BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda Hasil pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan terhadap 90 ekor sampel ikan nila (Oreochromis nilotica), ukuran 5 cm (+ 1 bulan), 10 cm (+ 2 bulan) dan ukuran 15 cm (+ 3 bulan), 100 % terinfeksi Trichodina sp dengan jumlah total parasit 145 sel pada ikan ukuran 5 cm, 94 sel pada ikan ukuran 10 cm dan 58 sel pada ikan ukuran 15 cm (Tabel 6). Prevalensi dengan nilai 100 % menunjukkan bahwa parasit Trichodina sp menginfeksi seluruh sampel ikan nila yang diteliti. Intensitas Trichodina sp pada ukuran ikan yang berbeda adalah gabungan intensitas dari organ kulit dan insang, data hasil pengamatan intensitas parasit Trichodina sp dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini : Tabel 6. Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan yang Berbeda Ukuran Ikan Jumlah Total Trichodina sp Intensitas Trichodina sp (sel/ekor) I II III Rata-rata (sel/ekor) 5 cm (+1 bulan) 145 sel 4,70 4,20 5,60 4,83 10 cm (+2 bulan) 94 sel 2,90 3,10 3,40 3,13 15 cm (+3 bulan) 58 sel 1,90 1,80 2,10 1,93 Rata-rata intensitas serangan parasit Trichodina sp yang menginfeksi ikan nila (Oreochromis nilotica), pada ikan sampel ukuran 5 cm (+ 1 bulan) yaitu 4,83 sel/ekor, ukuran 10 cm (+ 2 bulan) yaitu 3,13 sel/ekor dan pada ikan sampel
ukuran 15 cm (+ 3 bulan) yaitu 1,93 sel/ekor, seperti pada Gambar 5 di bawah ini: Sel/ekor 4,83 3,13 1,93 Gambar 5. Tingkat Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan yang Berbeda. Hasil uji statistik anova (Analisys of Varians) pada tingkat kepercayaan 95 % dengan menggunakan program SPSS 17 terhadap intensitas parasit Trichodina sp, pada ketiga ukuran ikan yang diteliti adalah berbeda secara signifikan. Karena terdapat perbedaan jumlah intensitas parasit Trichodina sp antara ketiga ukuran ikan maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Differences) dengan taraf signifikansi 5 %. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa intensitas Trichodina sp pada ikan ukuran 5 cm (+ 1 bulan) berbeda secara signifikan dengan ikan ukuran 10 cm (+ 2 bulan) dan ikan ukuran 15 cm (+ 3 bulan). Perbedaan intensitas Trichodina sp yang menginfeksi ikan nila (Oreochromis nilotica) pada ketiga ukuran ikan diduga disebabkan oleh perbedaan perkembangan sistem imunnya. Hewan muda memiliki respon antibodi yang lebih lambat daripada hewan yang lebih tua. Hal ini disebabkan
sistem imun pada hewan yang lebih tua telah sempurna sehingga lebih tahan terhadap infeksi parasit (Noble & Noble, 1989 dalam Nurlita, dkk, 2008). Disamping itu Dogiel, et al., (1970) & Awilia (2002) dalam Aria (2008) mengatakan bahwa intensitas tiap jenis parasit tidak selalu sama karena banyaknya faktor yang berpengaruh, salah satu faktor yang berpengaruh adalah ukuran inang. Menurut Winton (2002) dalam Nurlita, dkk, (2008) bahwa sistem imun pada ikan terbagi menjadi dua yaitu imunitas bawaan dan imunitas adaptif. Imunitas bawaan didapat dari induk ikan, bersifat non-spesifik dan merupakan pertahanan pertama dalam melawan infeksi, pertahanan ini berupa sisik dan mukosa. Imunitas bawaan pada hewan muda belum cukup untuk menghadapi ektoparasit yang ada di lingkungan karena belum cukup berkembang. Sedangkan imunitas adaptif merupakan imunitas yang sangat spesifik sampai ke tipe patogen tertentu dan bersifat mengingat patogen yang menyerang. Imunitas adaptif meliputi limfosit, antibody dan sitokin. Karena imunitas adaptif bersifat mengingat maka imunitas ini akan semakin membaik oleh infeksi yang berulang sehingga ikan yang berumur lebih tua lebih berkembang. Menurut Lumsden (2003) dalam Nurlita, dkk, (2008) bahwa imunitas adaptif hanya berperan 0,05% dalam sistem pertahanan tubuh ikan sedangkan imunitas bawaan sangat berperan penting (99,5 %), karena berhubungan langsung dengan lingkungan. Imunitas yang belum berkembang inilah yang diduga menyebabkan rata-rata intensitas Trichodina sp pada ikan nila ukuran 5 cm (+ 1 bulan) lebih tinggi (4,83 sel/ekor) daripada ikan nila ukuran 10 cm (+ 2 bulan)
