ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) DALAM UPAYA PENUMBUHAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

PELATIHAN PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN DI SMKN 3 PURWOKERTO

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI ADVERTISING AND MARKETING COMMUNICATIONS FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

Mengukur Tingkat Kemampuan Berwirausaha Mahasiswa. dalam Mmenjalankan Kegiatan Magang. Lasminiasih

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

Lab. Penyuluhan dan Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana

PENDIDIKAN TECHNOPRENEURSHIP DI UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA (UMN) Dr. Ir. Winarno, M.Kom.

PERANAN KAMPUS DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN MAHASISWA MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

RITA PATRIASIH, S.Pd., M.Si Prodi Pend Tata Boga PKK FPTK UPI

SAMBUTAN REKTOR. Malang, Maret 2015 a.n. Rektor Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, TTD. Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Transformasi Telkom Economic and Business School (TEBS)

Modul ke: Kewirausahaan I

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap professional (Peraturan Pemerintah. No.29 Tahun

PELATIHAN KETERAMPILAN MEMPRODUKSI FABRIC ACCESSORIESUNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA

Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

(bisnis) sehingga istilah entrepreneur dapat diartikan sebagai orang yang berani atau perkasa dalam usaha/bisnis. (Arman Hakim Nasution, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan anggaran 20% APBN untuk. pendidikan. Dalam Undang-Undang 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. Namun di sisi lain dengan jumlah penduduk yang besar, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, memiliki keterampilan, keahlian, dedikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

PANDUAN PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA (PMW) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TAHUN Tim Penyusun: Divisi PMW IWJC Tim PMW Unesa

Panduan Pelatihan Kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap usahanya. ada namun lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit.

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN PERTEMUAN KE: 1

REFERENSI WIRAUSAHA Wirausaha Menggerakan Perekonomian Masayrakat

KEBIJAKSANAAN DAN PROGRAM KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM YANG MENDUKUNG PROGRAM KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT

BAB II PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA (PMW) lulusan yang memiliki jiwa entrepreneur untuk mencoba berwirausaha. Program Mahasiswa

MATAKULIAH KEWIRAUSAHAAN

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

Proposal. Program diversifikasi Tataboga hasil olahan Kacang Mede & Rumput Laut

LAPORAN KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

PENINGKATAN KAPASITAS ENTREPRENEURSHIP MELALUI PELATIHAN DAN MAGANG BAGI TENANT DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN BAGI KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KEWIRAUSAHAAN

BAB 5. SIMPULAN dan SARAN

SILABUS. 4. Rusman Hakim. (1998). Kiat Sukses Berwiraswasta. Edisi Kedua. Jakarta: PT Elex Media Media Komputindo.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 3.1 Sejarah dan Perkembangan Universitas Bina Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

DEVELOPMENT OF INDUSTRY PRACTICE MODEL IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL BASED ENTREPRENEURSHIP

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA (masyarakat

Tejo Nurseto, RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN PERTEMUAN KE: 1

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia.

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

PENERAPAN KURIKULUM TECHNOPRENEURSHIP BERBASIS TEKNOLOGI FARMASI PADA MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN

1.1. PENGERTIAN MANUSIA PEMBANGUNAN

MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN KOMPETENSI DAN POTENSI KEWIRAUSAHAAN

Rosita et al., Implementasi Model Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction... ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

Pangestu Furniture & Craft

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap proses pembelajaran untuk

Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat- Dies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI

Panduan Program Magang

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

PERBEDAAN PERENCANAAN KARIR SISWA SMK DAN SMU SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang penelitian, 2) fokus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

PELATIHAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI KOTA KUPANG

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK TAHUN KODE JUKNIS : 28-PS NAMA PROGRAM : BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi membuat kompetisi semakin ketat dan transfer pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

2014 MANFAAT HASIL BELAJAR MEMBUAT CAKE, GATEAUX

MENINGKATKAN MOTIVASI TECHNOPRENEURSHIP SEBAGAI POTENSI INOVASI MAHASISWA UNTUK BERBISNIS. A. Yani Ranius. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar 730 ribu sarjana menganggur, yang terdiri dari 409 ribu lulusan S1

Transkripsi:

ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) DALAM UPAYA PENUMBUHAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK Oleh: Sulistyandari 1, Ekaningtyas Widiastuti 1, Retno Widuri 1 E-mail: sulistyandari.yan@gmail.com 1 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT The current global market competition requires each region to develop the economy through SMEs. Vocational High School (SMK) is one of the appropriate target that plays a major role in the emergence of the young entrepreneurs (SMEs) in the region. Thus, equip students with entrepreneurial knowledge and expertise related to the areas of interest becomes important things that need to be followed up. Activities that we did on this occasion tried to provide follow-up on the importance of knowledge about entrepreneurship. The activities are in the form of training and learning about entrepreneurship for vocational students by involving our two partners, namely SMKN 1 and SMKN 3 Purwokerto. The goal in these activities are the increased understanding, knowledge of entrepreneurship and increase the motivation and the skills and confidence of students as a new entrepreneur after they finish school. Our training activities using the AMT (Achievement Motivation Training) method, experiential learning methods, success and failure story and business plan practicum. Activities have been running smoothly. The enthusiasm of the trainees is very good, it is evident from the many questions from participants about the training materials and increased understanding of entrepreneurship and motivation of the participants. Assessment of business plan proposals made by participants of the training has been done and for the best four team, we give the reward and assistance to set up their business. Keywords: Vocational High School (SMK), AMT method, Entrepreneurship, Entrepreneur PENDAHULUAN Latar Belakang Persaingan pasar global menuntut setiap wilayah dapat mengembangkan potensi sumberdaya yang dimilikinya. Banyumas merupakan kabupaten kota yang senantiasa mengembangkan pembangunan wilayahnya dari waktu ke waktu, terutama dalam hal usaha mikro, kecil dan menengahnya (UMKM). Oleh karena itu, untuk mendukung perkembangan daerah dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki

jiwa kewirausahaan yang tinggi. Karena semakin banyaknya wirausaha (UMKM) di suatu daerah akan menunjukkan semakin majunya tingkat perekonomian daerah tersebut. Dalam hal ini, diharapkan para generasi muda pada setiap daerah harus semangat dalam menuntut ilmu agar setelah menyelesaikan studinya mereka dapat bekerja dan bahkan menciptakan pekerjaan sendiri (berwirausaha). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu sasaran tepat yang berperan besar dalam melahirkan para wirausaha muda di suatu daerah. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, SMK merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs (PP No. 66 Tahun 2010). Sebagai wadah pendidikan di Indonesia, SMK menjadi bagian yang terpisahkan dalam pelaksanaan pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa meskipun dalam perkembangannya, SMK mengalami pasang surut. Kurikulum pendidikan di SMK dirancang agar dapat membuat para lulusannya siap terjun ke dunia kerja di tengah masyarakat. Namun demikian, dalam kenyataannya para lulusan SMK tidak jarang yang sulit dalam mendapatkan pekerjaan terlebih lagi menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri (menjadi wirausaha). Untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan pada SMK dapat dilakukan dengan memberi bekal yang cukup dalam bidang kewirausahaan sebelum meluluskan siswanya, baik dalam aspek pengetahuan, pelatihan maupun pada aspek praktik kewirausahaan di lapangan. Hal ini dikarenakan SMK adalah sekolah kejuruan dimana siswanya fokus mendapatkan pembelajaran pada bidang ketrampilan (usaha) yang mereka minati, sehingga mereka menjadi tenaga terampil yang siap bekerja. Dengan itu, lulusan SMK sebenarnya memiliki peluang besar untuk dapat mengembangkan potensi dan ketrampilannya sesuai dengan yang mereka dapatkan untuk dapat menciptakan lapangan usaha sendiri secara mandiri. Hal ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian daerah dan mengurangi tingkat kemiskinan. Namun, pada kenyataannya peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya yang ada di kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas dalam rangka melahirkan wirausah-wirausaha muda semakin menunjukkan trend yang rendah. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui hasil survey dan wawancara dengan pihak sekolah (KepalaSekolahdankepalabagianHumas) yang menjadi mitra pengusul yaitu SMKN 1 dan SMKN 3 Purwokerto, persoalan prioritas yang sama mengacu pada sikap mental kewirausahaan para lulusan siswanya. Sebagian besar dari lulusan siswa kedua SMK tersebut tidak mempunyai kepercayaan diri dan keberanian menciptakan lapangan usaha sendiri secara mandiri (job creator), sehingga mereka hanya sebatas menjadi pekerja pada usaha orang lain atau pencari kerja (job seeker), menganggur (tidak mendapatkan pekerjaan) maupun tidak meneruskan ke perguruan tinggi. Ini menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan para lulusan siswanya masih relatif rendah. Sikap mental wirausaha yang rendah dan belum optimal menjadi 2

