BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ibnu (1994 : 29), bahwa pembangunan daerah adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian mengalami dua kali revisi yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32/2004 dan terakhir diganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang merata ke

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran )

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian PAD dan penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam PAD.

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. wadah negara kesatuan RI yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Sebaliknya berhasilnya pembangunan tergantung pula pada partisipasi seluruh rakyat yang berarti pembangunan harus dilaksanakan secara merata oleh segenap lapisan masyarakat, baik dalam memikul beban pembangunan maupun dalam pertanggungjawaban atas pelaksanaan pembangunan ataupun pula dalam menerima kembali hasil pembangunan. Pembangunan nasional tidak terlepas dari pembangunan daerah karena keberhasilan dalam pembangunan daerah akan menunjang pula keberhasilan dalam pembangunan nasional. Adanya perubahan struktur yang menyangkut pembangunan wilayah suatu daerah menjadikan daerah memerlukan berbagai kebijaksanaan khususnya yang mengatur antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam hal ini pemerintah diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembangunan di wilayah masing-masing, sebab sukses dan tidaknya pembangunan semakin tergantung pada sukses dan tidaknya pembangunan di daerah. Keberadaan pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten, kota yang mampu menyelenggarakan 1

kelancaran dan pemerataan pembangunan mutlak diperlukan. Hubungan antara pusat dan daerah yang sering dibicarakan adalah berkaitan masalah otonomi daerah, khususnya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Undang-Undang No. 22 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang No.25 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menjadi tonggak dimulainya otonomi daerah yang selanjutnya dilengkapi dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan kebijakan otonomi, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di pemerintah daerah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah dalam pengambil keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan potensi daerah sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah secara langsung dirasakan pertama kali oleh pemerintah daerah (kabupaten atau kota). Hal ini karena masih rendahnya Pendapatan Asli Daerah, sehingga penerimaan yang dibutuhkan untuk membiayai pembangunan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lebih banyak dalam bentuk sumbangan dan bantuan pemerintah pusat. Manajeman pembangunan daerah yang berjalan selama ini menunjukkan kecenderungan yang kurang serasi. Peningkatan kegiatan ekonomi yang tercermin dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memang cukup pesat, tetapi tingkat ketergantungan fiskal antar daerah terhadap pusat sebagai akibat dari pembangunan tersebut juga semakin besar. 2

Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab, penyelenggaraan pemerintah pusat dan daerah secara bertahap akan semakin banyak dilimpahkan kepada daerah. Dengan semakin meningkatnya kewenangan yang ada pada daerah, peranan keuangan daerah sangat penting karena daerah dituntut untuk dapat lebih aktif lagi dalam memobilisasi sumber dananya sendiri disamping mengelola dana yang diterima dari pemerintah pusat secara efisien. Untuk itu pemerintah daerah harus dapat menggali potensi daerah masing masing guna peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) agar pembangunan daerah tetap berjalan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah (Sutrisno, 1981:187). Dapat dikatakan bahwa PAD merupakan pendapatan rutin dari usaha usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi potensi sumber keuangannya untuk membiayai tugas tugas dan tanggung jawabnya. Menurut UU No.32/ 2004 Pasal 157, PAD meliputi hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Keberadaan PAD dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti investasi, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita. Tenaga kerja menjadi salah satu komponen penting dalam proses pembangunan. Ketersediaan jumlah tenaga kerja yang mencukupi menjadi modal bagi kelancaran pembangunan daerah dan selanjutnya hasil pembangunan tersebut akan berimbas pada meningkatnya penerimaan pemerintah daerah. Tenaga kerja menjadi salah satu elemen penting yang berperan dalam penciptaan nilai tambah 3

yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah, atau merupakan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Keberadaan tenaga kerja ini akan menentukan sejauhmana suatu daerah mampu meningkatkan kinerja produktivitasnya dalam menopang aktivitas pembangunan daerah. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh ketergantungan fiskal pusat-daerah yang tercermin dari dana perimbangan terhadap kemajuan ekonomi di Kabupaten Sleman. Di samping itu juga akan dikaji bagaimana pengaruh dari Pendapatan Asli Daerah dan Tenaga Kerja sebagai cerminan dari sumber daya yang dimiliki oleh daerah terhadap kemajuan ekonomi daerah yang bersangkutan. Selama kurun tahun 2000 2007, diketahui bahwa nilai PDRB Kabupaten Sleman cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tentu memberikan indikasi yang positif terkait dengan perkembangan pembangunan di daerah ini. Hal ini sebagaimana terlihat pada diagram di bawah ini. Nilai PDRB 10,000,000,000 9,000,000,000 8,000,000,000 7,000,000,000 6,000,000,000 5,000,000,000 4,000,000,000 3,000,000,000 2,000,000,000 1,000,000,000-2000 2002 2004 2006 Gambar 1.1 : Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten Sleman 2000 2007 4

