), maka : Diketahui : Daya : P =,3 hp (Daya pembajakan) Putaran : n = 1100 rpm (Putaran masuk gear box) Dia. Poros : d = 0 mm (Lampiran gambar input shaft) Tebal pasak : W = 7 mm Tinggi pasak : H = 7 mm Panjang pasak : L = 1 mm 47

Sy Pasak : Sy = 60 Pa (aterial DI St.37) Torsi : T = 14,456 m Gaya tangensial : T D p p 14,456 1445,65 0,0 aka faktor keamanan pasak : l h1 S S y 13,5 60 7,55 1445,65 3.7 Perhitungan Lasan 3.7.1 Perhitungan Lasan Pada Rodagigi -3 Pada perhitungan lasan yang akan dicari adalah ukuran fillet lasan dengan persamaan (.47). Sebelumnya harus menjumlahkan semua pembebanan yang terjadi pada lasan dengan penjumlahan vektor. Diketahui : Gaya : P = 7,835 Dia. Lasan : OD = 43 mm (Gbr. Second gear dan lapangan) Posisi beban : r = 75 mm Gaya ijin per mm : S = 60,7 /mm (Tabel.5) Gambar 3.1 Rodagigi -3 arena lasanya melingkar untuk mencari faktor geometri gunakan persamaan pada gambar (.1) no 9. 48

Pembebanan tarik, f t : T 7,835 75 5411,76 c OD/ J f w t 3 3 OD 1,5 3 7805,58 mm 4 4 T c (5411,76)(1,5) 18,67 / mm J 7805,58 w 43/ 1,5 Pembebanan bengkok, f b : f t 0 / mm mm mm Pembebanan geser, f s : A f w s OD P A w 7,835 5,35 1,5 / mm Pembebanan resultan, f R : f R f t f b f S f R 18,67 0 5,35 19,4 / mm Ukuran fillet lasan, w : f w R S 19,4 / mm w 0,3 60,7 / mm per mm mm 3.7. Perhitungan Lasan Pada Rodagigi 6-7 w = 1,4 mm. Dengan menggunakan cara seperti perhitungan rodagigi -3 maka didapat 49

3.8 Perhitungan Casing 3.8.1 Perhitungan Tekanan Permukaan Pada Lubang Bantalan Input Shaft Pada pembahasan ini akan diuraikan perhitungan faktor keamanan lubang bantalan pada input shaft di titik B (gambar 3.4) dengan menggunakan persamaan (.1). Untuk lubang bantalan yang lainnya hanya hasil perhitungan saja dengan menggunakan cara perhitungan lubang bantalan pada input shaft di titik B. Di Titik B Beban di bearing : = 401,07 Bahan : JIS C 5 Tegangan tarik : Su = 854,36 Pa o. Bearing : 6305 Dia. Luar : D = 6 mm Tebal : b = 17 mm aka : A D b / 6 17 / 57 A 401,07 57 0,76 Pa mm aktor eamanan : S Su 854,36 113 0,76 3.8. aktor eamanan Tiap Lubang Bantalan Dengan menggunakan perhitungan tekanan permukaan pada lubang bantalan input shaft, maka faktor keamanan tiap lubang bantalan bisa didapat. Tabel 3.3. Data Perhitungan aktor eamanan Casing IPUT SECOD COUPLIG ITEREDIATE OUTPUT SHAT /TITI SHAT / TITI SHAT / TITI SHAT / TITI SHAT / TITI 113 / B 3538 / A 158 / A 101 / B 4 / B 341 / D 77 / D 158 / E 101 / 51 / C 50