persoalan prioritas yang disepakati pengusul dan mitra, dikarenakan beberapa faktor yaitu kurangnya siswa dalam merespon kewirausahaan, kurang tepat dan kuatnya motivasi atau rangsangan yang diberikan para pengajar (pendidik) selama ini, yaitu guru maupun pengelola pendidikan dalam menggunakan metode pembelajaran kewirausahaan yang mampu mengubah mind set dan sikap mental pekerja ke pembentukan kepribadian siswa yang mandiri (entrepreneur). Selain itu, faktor keterlibatan atau kerjasama para pengusaha dalam berbagi pengalaman dan menciptakan sikap berwirausaha siswa juga masih kurang efektif dan jarang diadakan. SMK N 1 dan SMKN 3 Purwokerto adalah dua dari sekian banyak sekolah kejuruan yang ada di Kabupaten Banyumas. Sekolah-sekolah ini memiliki kompetensi keahlian yang berbeda-beda. SMKN 1 memiliki delapan jenis kompetensi keahlian yang ditawarkan yaitu : akuntansi, perbankan syariah, administrasi perkantoran, pemasaran, multimedia, teknologi komputer dan jaringan, rekayasa perangkat lunak dan farmasi. Sementara itu SMKN 3 Purwokerto memiliki enam kompetensi keahlian yaitu : akomodasi perhotelan, jasa boga, patiseri, tata kecantikan rambut, tata kecantikan kulit dan tata busana. Dalam pelaksanaannya, belum ada metode khusus yang diterapkan oleh sekolah-sekolah tersebut yang dapat meningkatkan motivasi dan mental kewirausahaan siswa sehingga pada saat lulus mereka memiliki kepercayaan diri untuk membangun usahanya secara mandiri. Jiwa dan sikap mental kewirausahaan (mandiri) harus ditumbuhkan secara optimal dikarenakan berkaitan dengansalah satu misi sekolah yang menjadi mitra yaitu menyiapkan tamatan menjadi wirausahawan mandiri dan tangguh. Persoalan sikap mental merupakan persoalan prioritas yang dapat ditumbuhkan melalui metode pebelajaran kewirausahaan yang dinamakan Achievement Motivation Training (AMT). Metode ini merupakan metode yang efektif dapat memotivasi dan mendorong mahasiswa untuk berwirausaha. SMKN 1 dan SMKN 3 Purwokerto merupakan sekolah yang belum pernah melakukan pembelajaran dengan metode tersebut, terutama bagi siswa kelas 3 (XII), akibatnya lulusan yang dihasilkan tidak mempunyai kepercayaan diri, keberanian dalam mengambil risiko dan sikap mental wirausaha lainnya. Untuk mendukung dalam menyelesaikan persoalan prioritas yang terjadi pada mitra pengusul dan keberhasilan metode pembelajaran iniselama pelaksanaan program IbM., maka dibentuk tim trainer yang handal, yang terdiri dari dosen, praktisi (pengusaha), dan narasumber lain (sebagai motivator) yang memiliki keahlian dan pengalaman langsung di dunia kewirausahaan terutama yang berbasis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).Metode ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi dengan orang lain, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan dan kerjasama sebagai bekal dalam mengembangkan jiwa dan keahlian kewirausahaan yang kuat. Achievement Motivation Training pertama kali diperkenalkan tahun 1962 oleh Prof. David McClelland (guru besar Psikologi Harvard University). Model pelatihan ini telah diuji coba terhadap berbagai sasaran peserta maupun tempat dan ternyata berhasil mendorong semangat peserta untuk berprestasi dalam bidang 3

