BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR BANGUNAN BERTINGKAT

REDESAIN KANTOR DINAS PENDIDIKAN JAWA TENGAH

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hal ini akan semakin berkembang. Karena itu hal tersebut perlu didukung. berkembang di dalam maupun luar negri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menjadi tua adalah bagian dari siklus sebuah kehidupan manusia dan hal tersebut tidak dapat dihindari.

REDESAIN KANTOR DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH BAB I PENDAHULUAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REDESAIN KANTOR DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RELOKASI DAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SEMEN PADANG

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah

BERITA ACARA SIDANG KELAYAKAN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A)

Rumah Sakit Jantung di Surakarta. Desti Ayinalita Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Nugraha, ST., M Ars.

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dan membangun gedung yang luas dengan 1 hingga 3 lantai saja. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY

BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Latar Belakang Judul Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan tegnologi telah meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Otonomi Daerah dengan keterbatasan sumber daya yang tersedia

I I SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai abdi masyarakat merupakan pihak yang bertanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)

BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SLEMAN Tugas Akhir 126 Arsitektur Undip BAB I PENDAHULUAN

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal

DESAIN FASAD DAN PENERAPAN MATERIAL UNTUK MEMINIMALKAN KEBISINGAN PADA BANGUNAN RAWAT INAP MULTI BED BERPENGHAWAAN ALAMI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap

BAB1 PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap perkembangan strategi pemasaran. Dunia ini harus

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii. PERNYATAAN PENULIS... iv. KATA PENGANTAR...

PERENCANAAN BLOK PLAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PUSAT DESAIN SURABAYA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RICHARD MEIER

BAB III METODE PERANCANGAN. seseorang pernah melakukan hal yang berkaitan dengan rancang-merancang, tentu

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT

BAB VII PENUTUP. disesuaikan dengan tujuan khusus pada penelitian. Berikut penjelasannya: 1. Karakteristik Perawat di RSUD Petala Bumi Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI. Batasan pengertian judul 1

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Persepsi perawat dan orang tua terkait makna orang tua di dalam asuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

Warung Kaki Lima (studi kasus Pasar Minggu, Malang).

PUSAT KECANTIKAN DI KUDUS

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan I.1. Pergub DI Yogyakarta No. 62 Tahun 2013 Tentang Pelestarian Cagar Budaya 2. Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENDESAIAN MALL PADA SUB KAWASAN CIBADUYUT SEBAGAI SENTRA PERDAGANGAN SEPATU

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga kesehatan pemerintah yang memberikan jasa pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit kanker. Penyakit kanker merupakan penyakit yang menyerang sistem kerja

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL

Perancangan ulang tata letak gedung di RSUD dr. Soeroto Ngawi dengan menggunakan pendekatan systematic layout planning (slp) Yenni Ernawati I

Penataan dan Pengembangan Obuek Wisata Pantai Widuri di Pemalang

BAB I Pendahuluan Latar Belakang

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN Arsitektur Tropis

1 C I T Y H O T E L D I H A R B O U R B A Y B A T A M F e r i t W i b o w o BAB I PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DHARMA YADNYA DI TOHPATI-DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. RUMAH SAKIT UMUM TARUTUNG [Pick the date] 1.8. Latar Belakang. ARSITEKTUR FUNGSIONAL Page 11

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka diharapkan dapat tercapai suatu derajat kehidupan yang optimal.

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi yang ada,

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

BAB I PENDAHULUAN. Hotel Bisnis Bintang 4 di Kota Jambi. Rahma Mastovani_ L2B008122

