BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB I PENDAHULUAN. hidup bila tidak mampu bergerak, memelihara gerak dalam. mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PAKET PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDERITA GANGGUAN JIWA Di Ruang 23 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi mycobacterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROPOSAL PENYULUHAN BAHAYA ROKOK FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. berskala menengah dan kecil (home industry) dan memproduksi rokok kretek.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. dua pertiganya berada di negara berkembang.paling sedikit satu dari empat orang

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Merokok dan Kondisi Adiksi Perokok

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

PANDUAN LARANGAN MEROKOK DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kuesioner Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

berbahaya yang terkandung di dalam rokok, yaitu :

BAB II ROKOK DI KALANGAN REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 81 TAHUN 1999 (81/1999) TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan rokok akan membunuh 1 miliar orang sepanjang abad ke-21

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

4. Dampaknya dan cara penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok dan Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan salah satu salah satu kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan. Seperti yang dikatakan oleh Ray (dalam Kurniawan, 2002) perilaku merokok adalah perilaku yang membahayakan kesehatan baik bagi perokok sendiri maupun orang lain yang kebetulan menghisap asap rokok tersebut, namun kenyataannya dari hari ke hari semakin banyak orang yang merokok dan semakin bertambah muda (Komalasari & Helmi, 2000). Menurut Aula (2010) perilaku merokok merupakan suatu fonomena yang muncul dalam masyarakat, dimana sebagian besar masyarakat sudah mengetahui dampak negatif merokok, namun bersikeras menghalalkan tindakan merokok. Menurut Sitepoe (2005) perilaku merokok adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa. Menurut Levy (1984) perilaku merokok adalah suatu yang dilakukan seseorang berupa mambakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orangorang disekitarnya. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya kembali dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.

2.1.2 Pengertian Rokok Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat, oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya pengamanan. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. 2.1.3 Kandungan Dalam Rokok a. CarbonMonoksida Gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. b. Nikotin Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan. c. Benzo(a)pyrene Salah satu jenis hidrokarbon aromatic polisiklik, sejauh ini termasuk bahan karsinogen yang paling banyak diteliti dan dikenal sebagai agen penyebab mutasi. d. Acrolein Acrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna, seperti aldehyde. Zat ini diperoleh dengan mengambil cairan dari glyceril atau dengan mengeringkannya. Zat ini sedikit banyaknya mengandung bahan alkohol. Dengan kata lain, acroleinitu adalah alkohol yang cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.

e. Ammonia Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hydrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Ammonia ini sangat gampang memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya racun yang terdapat pada ammonia itu, sehingga kalau disuntikkan sedikitpun kepada peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan ataupun koma. f. Formic Acid Formic acid adalah jenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat berbuat lepuh. Zat ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat membuat seseorang merasa digigit semut. Bertambahnya jenis acid apapun di peredaran darah dapat menambah cepatnya pernapasan seseorang. g. Hydrogen Cyanide Hydrogen Cyanide adalah jenis zat yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunya rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan serta mudah terbakar. Zat ini sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat menyebabkan kematian. h. Formaldehyde Formaldehyde adalah jenis gas yang tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas ini adalah tergolong pengawet dan pembasmi hama. Salah satu jenis formaldehyde ini ialah formalin. Formaldehyde ini banyak digunakan sebagai pengawet di laboratorium. i. Nitrous oxide

Nitrous oxide adalah jenis gas yang tidak berwarna, dan jika diisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit. Nitrous oxide ini adalah jenis zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai anestesia (zat pembius) waktu diadakan operasi. j. Phenol Phenol adalah campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, dan juga diperoleh dari ter arang. Bahan ini adalah merupakan zat racun yang sangat membahayakan. Phenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktifitas enzyme. k. Acetol Acetol adalah dari hasil pemanasanaldehyde sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol. l. Hydrogen Sulfide Hydrogen sulfide adalah sejenis gas beracun yang gampang terbakar dengan nau yang keras. Zat ini mengalami oxidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen). m. Methyl Chloride Methyl chloride adalah sesuatu dari zat-zat bervalensa satu dimana hidrogen dan karbon merupakan unsur utama. Zat ini adalah merupakan compound organis yang sangat beracun. Uapnya dapat berperan sebagai anestesia. n. Methanol Methanol adalah jenis cairan ringan yang gampang menguap, dan mudah terbakar. Cairan ini dapat diperoleh dengan penyulingan bahan kayu atau dari sintesis karbon monoxyda dan hydrogen. Meminum atau mengisap methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.

