BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SIDING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KAECAMATAN TUJUH BELAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUNGAI BETUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN LEMBAH BAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUNGAI RAYA KEPULAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang eksistensi proyek

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Katalog BPS: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkayang

SMK Pariwisata Bertaraf International di Semarang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 5 TAHUN 2003 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2010/ / / /2014. Jenjang Pendidikan (Negeri dan Swasta) No. 1. SMP

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bengkayang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Pendaftar SMK se-kota Semarang Tahun No Tahun Ajaran Pendaftar Diterima

Penentuan Prioritas Penanganan Aksesibilitas Infrastruktur Kawasan Perbatasan di Desa Kumba Kecamatan Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Perindustrian Depperindagkop Kota Pekalongan). Begitu dalam pengaruh batik bagi

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

I I SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN ANGGARAN 2014 Tanggal : 25 Maret 2014

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

NOMOR ^ TAHUN2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-X/2012 Tentang Pembentukan Kabupaten Bengkayang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek

Bab I. Pendahuluan. Selatan, pemerintah telah membuat kebijakan dan program yang tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran I.61 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN AKSESIBILITAS INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN DI DESA KUMBA KECAMATAN JAGOI BABANG KABUPATEN BENGKAYANG

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

1 Informasi tersebut diambil dari sebuah artikel yang dimuat di website:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

JURUSAN ARSITEKTUR-FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, yang disebabkan oleh semakin beranekaragamnya produk

Yang Mulia Ketua dan Hakim Anggota Mahkamah Konstitusi ; Para Pemohon dan Termohon serta hadirin persidangan yang saya hormati.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

SEKOLAH NASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL PERMATA BANGSA DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB 1 PENDAHULUAN APARTEMEN DI SEMARANG 1

DI PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2.8 Kajian dan konsep figuratif rancangan (penemuan bentuk dan ruang). 59 bagian 3 hasil Rancangan dan pembuktiannya Narasi dan Ilustrasi

1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan mutlak dan primer saat ini. Sebelumnya, pendidikan hanya menjadi milik kalangan atas namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang Unggul, Inklusif, dan Humanis

1.1. Latar belakang. Ayuningtyas Fitri A - L2B LEMBAGA PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUTA BANGSA DI BEKASI Dengan Penekanan Desain Konsep Arsitektur High-Tech

cxütçvtçztç hätçz gxüå ÇtÄ cxçâåñtçz UtÇwtÜ hwtüt g} Ä ~ e ãâà ctätçz~t etçt

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN UNIVERSITAS DHYANA PURA DI BADUNG 1

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

BAB III PERENCANAAN PROYEK

NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG

Pusat Peragaan IPTEK Biologi Medan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Di tengah maraknya persaingan global, peningkatan kualitas sumber daya manusia sangatlah penting. Dengan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, maka Negara Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain dalam rangka persiapan menuju era bebas, yang akan menghapuskan batas-batas kepentingan negara, misalnya dalam bentuk perdagangan, jasa dan sebagainya. Indonesia mempunyai wilayah yang luas dan sumber daya alam yang memadai. Selain itu, Indonesia juga mempunyai sumber daya manusia yang begitu besar sumber daya yang begitu besar, sayangnya tidak diimbangi dengan adanya kualitas yang memadai dari sumber daya manusia tersebut. Indonesia lebih terkenal sebagai pengekspor tenaga kerja kasar dan tidak terdidik, misalnya tenaga kerja pabrik dan buruh rumah tangga di luar negeri. Salah satu faktor kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas adalah kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya pendidikan. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan, misalnya dengan kebijakan wajib sekolah sembilan tahun (setara dengan tingkatan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama), akan tetapi rendahnya tingkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya faktor pendidikan juga dipengaruhi sedikit banyak oleh faktor ekonomi masyarakat itu sendiri. Persaingan yang semakin ketat mensyaratkan perusahaan untuk meningkatkan inovasi produknya agar bertahan dan unggul di pasar. Sayangnya kebanyakan industri di Indonesia masih berfokus pada keuntungan jangka pendek. Beberapa alasan yang menghambat pengembangan dan inovasi produk mereka adalah biaya yang mahal dan kurangnya pemahaman bagaimana memulainya. Untuk meningkatkan kualitas dan daya saing perusahaan, yang perlu dibenahi adalah manusianya. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun basic mentality SDM (Sumber Daya Manusia) nya, yakni dengan cara meningkatkan keahlian dan kreativitas pekerja sehingga berkembang kesadaran mutu di setiap