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN KATEGORI MODERATE CARE DI RUANG PERAWATAN KELAS VIP KELAS I DAN KELAS II DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan studi yang telah dilakukan terdapat kesimpulan yang dapat ditarik guna memberikan gambaran besar proses yang telah berjalan. Sebuah perancangan rumah sakit dengan pendekatan fleksibilitas dan adaptabilitas dalam arsitektur Bentuk perubahan yang dominan dalam arsitektur rumah sakit Bentuk perubahan yang dominan terjadi di dalam arsitektur rumah sakit adalah improvisation. Dalam pengamatan yang dilakukan pada dua kasus lapangan, perubahan dilakukan diseluruh instalasi. Hal yang menjadi permasalahan adalah perubahan tersebut tidak terencana dengan baik dalam rancangan eksisting, sehingga banyak terjadi keluhan berkenaan dengan dampak perubahan yang sifatnya tambal sulam. Kecenderungan faktor pendorong perubahan tersebut adalah adanya peningkatan volume yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat. Peningkatan jumlah pengunjung yang dalam hal ini adalah jumlah pasien memicu timbulnya kebutuhan baru seperti halnya ruang perawatan dan ruang tunggu. Kriteria perancangan rumah sakit dengan pendekatan fleksibilitas dan adaptabilitas dalam arsitektur Rumah sakit adalah sebuah karya arsitektur yang dinamis. Sedikitnya, terdapat tiga instalasi di dalam rumah sakit memiliki kecenderungan untuk selalu mengalami perubahan kebutuhan yaitu: Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, dan Instalasi Bedah. Ketiga instalasi tersebut harus memiliki skenario perubahan yang terencana dengan baik. Perancangan 173

Gedung Sayap Bedah RSUD dr. Soetomo Surabaya pada studi ini menempatkan prioritas pada ketiga instalasi tersebut. Konsep yang diterapkan pada Gedung Sayap Bedah RSUD dr. Soetomo Konsep merupakan turunan dari kriteria perancangan yang diterjemahkan Kriteria pertama adalah Konfigurasi arsitektur rumah sakit harus direncanakan untuk memiliki 2 alternatif bentuk perubahan yang dapat diterapkan sebagai kemudahan dalam menyelenggarakan penyesuaian dalam bangunannya. Konsep yang diterapkan dalam kriteria ini adalah Penerapan ketiga bentuk perubahan sebagai persiapan dimasa yang akan datang. a. Building extention pada kemungkinan adanya expansi lahan ke Utara, Gambar 5. 1 Sketsa Penerapan Konsep Building Extention b. Building change pada peruntukan fungsi pada lantai 4,7,10 yang masih fleksibel guna mempersiapkan untuk kebutuhan dimasa yang akan datang. Gambar 5. 2 Sketsa Penerapan Konsep Building Change 174

c. Improvisation pada masing-masing instalasi dengan memberikan rancangan denah yang memungkinkan adanya perombakan tatanan di dalamnya, sepertihalnya pada Instalasi Rawat Jalan Gambar 5. 3 Sketsa Penerapan Konsep Improvisation Kriteria Perancangan yang kedua adalah Tiga instalasi dalam rumah sakit yaitu instalasi rawat jalan, rawat inap dan bedah di dalam sebuah arsitektur rumah sakit harus memiliki skenario perubahan yang terencana terhadap peningkatan volume pasien. Konsep yang diterapkan dalam rancangan Gedung Sayap Bedah ini yaitu ketiga instalasi tersebut mendapat proporsi ruang yang lapang. Perpindahan ruang dan perubahan fungsi dapat terjadi di dalamnya sejauh hal tersebut tidak menyalahi prosedur dan aturan yang berlaku pada tiap ruangnya. Pembuatan skenario perubahan ini akan mempermudah teknis pelaksanaan sehingga akan mempercepat penyesuaian. Gambar 5. 4 Sketsa Penerapan Konsep Skenario Perubahan pada Lantai Bedah 175

Kriteria perancangan yang ketiga adalah Pengaruh perubahan yang terjadi terhadap konfigurasi bangunan eksisting tidak boleh melebihi 40 % demi kenyamanan pengguna arsitektur. Prosentase ini merupakan tolak ukur bagi keberhasilan sebuah perancangan. Konsep penambahan massa bangunan di bagian Utara dan perubahan fungsi ruang yang terjadi pada tiga instalasi utama tidak melebihi dari prosentase tersebut. Hal ini merupakan satu upaya untuk memacu sebuah bangunan dapat terus menjaga nilai gunanya terutama pada proses perancangan dan perencanaan. Gambar 5. 5 Sketsa Penerapan Konsep Penambahan Massa Bangunan Sudut Pandang dalam Perancangan Rumah Sakit Pendekatan Fleksibilitas dan Adaptabilitas dalam arsitektur Dalam sebuah perancangan rumah sakit dibutuhkan perhatian yang besar pada kemungkinan adanya perubahan konfigurasi bangunannya Pada prinsipnya perubahan tidak bisa dihindari namun dapat diantisipasi dan diarahkan sesuai dengan kebutuhan. Fleksbibilitas dan adaptabilitas dalam sebuah bangunan rumah sakit memiliki pengertian yang berbeda dengan pendekatan serupa yang terjadi pada tipologi bangunan lain. Hal ini dikarenakan rumah sakit memiliki keterkaitan sistem antar ruang dan instalasi yang sangat kompleks, 176