Trend pertumbuhan positif yang ditunjukkan oleh PDRB bisa jadi juga merupakan hasil kontribusi dari PAD. Sebab selama kurun tahun 2000 2007, diketahui bahwa nilai PAD Kabupaten Sleman cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tentu memberikan indikasi yang positif terkait dengan kemampuan daerah ini dalam menggali potensi lokalnya sebagai salah satu sumber pendanaan pembangunan daerah. Hal ini sebagaimana terlihat pada diagram di bawah ini. 140,000,000 120,000,000 100,000,000 Nilai PAD 80,000,000 60,000,000 40,000,000 20,000,000-2000 2002 2004 2006 Gambar 1.2 : Perkembangan Nilai PAD Kabupaten Sleman 2000 2007 Namun demikian, dalam kajian tentang PDRB, fluktuasi PDRB bukan ditentukan oleh PAD sebagai satu-satunya faktor. Selain PAD juga patut dikemukakan potensi kontribusi dari Dana Perimbangan (DP) serta Tenaga Kerja (TK). Oleh sebab itu, penelitian dikembangkan dengan memasukkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP) serta Tenaga Kerja (TK) sebagai variabel yang berpotensi memberikan pengaruh terhadap PDRB. Secara empiris, data Dana Perimbangan (DP) di Kabupaten Sleman juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dana Perimbangan (DP) ini 5

memberikan gambaran tentang sejauh mana tingkat ketergantungan Kabupaten Sleman terhadap Pemerintah Pusat dalam membiayai pembangunan wilayahnya. Trend yang menunjukkan adanya kenaikan nilai Dana Perimbangan (DP), menunjukkan realitas ketergantungan daerah terhadap Pemerintah Pusat yang semakin besar. Sementara penurunan nilai Dana Perimbangan (DP) menunjukkan kemandirian daerah yang semakin baik. Perkembangan nilai dana perimbangan Kabupaten Sleman dapat dilihat pada gambar berikut. 700,000,000 600,000,000 500,000,000 Nilai DP 400,000,000 300,000,000 200,000,000 100,000,000-2000 2002 2004 2006 Gambar 1.3 : Perkembangan Nilai Dana Perimbangan Kabupaten Sleman 2000 2007 Demikian juga halnya dengan data Tenaga Kerja (TK) di Kabupaten Sleman juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun (dapat dilihat pada gambar 1.4). Hal ini tentu memberikan indikasi bahwa daerah ini memiliki potensi sumber daya manusia yang memadai di satu sisi, namun juga berpotensi menciptakan permasalahan sosial di sisi lain jika tidak tertangani dengan baik. 6

600 500 400 Jumlah TK 300 200 100-2000 2002 2004 2006 Gambar 1.4 : Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Sleman 2000 2007 Kajian dalam penelitian ini lebih diarahkan untuk mengidentifikasi dan membandingkan signifikansi kontribusi dari masing-masing Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP) dan Tenaga Kerja (TK) terhadap PDRB. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto. 2. Bagaimana pengaruh Dana Perimbangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto. 3. Bagaimana pengaruh Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto. 4. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan serta Tenaga Kerja secara keseluruhan terhadap Produk Domestik Regional Bruto. 7

1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. menguji dan menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto. 2. menguji dan menganalisis pengaruh Dana Perimbangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto. 3. menguji dan menganalisis pengaruh Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto. 4. menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan serta Tenaga Kerja secara keseluruhan terhadap Produk Domestik Regional Bruto. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil pelaksanaan penelitian ini, diantaranya: 1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi pengambilan kebijakan terkait dengan peningkatan kemandirian daerah bagi kemajuan ekonomi daerah. 2. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi pengembangan penelitian dengan tema kemandirian daerah dan kemajuan ekonomi daerah. 3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan metodologi penelitian tentang kajian faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi PDRB. 8

1.5. Hipotesis Dalam penelitian ini, hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah: 1. Terdapat pengaruh positif dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2. Terdapat pengaruh positif dari Dana Perimbangan (DP) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 3. Terdapat pengaruh positif dari Tenaga Kerja (TK) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 4. Terdapat pengaruh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP) dan Tenaga Kerja (TK) secara simultan (bersama-sama) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 1.6. Definisi Operasional Variabel 1.6.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan seluruh nilai uang dari barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh Kabupaten Sleman dalam suatu tahun tertentu dan dinyatakan dalam satuan Rupiah. Data diambil dari Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah yang dipublikasikan oleh BPS 1.6.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang diperoleh Kabupaten Sleman dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan 9

dinyatakan dalam satuan Rupiah. Data diambil dari Statistik Keuangan Daerah yang dipublikasikan oleh BPS. 1.6.3. Dana Perimbangan (DP) Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada Kabupaten Sleman untuk membiayai kebutuhan daerah dalam melaksanakan desentralisasi dan dinyatakan dalam Rupiah. Data diambil dari Statistik Keuangan Daerah yang dipublikasikan oleh BPS. 1.6.4. Tenaga Kerja (TK) Tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja dari jumlah angkatan kerja berusia 15 tahun ke atas yang bekerja dan tercatat dalam laporan statistik Kabupaten Sleman dan dinyatakan dalam satuan orang. Data diambil dari Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Penanaman Modal Kabupaten Sleman yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik dan Bappeda Kabupaten Sleman. 1.7. Sistematika Penulisan berikut: Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan sistematika penulisan, sebagai Bab I Pendahuluan Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Studi Kepustakaan 10

Bab ini memuat landasan teori yang relevan digunakan dalam analisis hasil penelitian serta kajian penelitian terdahulu. Bab III Metode Penelitian Bab ini memuat deskripsi pembahasan mengenai data, model penelitian, dan alat analisis yang digunakan untuk mengolah data. Bab IV Gambaran Umum dan Hasil Analisis Bab ini memuat deskripsi wilayah yang diteliti dilihat dari sejarah, keadaan geografis, keadaan ekonomi serta pemerintahan Bab ini juga mendeskripsikan hasil penelitian meliputi deskripsi data yang diteliti, hasil pengolahan data serta pembahasan. Bab V Kesimpulan Bab ini menyajikan kesimpulan hasil penelitian beserta saran yang relevan diberikan terkait dengan hasil yang diperoleh. 11