lapisan karyawan dari manajemen puncak hingga karyawan tingkat bawah. Basic mentality adalah suatu sikap mental yang mendasari cara berfikir, cara bersikap dan cara bertindak dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari selaras ngkatan keahlian dan kreativitas pekerja ini dapat diwujudkan melalui program pelatihan dan pengembangan karyawan. Seperti yang diungkapkan oleh Pheter Sheal (2003 :29) bahwa ada 4 (empat) alasan utama mengapa program pelatihan dan pengembangan menjadi semakin penting: a. Perubahan-perubahan yang cepat dalam teknologi serta tugas-tugas yang diakukan oleh orang-orang b. Kurangnya ketrampilan-keterampilan langsung dan keterampilan jangka panjang c. Perubahan-perubahan dalam harapan-harapan dan komposisi angkatan kerja d. Kompetensi dan tekanan-tekanan pasar demi peningkatanpeningkatan dalam kualitas produk-produk maupun jasa-jasa. Kalangan industri seringkali mengeluhkan kualitas SDM yang dihasilkan oleh dunia pendidikan di Indonesia. Dunia pendidikan sebagai bagian dari sistem rantai pasok (supply chain) untuk memenuhi SDM di industri masih terasa ada gap yang dalam antara kompetensi yang dihasilkan oleh dunia pendidikan dengan standar kompetensi industri. Kondisi ini membuat industri-industri besar dengan modal kuat bahkan mendirikan lembaga pendidikan sendiri seperti Texmaco group membangun STT (Sekolah Tinggi texmaco) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Texmaco, Astra group memiliki Politeknik Astra sedangkan PT. Apac Inti Corpora membangun Griya Pelatihan Apac (Gripac) sebagai pusat pelatihan dan pengembangan karyawan yang dimilikinya dan menjadikannya sebagai bagian dari supply chain SDMnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pelatihan dan pengembangan SDM di Industri perlu dikelola secara profesional. Jagoi Babang sebagai salah satu pintu akses ke Malaysia Timur, memiliki potensi penduduk dan daerah terbangun yang memadai. Jagoibabang yang

merupakan daerah terbangun, berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan meningkatkan taraf hidup penduduknya. Berikut ini merupakan tabel luas wilayah dan jumlah penduduk di Jagoi Babang yang dijabarkan dari desa, dusun, RT, RW, kepala keluarga : Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Menurut Desa Sumber : Kantor Camat Jagoi Babang Desa Luas (Km2) Penduduk Kepadatan (1) (2) (3) (4) Jagoi 51,69 2.672 52 Jagoi Sekida 120,79 2.023 17 Kumba 65,52 1.194 18 Sinar Baru 250,00 704 3 Gersik 92,00 1.325 14 Semunyin Jaya 75,00 341 5 Jumlah 655,00 8.259 13 Tabel 1.2. Banyaknya Dusun dan Kepala Keluarga Menurut Desa Sumber : Kantor Camat Jagoi Babang Desa Dusun Kepala Keluarga (1) (2) (3) Jagoi 3 371 Jagoi Sekida 3 285 Kumba 2 189 Sinar Baru 2 114 Gersik 3 194 Semunyin Jaya 2 54 Jumlah 15 1.207 TABEL 1.3. Banyaknya Rukun Warga dan Rukun Tetangga Sumber : Kantor Camat Jagoi Babang Desa Rukun Warga Rukun Tetangga (1) (2) (3) Jagoi 0 8

Jagoi Sekida 0 8 Kumba 0 4 Sinar Baru 0 3 Gersik 0 7 Semunyin Jaya 0 2 Jumlah 0 32 Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yakni dengan cara meningkatkan tingkat pendidikan dan mengembangkan keahlian masyarakat. Rata-rata masyarakat dikawasan ini, hanya bersekolah sampai tingkat SMU (Sekolah Menengah Umum) / SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Tidak jarang siswa-siswa usia sekolah meninggalkan bangku sekolah untuk bekerja membantu orangtuanya. Karena meninggalkan bangku sekolah sejak dini inilah ilmu yang mereka dapat untuk memperoleh pekerjaan yang layak sangat terbatas. Pencari Kerja Tabel 1.4 Jumlah Pencari Kerja menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 2006 Sumber : Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bengkayang Kecamatan Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) (1) (2) (3) (4) 1. Sungai Raya 103 94 197 2. Capkala 39 35 74 3. Sungai Raya Kepulauan 121 111 232 4.Samalantan 88 77 165 5. Monterado 133 117 250 6. Lembah Bawang 25 22 47 7. Bengkayang 97 88 185 8. Teriak 64 58 122 9. Sungai Betung 47 41 88

