1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan manusia melewati beberapa fase, salah satunya adalah masa remaja. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksual mulai berkembang pesat. Ini merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada masa masa pubertas dimana masa ini merupakan transisi dari masa kanak kanak dan masa reproduksi (Wiknjosastro, 2006). Pada masa itu, dibutuhkan pendidikan tentang masalah kesehatan terutama kesehatan reproduksi dari orang tua atau remaja itu sendiri yang harus terbuka (Proverawati, 2009). Pada tahapan masa remaja ini terjadi perubahan fisik seperti berat badan, ukuran anggota badan dan sebagainya serta perubahan yang lain seperti berfikir, kecerdasan, bertingkah laku, perasaan serta kejiwaan yang berjalan secara bertahap sesuai dengan umurnya (BKKBN, 2000). Perubahan yang sangat cepat ini dihubungkan dengan perubahan fisik, hormonal, kognitif dan emosi yang membutuhkan kecukupan gizi (Emilia, 2008). Pada remaja putri, pubertas ditandai dengan permulaan menstruasi (menarche). Menarche adalah menstruasi pertama di tengah masa pubertas. Biasanya, peristiwa ini terjadi di awal masa remaja. Pada fase menarche ini, akan terjadi beberapa perubahan lain yang menunjang fungsi reproduksi, misalnya pertumbuhan payudara, pertumbuhan bulu-bulu halus di daerah tertentu, dan pertambahan lemak
pada pinggul. Di Indonesia menstruasi pertama pada remaja bervariasi antara umur 10-16 tahun dan rata rata menarche 12,5 tahun tergantung pada berbagai faktor termasuk kesehatan wanita, konsumsi gizi dan status gizi (Emilia, 2008). Tetapi menurut Adelar (2003), umur 9 tahun juga termasuk kedalam usia pre-menarche. Menurut kementrian pendidikan dan kebudayaan RI, pelajar sekolah dasar umunnya berusia 7 12 tahun. Sehingga menarche bisa di alami remaja putri sejak masih di sekolah dasar. Usia seorang anak perempuan mendapatkan menarche sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, di antaranya faktor keturunan, kesehatan gizi, dan keadaan umum (Sarwono, 2005). Usia menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat (Wiknjosastro, 2003). Pada remaja perempuan yang mengalami menstruasi, akan terjadi pembuangan sejumlah zat besi (Fe) melalui darah mentruasi (Djaeni, 2004). Zat besi berperan penting dalam pembentukan darah. Kekurangan zat besi secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau penyakit kurang darah (Path, 2004). Dalam data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007, di dapatkan bahwa prevalensi remaja putri usia 10-18 tahun yang menderita anemia adalah 57,1%, balita 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, dan usia 19-45 tahun 39,5%. Dalam menghadapi masa menarche, sebaiknya remaja putri memiliki pengetahuan yang cukup mengenai reproduksi dan menstruasi karena ini merupakan hal yang penting dalam menghadapi masa pubertas dan menarche. Ini bertujuan 2
untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan pada tindakan dan juga kesalahan pandangan remaja terhadap menarche akibat kurangnya pengetahuan tentang hal tersebut, seperti dalam penelitian Goel MK (2011) yang menemukan bahwa 78 (16%) dari 478 remaja putri memandang menarche sebagai permulaan suatu penyakit dan 35 (7%) remaja putri memandangnya sebagai suatu kutukan. Kumar & Srivastava (2011) juga mendapatkan bahwa dari total 117 remaja putri, 32.5% diantaranya merasakan menstruasi sebagai sesuatu yang menjijikkan dan 0.85% diantaranya merasa tidak suci selama menstruasi. Pada penelitian Koff & Rierddan (1995) dalam McPherson & Korfine (2004). dikatakan bahwa remaja putri mengeluh bahwa edukasi yang diterima masih belum cukup dalam mempersiapkan mentruasi. Ini didukung oleh penelitian Kissling (1996) dalam McPherson & Korfine (2004) mengatakan bahwa edukasi saat ini hanya meliputi informasi informasi biologis saja seperti peranan ovarium dan siklus siklus menstruasi pada sistem reproduksi wanita. Edukasi yang penting tetapi masih sering terlupakan adalah tentang tindakan apa yang harus dilakukan pada saat menstruasi datang dan bagaimana rasanya menstruasi itu. Menurut Kartono (2006), pengetahuan tentang menstruasi pada remaja putri berdampak langsung terhadap kesiapan atau ketidaksiapan mereka dalam menghadapi menarche. Pengetahuan tentang menstruasi bisa didapat dari berbagai macam sumber seperti keluarga, media cetak, dan media elektronik (Notoatmodjo, 1993). Keluarga sangat berperan penting dalam memberikan pengetahuan tentang hal ini dikarenakan 3