o. Tar Zat ini sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang diperoleh dengan distilasi dari kayu atau arang. Tar ini juga didapat dari getah tembakau. Tar yang terdapat dalam rokok terdiri dari ratusan zat kimia yang dapat menyebabkan kanker pada manusia. Bilamana zat-zat itu diisap waktu merokok akan mengakibatkan kanker paru-paru (Nainggolan, 1998). 2.1.4 Dampak/Bahaya Perilaku Merokok Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa apapun bentuknya, produk-produk tembakau berbahaya bagi kesehatan. Rokok merupakan bentuk produk tembakau yang paling banyak di konsumsi di dunia, sehingga produk tembakau cenderung identik dengan rokok. Merokok memberikan dampak negatif bagi perokok dan orang di sekitarnya. Merokok di cap sebagai salah satu faktor yang berperan dalam road map hancurnya ekonomi keluarga. (Moeloek dalam Prabaningrum, 2008). Pengaruh zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok seperti nikotin, Karbon Monoksida, dan Tar menyebabkan peningkatan kerja dari susunan saraf pusat dan susunan saraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dengan detak jantung bertambah cepat (Kendal & Hamen, 1998). Selain itu dapat pula menstimulasi kanker dan sebagai penyakit yang lain seperti seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, paru-paru, dan bronchitis kronis (Kaplan dalam Avin,2000). Pada umumnya rokok menyebabkan suatu proses inflamasi, apoptosis selular, perubahan jalur biomolekular dan seluler, destruksi matriks ekstraseluler, serta suatu proses stres oksidatif pada saluran napas maupun parenkim paru. Selain menyebabkan hal di atas, komponen dalam asap rokok juga memiliki potensi karsinogenesis (bahan karsinogenik). Merokok juga mengakibatkan ketidakseimbangan oksidan antioksidan, mengganggu mucocilliaryclearance, adhesi bakteri di saluran

nafas, peningkatan proses inflamasi disaluran nafas dan ateros klerosis di pembuluh darah. Merokok tidak hanya berdampak buruk bagi si perokok, akan tetapi juga memberikan dampak bagi orang-orang yang ada di sekitarnya yang disebut sebagai perokok pasif. Perokok pasif adalah setiap individu yang tidak merokok dan mendapatkan dampak dari campuran asap mainstream yang di hembuskan dari rokok yang sedang menyala atau perangkat rokok lainnya yang di encerkan dalam udara ambeien (WHO,2003). Hal ini menyebabkan mereka harus menghirup zat-zat karsinogen dan komponen beracun lainnya akibat dari pembakaran tembakau tersebut. 2.1.5 Jenis Perokok Perokok Ringan Disebut perokok ringan apabila jumlah rokok yang di hisap kurang dari 10 batang. Perokok Sedang Disebut perokok sedang apabila jumlah rokok yang di hisap lebih dari 10-20 batang perhari. Perokok Berat Disebut perokok berat apabila jumlah rokok yang di hisap lebih dari 20 batang per hari. Bila sebatang rokok di habiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) perhari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat komulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Mangku Sitepoc, 1997). 2.1.6 Usia Mulai Merokok

Dalam jurnal Tobacco Control Filder menganalisa dampak dari mengisap rokok pertama terhadap lebih dari dua ribu anak dalam kisaran umur 11 hingga 16 tahun selama lima tahun berturut-turut. Dari 260 anak yang memiliki pengalaman menghisap rokok pertama mereka pada usia 11 tahun, 18% diantaranya telah menjadi perokok berat pada saat mereka mencapai usia 11 tahun yang tidak pernah mempunyai pengalaman merokok sama sekali yang menjadi perokok berat selang tiga tahun kemudian. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman pertama menjadi faktor penentu utama bahwa seseorang akan menjadi seorang perokok berat do kemudian hari, Jumlah perokok remaja di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Survey Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik mencatat terjadinya lonjakan signifikan jumlah perokok pemula, berusia 5-9 tahun, pada periode 2001-2004 saja yakni 0,4% menjadi 1,8%. (Chamin,2010). Menurut Bustan, merokok dimulai sejak umur 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makan sulit berhenti merokok, akan semakin besar pengaruhnya (Bustan 2007).