pekerjaan masing-masing. Achievement Motivation Training (AMT) adalah sebuah program pelatihan yang didesain untuk membantu pengembangan diri (peningkatan motivasi diri secara efektif). Dengan training ini diharapkan siswa mitra dapat menggali potensi dirinya, untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya sehingga mengetahui bagaimana cara untuk memaksimalkan kekuatan (kelebihan) yang dimilikinya dan meminimalkan kelemahannya (kekurangan) agar menjadi pribadi yang maju dan semangat dalam berprestasi dan terus berusaha sebagai wirausaha. Dengan demikian, Achievement Motivation Training dapat dijadikan sebagai solusi yang tepat bagi mitra dalam menjalankan program pelatihan dan pengembangan siswanya. Identifikasi Masalah Sebagian besar dari lulusan siswa kedua SMK tidak mempunyai kepercayaan diri dan keberanian menciptakan lapangan usaha sendiri secara mandiri (job creator), sehingga mereka hanya sebatas menjadi pekerja pada usaha orang lain atau pencari kerja (job seeker), menganggur (tidak mendapatkan pekerjaan) maupun tidak meneruskan ke perguruan tinggi. Tujuan 1. Meningkatnya pemahaman dan sikap mental kewirausahaan siswa kelas 3 semua kejuruan. 2. Meningkatnya motivasi dan kepercayaan diri siswa untuk menjadi wirausahawan yang mandiri dan tangguh. 3. Meningkatkan pemahaman dan keahlian dalam manajemen usaha sesuai masingmasing kejuruan. 4. Memperkenalkan strategi dan cara menangkap dan memberdayakan peluang usaha, mendapatkan akses informasi, modal dan pasar, cara membuat perencanaan dan studi kelayakan usaha, dan etika bisnis. Metode Sasaran dari kegiatan ini adalah siswa SMK kelas 11 dari SMKN 1 dan SMKN 3 Purwokerto. Masing-masing sekolah dipilih 20 orang siswa. Sehingga total peserta pelatihan sebanyak 40 orang. Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2015. Metode pelatihan yang diterapkan antara lain : Metode pelaksanaan kegiatan yang digunakan dalam IbM untuk mengatasi permasalahan: a. Metode AMT Metode ini digunakan dalam pelatihan agar berjalan lebih menarik, bersemangat dan membangkitkan motivasi para siswa dalam berwirausaha. Strategi yang dilakukan adalah bagaimana teknik memancing atau merangsang perhatian (attention) siswa, relevansi (relevance) antara materi 4

pelatihan dengan keterampilan siswa, kepercayaan diri siswa (self confidence) dan kepuasan (satisfaction) siswa setelah memperoleh pelatihan. b. Metode experientiallearning. Experiential Learning adalah suatu model belajar dari pengalaman yang menekankan pada hubungan yang harmonis antara belajar, bekerja, dan aktivitas belajar lainnya dalam menciptakan atau menemukan pengetahuan yang dicari. Metode digunakan untuk memancing kreativitas siswa agar muncul ide-ide berwirausaha, sehingga siswa akan merasakan secara langsung bagaimana berwirausaha. c. Metode success and failure story Metode ini dilakukan melalui 2 cara yaitu: Pertama, mendatangkan pengusaha UMKM pada pelatihan untuk berbagi pengetahuan dan perjalanan usahanya, mengenai kesuksesan dan kegagalannya dalam menjalankan usaha. Kedua, membentuk tim (kelompok) berdasarkan kejuruan atau keahlian siswa dengan tiap tim terdiri dari 2siswa, siswa diberikan tugas untuk mengunjungi UMKM yang telah berhasil dalam usahanya sesuai dengan kejuruan atau keahliannya, kemudian sambil mengamati usaha UMKM, siswa melakukan wawancara dengan pengusaha mengenai perjalanan usahanya hingga mencapai kesuksesan. Pendekatan dilakukan dengan harapan siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari pengusaha sambil mengamati langsung proses bisnisnya. Tujuan dari kunjungan tersebut, siswa akan terinspirasi dan mendapatkan keyakinan diri bahwa siswapun dapat membuka usaha. Hasil dari kunjungan akan disosialisasikan siswa dengan saling membagi pengalaman dengan siswa kelompok lainnya. d. Praktikum kewirausahaan Praktikum yang dilakukan berupa penyusunan rencana usaha dan kelayakan usaha sesuai dengan ide usaha masing-masing siswa. Rencana usaha yang siswa buat disesuaikan dengan ide, peluang usaha dan keterampilan siswa. Prosedur kerja untuk mendukung realisasi metodemeliputi: ceramah, diskusi, problem solving, success and failure story, simulasi bisnis, tinjauan dan pengamatan di lapangan (field trip), penyusunan proposal usaha / business plan. PEMBAHASAN Pelatihan Kewirausahaan dilaksanakan terpisah antara SMKN 1 dan SMKN 3 Purwokerto. Hal ini dikarenakan jadwal yang berbeda antara kedua sekolah. Pembelajaran dilaksanakan pada siswa kelas 2 (XI) sebanyak 2x tatap muka, dengan durasi masing-masing tatap muka selama 4 jam. Proses pembelajaran dan pelatihan dilaksanakan pada siang hari dari pukul 13.00-17.00 WIB. Pada pertemuan pertama dilaksanakan dengan metode ceramah dan diskusi, materi yang disampaikan terkait dengan motivasi usaha, kewirausahaan, etika bisnis, aspek pemasaran, manajemen operasi, manajemen keuangan, manajemen SDM. 5