10.Ledo 75 68 143 11.Suti Semarang 25 23 48 12.Lumar 32 28 60 13.Sanggau Ledo 59 53 112 14.Tujuh Belas 60 53 113 15.Seluas 76 68 144 16.Jagoi Babang 38 34 72 17.Siding 37 34 71 Jumah/Total 1 119 1 004 2 123 Tahun 2005 1 056 1 180 2 236 2004 1 376 1 367 2 743 2003 1 016 1 031 2 047 2002 783 1 276 2 059 Jumlah pencari kerja di Jagoi Babang dan sekitarnya dan yang tidak memiliki pendidikan menuntut adanya satu tempat yang dapat mewadahi kegiatan pelatihan agar masyarakat dapat meningkatkan keterampilan. Karena itu direncanakanlah sebuah Pusat Pengembangan dan Pelatihan di kecamatan Jagoi Babang. Pusat Pengembangan dan Pelatihan ini nantinya akan dikhususkan dalam bidang mesin industri. Salah satu pendekatan desain arsitektur yang bisa diterapkan dalam desain nantinya adalah Arsitektur Tradisional Dayak. Hal ini dengan pertimbangan bahwa bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri akan didesain sesuai dengan persyaratan dan prinsip perancangan dengan fungsi edukatif yang kreatif. Serta disesuaikan dengan kebudayaan asli daerah yang akan dibangun yakni di daerah Jagoi Babang, Kalimantan Barat. Maka, penekanan desain yang dianggap paling sesuai adalah Arsitektur Tradisional Dayak. 1. 2 Latar Belakang Permasalahan 1.Pengertian

Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri adalah sarana untuk meningkatkan mutu tenaga kerja. Peluang memperoleh pekerjaan dikarenakan tidak memiliki keterampilan menjadi kurang sehingga jumlah pengangguran bertambah. Tenaga kerja Indonesia terutama di daerah Jagoi Babang membutuhkan perwujudan suatu fasilitas pendukung untuk memberikan kesempatan bagi calon tenaga kerja untuk meningkatkan kemampuan dan menambah keterampilan sehingga dapat memberi kesempatan kepada mereka untuk berkembang. Memahami latar belakang di atas, diperlukan suatu wadah yang dapat mendukung berkembangnya keterampilan calon tenaga kerja. Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri di Jagoi Babang menjadi wadah bagi para calon tenaga kerja untuk meningkatkan keterampilan mereka. Pelatihan yang diadakan akan mendidik masyarakat yang tidak memiliki pengalaman dalam pengoperasian mesin dan mengembangkan kemampuan masyarakat sehingga setelah selesai masa pelatihan dapat bekerja di perusahaan atau melakukan wirausaha. Sehingga dapat meningkatkan dan memberikan kesempatan bagi industri kecil yang selama ini kurang mendapat perhatian sehingga sulit memajukan usahanya dan memberi kesempatan kepada mereka untuk berkembang. 2. Fungsi a. Sebagai wadah untuk kegiatan pengembangan dan pelatihan dengan kebutuhan ruang : - ruang kelas - ruang rapat - auditorium - perpustakaan - ruang baca dan diskusi - audiovisual - ruang loker Yang didukung dengan fungsi : - lobby