2.2 Remaja 2.2.1 Pengertian Remaja/Pelajar Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Piaget (dalam Hurlock, 1999), mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Pelajar setingkat SMA dapat dikatakan sebagai usia remaja, oleh karena itu istilah remaja adalah istilah yang umum yang ada dikalangan dunia pendidikan. Masa ini merupakan masa peralihan dari anak ke usia dewasa, sehingga akan rentan terhadap masalah dan konflik. Pada masa ini juga terjadi perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan mereka sedang mengalami masa peralihan. Sedangkan menurut Hurlock (1999), menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. 2.2.2 Dampak/Bahaya Merokok Bagi Pelajar Merokok pada usia dini berhubungan dengan perilaku negatif dan kerugian sosial untuk remaja/pelajar. Perilaku merokok mempengaruhi memori jangka panjang pada perokok, ingatan perokok ketika di tes saat masih merokok lebih rendah dibandingkan dengan ingatan ketika tidak merokok. Ada korelasi negatif antara lamanya menjadi perokok dengan ingatan jangka panjang pada perokok, selain itu ada korelasi negatif antara jumlah rata-rata konsumsi rokok perhari dengan ingatan jangka panjang (Dwita Ayuningtyas, Malang 2011). Merokok juga berdampak terhadap

kemampuan ekonomi keluarga, 75% atau 3/4 keluarga Indonesia mempunyai pengeluaran untuk rokok. Pengeluaran untuk membeli rokok pada keluarga miskin menempati urutan ke-2 (12%) setelah beras (22%), setara dengan biaya pendidikan (0,8%) dan 9 kali biaya kesehatan (1,3%). Selain itu merokok juga mempengaruhi perilaku belajar dan prestasi akademik dari pelajar atau remaja, merokok pada usia dini berhubungan dengan perilaku negatif dan kerugian secara sosial seperti seringnya siswa melakukan pelanggaran disekolah seperti di skors, sering masuk BK, mengkonsumsi alkohol dan penggunaan narkoba. Fakta negatif rokok bagi remaja sudah banyak umum terjadi, hal ini harus di cegah sejak dini. Penurunan prevalensi merokok pada remaja akan diikuti penurunan prevalensi merokok secara keseluruhan. 2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika mereka masih remaja. Sejumlah studi menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai merokok antara umur 11 dan 13 tahun dan 85% sampai 95% sebelum umur 18 tahun (Laventhal dan Dhuyvettere dalam Smet, 1994). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok antara lain : 1. Faktor Biologis Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok.

2. Faktor Psikologis Merokok Dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari. 3. Faktor Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua Orang tua yang memiliki pendidikan yang rendah dan pengetahuan yang kurang tentang bahaya paparan asap rokok akan lebih cenderung membiarkan anaknya terpapar asap rokok secara pasif maupun aktif. Pekerjaan dari orang tua juga dapat berpengaruh terhadap perilaku merokok dari anaknya. Orang yang tidak bekerja atau bekerja serabutan akan mempengaruhi mental dan tingkat stres yang tinggi yang mengakibatkan konsumsi rokok. 4. Faktor Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sosial Perilaku merokok dapat dipengaruhi oleh perilaku orang tua atau keluarga di rumah, individu yang hidup dilingkungan perokok tentu akan terbiasa dengan aktifitas merokok secara aktif maupun pasif terpapar asap rokok. Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya. 5. Faktor Demografis Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok. 6. Faktor Sosial-Kultural

Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu. 7. Faktor Sosial Politik Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. 2.2.4 Pengaruh Merokok Terhadap Perilaku Belajar dan Prestasi Akademik Menurut Soemanto (1984) motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam menimbulkan gairah belajar serta perasaan senang dan bersemangat untuk belajar. Frandsen menjelaskan dalam Suryabrata (2006) ada beberapa aspek yang memotivasi belajar seseorang, yaitu adanya rasa ingin tahu, sifat kreatif dan rasa ingin maju, keinginan untuk mendapatkan simpati, ingin memperbaiki kegagalan, mendapatkan rasa aman, serta takut akan hukuman. Kegiatan merokok yang dilakukan saat proses belajar berlangsung dapat mempengaruhi motivasi belajar seorang remaja. Remaja memiliki tugas untuk belajar, membutuhkan motivasi yang kuat dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Pada kehidupan remaja saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Sekarang ini kegiatan merokok juga banyak dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang

lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertatik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya. Hal ini sebenarnya telah diketahui oleh remaja khususnya dan umumnya masyarakat dunia, bahwa merokok itu mengganggu kesehatan.