Pertemuan kedua dengan diisi oleh narasumber dari praktisi pelaku usaha. Materinya berupa success and failure story dari bisnis yang mereka jalankan. Materi lain yang disampaikan adalah tentang penyusunan proposal usaha (business plan) yang diisi oleh narasumber dari Tim PKM Unsoed. Tahapan selanjutnya dari kegiatan IbM dilanjutkan dengan praktikum pembuatan proposal usaha oleh kelompok peserta yang sudah terbentuk. Proposal usaha disusun selama kurang lebih kurang lebih 3 minggu. Proposal yang sudah disusun kemudian dinilai oleh Tim PKM Unsoed untuk dipilih empat terbaik yang nantinya akan mendapat bantuan paket modal kerja masing-masing senilai Rp.1.500.000,00 dan pendampingan usaha. Pada kegiatan IbM kali ini juga dilakukan kunjungan lapangan (field trip) ke lokasi usaha (UKM) yang bertujuan untuk memberikan gambaran riil tentang kegiatan usaha yang sudah dilaksanakan oleh para wirausaha (experiental learning) sehingga siswa akan merasakan secara langsung bagaimana berwirausaha. Materi pembelajaran dalam program IbM : a. Mengubah mental dan mindset para siswa untuk berwirausaha. b. Karakteristik dan jiwa wirausahawan c. Teknik komunikasi (peran dan strategi membangun networking) d. Etika bisnis e. Membaca, menangkap dan memberdayakan peluang usaha f. Success story dan failure story untuk membekali siswa g. Strategi dan kiat menjadi wirausaha sukses h. Perencanaan strategis usaha dan analisis kelayakan usaha i. Manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia dan pemasaran j. Mengakses informasi, teknologi, modal dan jaringan pasar k. Praktikum Kewirausahaan (penyusunan rencana bisnis yang menarik untuk calon investor dan kreditur) Antusiasme mitra untuk mengikuti kegiatan palatihan ini sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kehadiran peserta pelatihan sebsar 100% ketepatan waktu kehadiran dan waktu selesai pelatihan. Dari pelaksanaan kegiatan pelatihan dapat dilakukan evaluasi sementara sebagai berikut: 1. Pelatihan Kewirausahaan berlangsung dengan tertib dan kondusif dan bejalan sesuai dengan yang sudah dijadwalkan 2. Beberapa peserta pelatihan yang sudah ditentukan di awal tidak dapat hadir mengikuti pelatihan, namun demikian pada saat pelatihan berlangsung ada peserta pengganti yang dapat mengikuti pelatihan ini sehingga hal tersebut tidak mengganggu jalannya pelatihan 3. Peserta pelatihan dari siswa-siswi SMKN 1 dan SMKN 3 Purwokerto antusias dalam mengikuti semua kegiatan yang diadakan, hal ini terbukti dari banyaknya pertanyaan yang diajukan terkait materi pelatihan 4. Metode Achievement Motivation Training (AMT) yang sudah diterapkan dalam pelatihan sudah tepat, metode ini mampu meningkatkan moivasi 6

siswa SMK, peserta pelatihan, hal ini terbukti dari pertanyaan yang diajukan kepada narasumber pelaku usaha seputar ide bisnis yang akan direaliasikan 5. Peserta pelatihan mendapatkan kemampuan baru dalam menyusun proposal usaha terkait dengan ide usaha yang mereka miliki. KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan ini antara lain sebagai berikut: 1. Seluruh kegiatan yang direncanakan dalam kegiatan IbM Pelatihan Kewirausahaan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, dan diharapkan tujuan serta target luaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. 2. Kegiatan yang telah dilaksanakan dapat memberikan pemahaman lebih mendalam tentang kewirausahaan dan meningkatkan motivasi peserta pelatihan untuk merintis usaha baru setelah lulus nanti 3. Peserta pelatihan juga mendapatkan tambahan kemampuan baru dalam menyusun proposal usaha 4. Peserta pelatihan menginginkan agar kegiatan pelatihan yang diberikan dapat berkesinambungan sehingga pengetahuan dan kemampuan mereka dapat terus bertambah 5. Kegiatan IbM ini masih dilakukan dalam bentuk pendampingan usaha bagi empat kelompok terbaik DAFTAR PUSTAKA Astutik, Harini Yuni, 2008. Penerapan experiential learning pada mata diklat kewirausahaan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Program Studi Pendidikan Tata Niaga. Moerdiyanto dan Sunarta. 2009.Asesmen Kompetensi Kewirausahaan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Kalimantan Selatan. IbM Kewirausahaan SMK. Rahab, dkk. 2009. Metode Pembelajaran AMT (Achievement Motivation Training) dalam Memotivasi Mahasiswa untuk Berwirausaha. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2010. www.bpkp.go.id http://www.lp2umkm.com/amt 7