sebanyak 3,13 sel/ekor dan ikan nila ukuran 15 cm (+ 3 bulan) sebanyak 1,93 sel/ekor. Resistensi umur dapat pula disebabkan oleh ketahanan hewan dalam menghadapi perubahan-perubahan lingkungan dalam hal ini hewan muda biasanya lebih mudah terkena stres dibandingkan dengan hewan yang lebih tua. Stres akibat lingkungan pada ikan dapat mengakibatkan menurunnya respon imun terhadap organisme penyebab penyakit (Stickney,1994 & Prasetya, 2004 dalam Nurlita, dkk, 2008). 1.2 Perbandingan Tingkat Intensitas Trichodina sp pada Kulit/Lendir dan Insang Ikan Nila Hasil pengamatan jumlah rata-rata intensitas Trichodina sp pada organ kulit/lendir ikan nila ukuran 5 cm (+ 1 bulan) adalah 3,06 sel/ekor, pada ukuran 10 cm (+ 2 bulan) adalah 1,90 sel/ekor dan pada ukuran 15 cm (+ 3 bulan) adalah 1,20 sel/ekor (Tabel 7). Sedangkan hasil pengamatan jumlah rata-rata intensitas Trichodina sp pada organ insang ikan nila ukuran 5 cm (+ 1 bulan) adalah 1,76 sel/ekor, pada ukuran 10 cm (+ 2 bulan) adalah 1,23 sel/ekor dan pada ukuran 15 cm (+ 3 bulan) adalah 0,73 sel/ekor (Tabel 7). Hasil pengamatan Trichodina sp pada organ kulit/lendir dan insang ikan nila (Oreochromis nilotica) dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Intensitas Trichodina sp pada Organ Kulit/Lendir dan Insang Ikan Nila. Organ Target Kulit/lendir Ukuran Ikan (cm /+ bulan) Intensitas (sel/ekor) I II III Rata-rata Trichodina sp/organ (sel/ekor) 5 (+1) 3,2 2,4 3,6 3,06 10 (+2) 1,7 2,0 2,0 1,90 15 (+3) 1,4 1,0 1,2 1,20 5 (+1) 1,5 1,8 2,0 1,76 Insang 10 (+2) 1,2 1,1 1,4 1,23 15 (+3) 0,5 0,8 0,9 0,73 Hasil Anova (Analisys of Varians), pada tingkat kepercayaan 95 % (lampiran 3), menunjukkan bahwa intensitas Trichodina sp pada organ target ikan nila berbeda secara nyata. Karena terdapat perbedaan intensitas Trichodina sp antar organ maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Differences) dengan taraf signifikansi 5 %. Hasil uji LSD (Lampiran 4), menunjukkan bahwa intensitas Trichodina sp pada kulit ikan nila ukuran 5 cm (+ 1 bulan) berbeda secara signifikan dengan intensitas pada organ kulit maupun insang dari semua ukuran ikan nila. Pada kulit ikan ukuran 10 cm (+ 2 bulan) berbeda secara signifikan dengan intensitas pada kulit maupun insang dari semua ukuran ikan kecuali pada insang ikan ukuran 5 cm (+ 1 bulan) tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan pada kulit ikan ukuran 15 cm (+ 3 bulan) berbeda secara signifikan
dengan kulit ikan ukuran 5 cm (+ 1 bulan) dan ukuran 10 cm (+ 2 bulan) juga berbeda secara signifikan dengan insang ikan ukuran 5 cm (+ 1 bulan). Intensitas parasit pada insang ikan ukuran 5 cm (+ 1 bulan) berbeda secara signifikan dengan kulit ikan ukuran 5 cm (+ 1 bulan) dan 15 cm (+ 3 bulan) juga berbeda secara signifikan dengan insang ikan ukuran 15 cm (+ 3 bulan). Pada insang ikan ukuran 10 cm (+ 2 bulan) berbeda secara signifikan dengan kulit ikan ukuran 5 cm (+ 1 bulan) dan ukuran 10 cm (+ 2 bulan). Pada insang ikan ukuran 15 cm (+ 3 bulan) berbeda secara signifikan dengan kulit ikan ukuran 5 cm (+ 1 bulan) dan ukuran 10 cm (+ 2 bulan) juga berbeda signifikan dengan insang ikan ukuran 5 cm (+ 1 bulan). Intensitas Trichodina sp yang menginfeksi kulit ikan nila pada ukuran 5 cm (+ 1 bulan) mempunyai jumlah yang paling banyak dibanding organ insang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahaely (2007) dalam Nurlita, dkk, (2008) bahwa jumlah mukus di permukaan tubuh ikan dewasa lebih banyak dibanding