sehingga persiapan jumlah dan peruntukan ruang merupakan salah satu usaha yang aplikatif untuk mengatasi kebutuhan tersebut. Keberhasilan sebuah penanganan perubahan dalam konfigurasi bangunan rumah sakit terletak pada kemudahan dalam mewujudkannya. Dalam hal dimulai dengan pendekatan yang digunakan dalam perancangannya. 5.2 Saran Setelah melihat hasil penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang diperuntukan bagi beberapa elemen masyarakat pengguna fasilitas pelayanan rumah sakit. 1. Arsitek Hasil perancangan berbasis penelitian ini menunjukan adanya keterhubungan yang kuat antara proses perancangan dengan proses penelitian. Penggabungan kedua bidang ilmu tersebut akan melahirkan arsitektur yang kontekstual dengan masalah yang dihadapi seperti yang telah dilakukan pada penyelesaian perancangan Gedung Sayap Bedah RSUD dr. Soetomo. Pendekatan arsitektural yang tepat pada perancangan rumah sakit juga merupakan sebuah usaha yang dapat diterapkan pada obyek serupa ataupun berlainan, dengan catatan, hal itu dilakukan dalam konteks permasalahan yang sama. Dalam hal ini, pengkajian mendalam dari pendekatan yang dipilih telah melahirkan kriteria perancangan yang sesuai dengan apa yang dibubtuhkan oleh kasus perancangan tersebut. Diharapkan karya tulis ini memberikan masukan kepada para arsitek untuk dapat membenahi pola perancangan rumah sakit yang memiliki kecenderungan besar untuk mengalami perubahan di dalamnya. Dengan demikian akan mewujudkan suatu karya arsitektur yang berkualitas dan mampu mengikuti perkembangan zaman. 2. Investor Fasilitas Pelayanan Kesehatan Permasalahan kecenderungan perubahan pada arsitektur rumah sakit menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan oleh para investor 177

fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian pada perancangan Gedung Sayap Bedah RSUD dr. Soetomo ini cukup memberikan gambaran yang jelas berkenaan dengan permasalahan tersebut. Sebaiknya dalam sebuah perencanaan dan pengelolaan fasilitas kesehatan tersebut perlu mengedepankan aspek penanganan terhadap perubahan. Arsitektur sebagai obyek perubahan perlu dipersiapkan untuk dapat menjawab tantangan tersebut. Dalam hal ini, perlu ada pemikiran maju untuk merencanakan langkah-langkah perubahan di dalam bangunan tersebut sedini mungkin. Dengan demikian, akan terbentuk dan terbina satu investasi yang berkelanjutan. 3. Peneliti Saran yang dapat disampaikan kepada para peneliti selanjutnya adalah perlunya pengembangan penelitian yang dilakukan di dalam proses perancangan. Dalam kaitannya dengan studi ini, penelitian dapat dikembangkan dengan mempersempit lingkup studi. Rumah sakit memiliki begitu banyak bagian yang saling terkait. Masing-masing bagian memiliki potensi untuk mengalami perubahan sehingga tidak menutup kemungkinan di dalam lingkup parsial tersebut masih banyak hal yang dapat digali sebagai masukan dalam perancangan arsitektur rumah sakit. Penelitian yang akan dilakukan dikemudian hari, perlu mempersiapkan lebih banyak studi kasus lapangan rumah sakit sedini mungkin. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan perijinan rumah sakit yang cukup sulit. Kendala yang dihadapi adalah ketertutupan manajemen rumah sakit pada studi-studi sejenis sehingga data-data yang dibutuhkan sukar untuk diperoleh. Dengan memusatkan perhatian pada bagian-bagian yang lebih mikro akan semakin memperjelas permasalahan perubahan pada sebuah rumah sakit. 178