- cafetaria b. Sebagai wadah untuk kegiatan komersil : - ATM - printer dan foto kopi - toko c. Sebagai wadah untuk kegiatan pendukung - toilet - Ruang M.E. - Administrasi - Ruang pengelola 1. 3 Rumusan Permasalahan Bagaimana wujud rancangan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri di Jagoi Babang, Kalimantan Barat melalui tatanan ruang dalam yang edukatif dan kreatif dan penggunaan gaya arsitektur tradisional Dayak pada tampilan bangunan. 1. 4 Tujuan dan Sasaran 1.4.1 Tujuan Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri di Jagoi Babang, Kalimantan Barat sebagai sarana pendidikan dan pelatihan yang edukatif dan kreatif. 1.4.2 Sasaran Tersusunnya rumusan konsep landasan program perencanaan dan perancangan arsitektur untuk Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri di Jagoi Babang, Kalimantan Barat. 1. 5 Lingkup Pembahasan Pembahasan berkaitan dengan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri di Jagoi Babang, Kalimantan Barat sebagai sarana pengembangan dan

pelatihan dalam bidang mesin industri. Hal ini kemudian dikaitkan dengan ilmu arsitektur yang kemudian diterapkan pada perencanaan dan perancangan pada permasalahan arsitektural dalam kaitannya dengan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri di Jagoi Babang, Kalimantan Barat. 1. 6 Metode Pembahasan Metode yang digunakan yaitu : 1. Pengumpulan data melalui kajian pustaka dan media online, yaitu dengan mempelajari sarana dan prasarana yang ada dalam Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri di Jagoi Babang. 2. Melakukan pengamatan dan studi banding sebagai landasan analisa bangunan, diolah dengan pemikiran deduktif yaitu berdasarkan teoriteori yang ada untuk menarik kesimpulan sebagai dasar yang akan dituangkan ke dalam konsep perencanaan dan perancangan. 1. 7. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang pengadaan proyek, latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, dan metoda pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PELATIHAN MESIN INDUSTRI Membahas mengenai pengertian Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri, fungsi dan tujuan, kegiatan, organisasi, dasar dasar pertimbangan Pusat Pengembangan dan Pelatihan mesin industri, pengertian edukatif dan kreatif, preseden, dan pendekatan konsep perancangan. BAB III PUSAT PENGEMBANGAN DAN PELATIHAN MESIN INDUSTRI DI JAGOI BABANG, KALIMANTAN BARAT Membahas kondisi umum kecamatan Jagoi Babang, Kalimantan Barat, arsitektur tradisional Dayak, penentuan lokasi Pusat Pengembangan

BAB IV BAB V dan Pelatihan Mesin Industri di Jagoi Babang, Tinjauan lokasi, Kondisi dan Kebijakan Tata Ruang, Kriteria Pemilihan Tapak, dan Penentuan Tapak ANALISIS Berisi analisis pelaku dan kegiatan, analisis program ruang, analisis permasalahan yang meliputi Filosofi, analisis arsitektur tradisional Dayak, analisis edukatif dan kreatif, sirkulasi dan denah, dan Preseden Bangunan Dengan Konsep rumah Betang dan non permasalahan seperti sistem struktur, dan utilitas bangunan. KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Bab ini menjelaskan konsep perencanaan dan perancangan desain Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri di Jagoi Babang yang meliputi : sistem sirkulasi, program ruang, tata ruang luar dan ruang dalam, serta persyaratan-persyaratan umum bangunan (sistem struktur, utilitas dan ME). 1. 8. Pola Pemikiran 1. 8. Pola Pemikiran Latar Belakang UMUM Daya Saing dan pengalaman kerja yang kurang memadai Jumlah Usia Kerja yang Meningkat tetapi tidak didukung dengan pengalaman kerja KEBUTUHAN Sarana akan Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri di Jagoi Babang kurang memadai, sementara HASIL Terpenuhinya Kebutuhan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin

Rumusan Permasalahan Bagaimana wujud rancangan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri di Jagoi Babang, Kalimantan Barat melalui tatanan ruang dalam yang edukatif dan kreatif dan penggunaan gaya arsitektur tradisional Dayak pada tampilan bangunan. Analisis Data Fisik & Non Fisik KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PELATIHAN MESIN INDUSTRI DI JAGOI BABANG, KALIMANTAN BARAT Sketsa ide PRODUK Umpan Balik BAB II TINJAUAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PELATIHAN MESIN INDUSTRI 2.1. Perbedaan Pendidikan, Pembelajaran, Pelatihan, dan Pengembangan Secara garis besar, berikut ini merupakan perbedaan diantara keempat bidang (education, learning, training, and development) 1. Pendidikan (Education) Mengembangkan kemampuan intelektual, konseptual, dan pemahaman social.mengembangkan kinerja karyawan melalui proses belajar.