ikan juvenile sehingga ketika dalam keadaan stres ikan dewasa lebih tahan terhadap infeksi parasit, bakteri dan jamur. Insang pada ikan nila ukuran 15 cm (+ 3 bulan) merupakan organ ikan yang paling sedikit ditemukan Trichodina sp. Jumlah intensitas Trichodina sp yang menginfeksi insang antara ketiga ukuran ikan tidak berbeda secara signifikan, kemungkinan hal ini terjadi karena posisi insang yang terlindungi oleh overculum sehingga menyulitkan Trichodina sp untuk mencapainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahaely (2007) dalam Nurlita, dkk, (2008) bahwa untuk sel mukus pada insang jumlahnya tidak berbeda nyata antara ikan juvenile
dengan ikan dewasa sehingga dalam hal ini sel mukus tidak berpengaruh terhadap intensitas Trichodina sp. Winton (2002) dalam Nurlita, dkk, (2008) menjelaskan bahwa akibat yang ditimbulkan oleh infeksi Trichodina sp adalah timbulnya lendir (mukus) pada permukaan tubuh. Pertahanan pertama ikan terhadap serangan penyakit berada pada permukaan kulit, yaitu mukus, jaringan epitel dan insang. Mukus melapisi seluruh permukaan integumen ikan, termasuk kulit, insang dan perut. Pada saat terjadi infeksi atau iritasi fisik dan kimiawi sekresi mukus meningkat. Lapisan mukus secara tetap dan teratur akan diperbarui sehingga kotoran yang menempel pada tubuh ikan juga ikut dibersihkan. Mukus ikan mengandung lisosim, komplemen, antibodi (IgM) dan protease yang berperan untuk mendegradasi dan mengeliminer patogen. 1.3 Parameter Kualitas Air Hasil pengukuran parameter kualitas air di karamba jaring apung Danau Limboto, Kabupaten Gorotalo, pada saat penelitian dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini : Tabel 8. Parameter Kualitas Air Terukur Selama Penelitian Waktu Pengukuran 12 Mei 2011 Parameter Suhu PH DO BOD Karamba Ikan Uk.5cm 31 o C 6 2,2 ppm Lokasi Pengukuran Karamba Ikan Uk.10 cm 30 o C 6 6,2 mg/l 2 ppm Karamba Ikan Uk.15cm Kualitas Normal 29 o C 6,3 2 ppm Suhu 23-30 0 C
24 Mei 2011 Suhu PH DO BOD 30 o C 6 2,1 ppm 29 o C 6,5 6,2 mg/l 2,0 ppm 29 o C 6 6,5 mg/l 1,9 ppm PH 6-8,5 DO > 5 ppm BOD < 2 ppm (Kordi, 2004). 06 Juni 2011 Suhu PH DO BOD 30 o C 6,6 5,8 mg/l 2,1 ppm 30 o C 7 2 ppm 28 o C 6,8 2 ppm Hasil pengukuran parameter kualitas air menunjukkan bahwa suhu ratarata sebesar 30 o C dan kandungan bahan organik (BOD) lebih dari 2 ppm merupakan kondisi yang sangat ideal bagi Trichodina sp untuk tumbuh dan berkembang di karamba jaring apung. Suhu air terhitung tinggi karena pengukuran dilakukan pada saat siang hari. Sedangkan tingginya kandungan bahan organik disebabkan oleh keberadaan enceng gondok yang memenuhi 30 % areal danau. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Deptan (1995), musim mempengaruhi fauna parasit, dimana dapat terjadi epzootik dalam bulan dimusim semi yang panas dan tumbuh subur di perairan yang banyak mengandung bahan organik dengan suhu air 25-30 0 C, peningkatan suhu memicu perkembangan populasi parasit. Sementara nilai ph rata-rata 6 masih dalam kisaran normal. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) pada ketiga lokasi pengukuran termasuk tinggi (> 5 ppm). Tingginya nilai DO diduga terkait dengan tempat pengukuran DO pada permukaan air, dimana pada tempat ini terdapat banyak enceng gondok yang dapat membantu mensuplai oksigen dari hasil fotosintesis sehingga DO yang terukur termasuk tinggi.
Banyaknya enceng gondok juga diduga menjadi pemicu tingginya prevalensi Trichodina sp. Deptan (1995), tanaman air maupun hewan-hewan akuatik yang berupa makanan ikan dapat juga menjadi habitat tuan rumah perantara bagi parasit. Tanaman air membantu dalam penukaran oksigen dan kandungan gas dalam air, sedangkan hewan akuatik selain dapat menjadi predator juga menjadi tuan rumah perantara parasit.