keluarga adalah lingkungan terdekatnya terutama ibu. Pada penelitian H.-L. Liu et al (2012), saat menghadapi menarche hanya 39,6% remaja yang memiliki informasi banyak tentang menarche, 27,1% tidak memiliki informasi apapun dan 22,9% memiliki informasi yang kurang tentang menarche. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian Pengaruh penyuluhan kesehatan tentang gizi dan menstruasi terhadap kesiapan remaja putri SD di Yogyakarta dalam menghadapi menarche. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang gizi dan menstruasi serta kesiapan remaja putri (awal) dalam menghadapi menarche 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang gizi dan menstruasi pada remaja putri sebelum diberi penyuluhan b. Mengetahui peningkatan pengetahuan tentang gizi dan menstruasi pada remaja putri setelah diberikan penyuluhan c. Mengetahui kesiapan remaja putri dalam menghadapi masa menarche 4
D. Manfaat Penelitian 1. Remaja putri usia pubertas Menambah pengetahuan kesehatan tentang gizi dan menstruasi dalam menghadapi kesiapan remaja putri usia pubertas dalam menghadapi menarche 2. Institusi Dijadikan dasar program penyuluhan kesehatan tentang gizi dan menstruasi yang lebih dalam dan menambah referensi kepustakaan didalam institusi pendidikan 3. Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai apakah penyuluhan merupakan metode yang efektif dalam pemberian edukasi tentang gizi dan menstruasi E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Siti Yaroh dengan judul Hubungan Pengetahuan tentang Menstruasi dengan Kesiapan Remaja Putri Usia Pubertas Menghadapi Menarche Di SMPN II Ceper Klaten. Penelitian ini meneliti hubungan pengetahuan remaja tentang menstruasi dengan kesiapan remaja itu sendiri. Hasil penelitiannya adalah adanya hubungan antara pengetahuan remaja tentang menstruasi dengan kesiapan dalam menghadapi menarche dengan keeratan hubungan yang agak rendah. Penelitian yang akan dilakukan hampir sama dengan penelitian ini. Akan tetapi penelitian ini akan fokus terhadap pengetahuan remaja putri tentang gizi dan menstruasi dengan cara 5
pemberian penyuluhan kesehatan. Perbedaan juga terdapat pada reponden, tempat, waktu dan teknik pengambilan sampel. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Warsiti Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas XI Tentang Pentingnya Mengkonsumsi Tablet Fe Saat Mentruasi Di SMA Muhammadiyah 1 Sragen. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013 menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilaksanakan pada bulan April 2013. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dengan 34 responden. Hasil penelian ini menunjukan tingkat pengetahuan siswi di SMA Muhammadiyah 1 Sragen tentang penting mengkonsumsi tablet Fe saat mentruasi adalah 11,8% memiliki pengetahuan baik, 67,6% cukup, dan 20,6% kurang. Perbedaan penelitian ini adalah pada responden, tempat, waktu, variable yang diteliti. Sedangkan persamaan penelitian terdapat pada instrument penelitian menggunakan kuesioner. 3. Penelitian yang oleh M.L. Marvan PhD dan M. Molina-Abolnik MA dengan judul Mexican Adolescents Experience of Menarche and Attitudes Toward Menstruation: Role of Communication Between Mothers and Daughters. Penelitian ini meneliti jenis-jenis informasi apa yang diberikan oleh ibu kepada putrinya sebelum menarche dan mempelajari dampaknya terhadap tingkat kesiapan dan apa yang dirasakan oleh putrinya saat menarche datang. Dalam penelitian ini, ditemukan hanya 39% dari 405 remaja wanita yang merasa siap untuk menghadapi menarche. Remaja yang telah membahas 6
berbagai aspek tentang menstruasi termasuk aspek emosional juga ditemukan lebih merasa siap pada saat ingin menghadapi menarche. 7